Kelainan Menstruasi

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 71

Kelainan

Menstruasi
Yoseph A. N.
13.144
FK UPNVJ 2013

Klasifikasi
1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid:
A.

Hipermenorea atau menoragia

B.

Hipomenorea

2. Kelainan siklus:
A.

Polimenorea

B.

Oligomenorea

C.

Amenorea

3. Perdarahan di luar haid:


A.

Metroragia

4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid:


A.

Premenstrual Tension (ketegangan prahaid)

B.

Mastodinia

C.

Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)

D.

Dismenorea

Terminologi Umum
Amenorea: tidak ada haid
Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB): jumlah darah banyak, durasi memanjang,
haid tidak teratur, dan tidak memiliki penyakit lain
Menorrhagia: jumlah darah banyak & pemanjangan durasi bleeding
Metrorrhagia: uterine bleeding dengan jumlah normal, di luar siklus
Menometrorrhagia: bleeding banyak di dalam dan luar siklus
Hypermenorrhea: jumlah darah banyak tanpa pemanjangan durasi bleeding
Hypomenorrhea: jumlah darah banyak dengan/tanpa pemendekan durasi bleeding

Terminologi Umum
Oligomenorrhea: haid jarang karena siklus panjang
Polimenorea: haid teratur namun siklus menjadi pendek
Pseudoamenorea (Kryptomenorea): ada haid namun darah tidak dapat keluar
akibat tertutupnya traktus genitalis

Menorrhagia (Hipermenorea)
Menorrhagia is defined as menstruation at regular cycle intervals but with
excessive flow and duration and is one of the most common gynecologic
complaints in contemporary gynecology (Medscape)
Perdarahan haid yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (> 8
hari), haid teratur dengan jumlah darah yang banyak (Ilmu Kandungan Sarwono)
Menstruasi normal bersiklus 21-35 hari, dengan bleeding < 7 hari, sebanyak 25
80 mL.

Epidemiologi
Dapat terjadi di semua umur bagi wanita yang telah menarche
Banyak kasus terjadi pada usia 30 tahun ke atas

Etiologi
Adanya kelainan organik, seperti:
Infeksi saluran reporduksi
Kelainan koagulasi (pembekuan darah), misal : akibat von willebrand disease, kekurangan protrombin, idiopatik
trombositopenia purpura (ITP), dll
Disfungsi organ yang menyebabkan terjadinya menoragia seperti gagal hepar atau gagal ginjal. Penyakit hati kronik
dapat menyebabkan gangguan dalam menghasilkan faktor pembekuan darah dan menurunkan hormon estrogen.

Kelainan hormon endokrin misal akibat kelainan kelenjar tiroid dan kelenjar adrenal, tumor pituitari, siklus
anovulasi, Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS), kegemukan, dll
Kelainan anatomi rahim seperti adanya mioma uteri, polip endometrium, hiperplasia endometrium, kanker
dinding rahim dan lain sebagainya.
Iatrogenik : misal akibat pemakaian IUD, hormon steroid, obat-obatan kemoterapi, obat-obatan antiinflamasi dan obat-obatan antikoagulan.
Hipomenorea

Tanda & Gejala


Waktu bleeding yang lebih lama disertai jumlah darah yang banyak
Dapat disertai dismenorea

Diagnosa
Anamnesa: keluhan darah haid yang banyak, durasi yang memanjang, dapat
disertai nyeri
Px. Fisik: dapat disertai gejala anemia
Px. Penunjang: dilakukan untuk melemahkan kemungkinan menorraghia yang
disebabkan oleh penyakit lain
Px. Darah: anemia, kelainan tiroid, kelainan pembekuan darah
Pap Test: apabila ada kemungkinan yang mengarah ke kanker
Biopsi Endometrial: pengambilan sampel histologik untuk diperiksa
Histeroskopi: pemeriksaan menggunakan kamera kecil untuk melihat keadaan uterus

Terapi
Selain menurunkan atau menghentikan volume perdarahan yang cukup banyak
dan mencegah terjadinya anemia defisiensi besi, pengobatan menorrhagia juga
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penderitanya
Namun apabila dokter tidak mencurigai adanya masalah serius yang
menyebabkan menorrhagia, atau kondisi tersebut tidak mengganggu aktivitas
sehari-hari penderitanya, pengobatan tidak diperlukan
Ada dua cara untuk mengobati menorrhagia, yaitu melalui obat-obatan dan
operasi
First line: Kombinasi Obat Kontrasepsi Oral
Operasi: Ablasi Endometrium

Obat Kontrasepsi Oral


Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill adalah pil KB yang
mengandung hormon estrogendan progesteron.
Pil KB kombinasi mengandung hormon aktif dan hormon tidak aktif, termasuk:
Conventional Pack.
Continuous Dosing Or Extended Cycle.

Conventional Pack
Paket konvensional biasanya berisi 21 pil dengan hormon aktif dan 7 pil dengan hormon tidak aktif atau 24
pil aktif dan empat pil tidak aktif. Haid terjadi setiap bulan selama seminggu ketika minum pil pada hari ke 4-7
dari pil terakhir yang tidak aktif.

Continuous Dosing or Extended Cycle


Merupakan pil kombinasi yang berisi 84 pil dengan hormon aktif dan 7 pil dengan hormon tidak aktif. Haidterjadi
setiap empat kali setahun selama seminggu ketika minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang tidak aktif.
Tersedia juga pil KB yang mengandung 28 pil dengan hormon aktif yang dapat mencegah haid.

Obat Kontrasepsi Oral


Cara Kerja
Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill mempunyai cara kerja
sebagai berikut:
Mencegah implantasi
Menghambat ovulasi
Mengentalkan lendir serviks
Memperlambat transportasi ovum
Menekan perkembangan telur yang telah dibuahi

Obat Kontrasepsi Oral


Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pil kombinasi ini antara lain:
Peningkatan risiko trombosis vena, emboli paru, serangan jantung, stroke dan kanker leher rahim.
Peningkatan tekanan darah dan retensi cairan.
Pada kasus-kasus tertentu dapat menimbulkan depresi, perubahan suasana hati dan penurunan libido.
Mual (terjadi pada 3 bulan pertama).
Kembung.
Perdarahan bercak atau spotting (terjadi pada 3 bulan pertama).
Pusing.
Amenorea.
Nyeri payudara.
Kenaikan berat badan.

Obat Kontrasepsi Oral


Kontra Indikasi Absolut
Yang termasuk dalam kontra indikasi absolut antara lain: tromboplebitis atau tromboemboli, riwayat tromboplebitis atau
tromboemboli, kelainan serebrovaskuler atau penyakit jantung koroner, diketahui atau diduga karsinoma mammae, diketahui
atau diduga karsinoma endometrium, diketahui atau diduga neoplasma yang
tergantung estrogen, perdarahan abnormal genetalia yang tidak diketahui penyebabnya, adenoma hepar, karsinoma
atau tumor-tumor jinak hepar, diketahui atau diduga hamil, gangguan fungsi hati, tumor hati yang ada sebelum pemakaian
pil kontrasepsi atau produk lain yang mengandung estrogen.

Kontra Indikasi Relatif


Yang termasuk dalam kontra indikasi relatif antara lain: sakit kepala (migrain),
disfungsi jantung atau ginjal,diabetes gestasional atau pre diabetes, hipertensi, depresi, varises, umur lebih 35 tahun,
perokok berat, fase akut mononukleosis, penyakit sickle cell, asma, kolestasis selama kehamilan, hepatitis atau
mononukleosis tahun lalu, riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang terkena penyakit reumatik yang fatal atau tidak fatal
atau menderita DM sebelum usia 50 tahun, kolitis ulseratif.

Selain itu, kriteria lain yang tidak dapat menggunakan pil kombinasi adalah:
Wanita yang tidak dapat disiplin minum pil setiap hari.
Wanita yang dicurigai hamil atau hamil.
Wanita yang menyusui secara eksklusif.

Obat Kontrasepsi Oral


Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pil kombinasi ini antara lain:
Peningkatan risiko trombosis vena, emboli paru, serangan jantung, stroke dan kanker leher rahim.
Peningkatan tekanan darah dan retensi cairan.
Pada kasus-kasus tertentu dapat menimbulkan depresi, perubahan suasana hati dan penurunan libido.
Mual (terjadi pada 3 bulan pertama).
Kembung.
Perdarahan bercak atau spotting (terjadi pada 3 bulan pertama).
Pusing.
Amenorea.
Nyeri payudara.
Kenaikan berat badan.

OAINS
Selain dapat meredakan gejala nyeri, obat ini juga dapat menurunkan produksi
salah satu hormon yang berperan dalam terjadinya menorrhagia, yaitu hormon
prostaglandin
Contoh obat OAINS yang bisa digunakan adalah ibuprofen, naproxen, dan asam
mefenamat
Obat ini bisa menurunkan pendarahan hingga 49%
Efek samping yang mungkin timbul dari penggunaan OAINS sama seperti asam
traneksamat yaitu diare dan dispesia

Ablasi Endometrium
Prosedur ini dilakukan dengan cara menghancurkan penebalan dinding rahim
secara permanen
Ada dua jenis teknik ablasi endometrium:
Yang pertama adalah menghancurkan lapisan rahim dengan menggunakan sebuah
balon yang dimasukkan ke dalam rahim dan kemudian dipanaskan
Teknik kedua adalah menghancurkan lapisan rahim dengan menggunakan gelombang
radiasi

D & C (Dilatation & Curettage)


Dapat digunakan untuk diagnose
Jarang digunakan untuk terapi, karena hanya berpengaruh 1-2 bulan
Sering digunakan bersamaan dengan histeroskopi untuk mengevaluasi
endometrium
Kontraindikasi bagi pasien yang diketahui atau suspek infeksi pelvis
Resiko termasuk perforasi uterine & infeksi

Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang
dari biasa, sebab kelainan ini terletak pada konstitusi penderita, pada uterus
(misal : sesudah operasi mioma)
Hipomenorea tidak mengganggu fertilitas
Hipomenorea adalah pendarahan dengan jumlah darah sedikit, melakukan
pergantian pembalut sebanyak 1-2 kali per hari, dan berlangsung selama 1-2 hari
saja
Perdarahan haid yg jumlahnya sdkt (<40ml>) siklus regular

Etiologi
Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat
dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal
Sering disebabkan karena gangguan endokrin
Kekurangan estrogen maupun progesterone, stenosis hymen, stenosis serviks
uteri, sinekia uteri (sindrom asherman)
Sebab-sebabnya dapat terletak pada konstitusi penderita, pada uterus (misalnya
sesudah meomektomi), pada gangguan endoktrin, dan lain-lain, kecuali bila
ditemukan sebab yang nyata, terapi terdiri atas menenangkan penderita

Terapi
Tidak perlu terapi jika siklus ovulatoar, subsitusi hormon E&P bila perlu, induksi
ovulasi jika siklus anovulatoar & ingin mengandung
Terapi mendikamentosa: Endometril (Lynestrenol 5 mg) progesterone sintetis
Dosis: untuk hipomenorea, 1 tablet setiap hari pada hari ke 16 25 dari siklus haid
Kontraindikasi: riwayat atau menderita penyakit hati, ikterik kolestatik, perdarahan
vagina tak terdiagnosa, riwayat pruritus berat dalam kehamilan, herpes gestasional atau
ikterik dalam kehamilan, sindrom Rotor & Dubin-Johnson, Hamil
MoA: cara kerja hormon progesterone

Polimenorea
Ketika seorang wanita mengalami siklus menstruasi yang lebih sering (siklus
menstruasi yang lebih singkat dari 21 hari)
Wanita dengan polimenorea akan mengalami menstruasi hingga dua kali atau
lebih dalam sebulan, dengan pola yang teratur dan jumlah perdarahan yang
relatif sama atau lebih banyak dari biasanya.

Etiologi
Polimenorea dapat terjadi akibat adanya ketidakseimbangan sistem hormonal
pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium
Ketidak seimbangan hormon tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada
proses ovulasi (pelepasan sel telur) atau memendeknya waktu yang dibutuhkan
untuk berlangsungnya suatu siklus menstruasi normal sehingga didapatkan
menstruasi yang lebih sering

Faktor Resiko
Gangguan keseimbangan hormon dapat terjadi pada:
Pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama
Beberapa tahun menjelang menopause
Gangguan indung telur
Stress dan depresi
Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia)
Penurunan berat badan berlebihan
Obesitas
Olahraga berlebihan, misal atlit
Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan, aspirin, NSAID

Terapi
Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh dengan
sendirinya, penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter jika polimenorea
berlangsung terus menerus
Tujuan terapi pada penderita polimenorea adalah mengontrol perdarahan, mencegah
perdarahan berulang, mencegah komplikasi, mengembalikan kekurangan zat besi
dalam tubuh, dan menjaga kesuburan
Untuk polimenorea yang berlangsung dalam jangka waktu lama, terapi yang diberikan
tergantung dari status ovulasi pasien, usia, risiko kesehatan, dan pilihan kontrasepsi
Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk terapinya
Pasien yang menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi
diberikan, dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi.

Oligomenorea
Oligomenorea merupakan suatu kondisi dimana siklus haid lebih panjang, lebih
dari 35 hari (nomal: 25-35 hari)
Apabila panjangnya siklus lebih dari tiga bulan, hal itu sudah dinamakan
amenorea
Perdarahan pada oligomenorea biasanya berkurang
Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu, dan
fertilitas cukup baik. Siklus haid biasanya juga ovulator dengan masa proliferasi
lebih panjang dari biasanya

Etiologi
Perpanjangan stadium follikuler
Perpanjangan stadium luteal
Kedua stadium diatas menjadi panjang

Gejala
Periode siklus menstruasi yang lebih dari 35 hari sekali, dimana hanya
didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun
Haid yang tidak teratur dengan jumlah yang tidak tentu
Pada beberapa wanita yang mengalami oligomenore terkadang juga mengalami
kesulitan untuk hamil

Terapi
Pengobatan oligomenore tergantung dengan penyebab, berikut uraiannya:
Pada oligomenore dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati
menopouse tidak memerlukan terapi
Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki
keadaan oligomenore
Oligomenore sering diobati dengan pil KB untuk memperbaiki ketidak seimbangan
hormonal
Bila gejala terjadi akibat adanya tumor, operasi mungkin diperlukan: Adanya tumor yang
mempengaruhi pengeluaran hormon estrogen, maka tumor ini perlu di tindak lanjuti
seperti dengan operasi, kemoterapi, dll

Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut
Amenorea dibedakan menjadi amenorea primer dan amenorea sekunder
Amenorea primer terjadi pada wanita yang sampai usia 18 tahun belum pernah mendapat haid
Amenorea sekunder terjadi pada wanita yang pernah mendapat haid kemudia tidak dapat lagi

Amenore primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit
untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik
Amenore sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam
kehidupan wanita, seperti gangguan Gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor,
penyakit infeksi, dan lain-lain

Faktor yang Mempengaruhi Amenorea


1. Faktor Internal
a.

Organ Reproduksi, biasanya akibat organ reproduksi yang terlambat tumbuh

b.

Hormonal, umumnya akibat kesalahan stimulus organ yang memproduksi hormon


spesifik

c.

Penyakit

2. Faktor Eksternal
a.

Status Gizi, kecukupun secara kuantitas dan kualitas asupan

b.

Gaya Hidup, lebih sering akibat pengaruh dari pola makan

Klasifikasi Amenorea
Amenorrhea primer
Amenorrhea primer mengacu pada masalah ketika wanita muda yang berusia lebih dari
16 tahun belum mengalami menstruasi tetapi telah menunjukkan maturasi seksual, atau
menstruasi mungkin tidak terjadi sampai usia 14 tahun tanpa disertai adanya
karakteristik seks sekunder.

Amenorrhea sekunder
Amenorrhea sekunder adalah tidak adanya haid selama 3 siklus atau 6 bulan setelah
menstruasi normal pada masa remaja, biasanya disebabkan oleh gangguan emosional
minor yang berhubungan dengan berada jauh dari rumah, masuk ke perguruan tinggi,
ketegangan akibat tugas-tugas. Penyebab kedua yang paling umum adalah kehamilan,
sehingga pemeriksaan kehamilan harus dilakukan.

Klasifikasi Amenorea
Amenorrhea fisiologik
Dapat terjadi sebelum pubertas, dalam kehamilan, dalam masa laktasi, sesudah menopause

Amenorrhea patologik
Gangguan organic pusat
Gangguan kejiwaan
Gangguan aksis hipotalamus hipofisis
Gangguan hipofisis
Gangguan gonad
Gangguan glandula suprarenal
Gangguan glandula tiroidea
Gangguan pancreas
Gangguan uterus, vagina
Penyakit-penyakit umum

Etiologi
Penyebab secara umum:
Hymen Imperforata : Selaput darah tidak berlubang sehingga darah menstruasi
terhambat untuk keluar.

Etiologi
Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone hormone
yang tidak mencukupi untuk membentuk lapisan dinding
rahim sehingga tidak terjadi haid atau hanya sedikit.
Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis,
penambahan berat badan
Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor
Endometrium tidak bereaksi

Penyakit lain : penyakit metabolik, penyakit kronik, kelainan


gizi, kelainan hepar dan ginjal.

Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
Tidak terjadi haid
Produksi hormon estrogen dan progesteron menurun.
Nyeri kepala
Badan lemah

Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala tergantung dari penyebabnya :
Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan
tanda tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan
dan rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh.
Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan pembesaran
perut.
Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut
jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan lengan
serta tungkai yang lurus.

Manifestasi Klinis
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :
Sakit kepala
Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang
menyusui )
Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
Vagina yang kering
Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ),
perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.

Pemeriksaan Penunjang
Pada amenorrhea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan seksual
sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur,
rahim, perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan :
USG
Histerosalpingografi
Histeroskopi, dan
Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Pemeriksaan Penunjang
Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka
diperlukan pemeriksan kadar hormon FSH dan LH.
Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorrhea sekunder, maka dapat
dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) karena kadar hormon
prolaktin dalam tubuh.
Selain itu, kadar hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa. Apabila kadar
hormon TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen / Progesterone Challenge Test
adalah pilihan untuk melihat kerja hormon estrogen terhadap lapisan endometrium alam
rahim. Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.

Terapi

Terapi
Terapi diberikan sesuai penyakit penyebab, misalkan ada gangguan bawaan atau
hormonal dapat dilakukan pengobatan medikamentosa
Jika ada kelainan anatomis dapat dilakukan tindakan bedah

Terapi Gangguan Hormonal


Medikamentosa
Estrogen
Progesteron

Terapi Estrogen
Cypionate
Dose: 1.5-2 mg IM every 4 weeks
MoA: endogenous estrogen; reduces release of gonadotropin-releasing hormone and luteinizing hormone-releasing
hormone from hypothalamus; reduces gonadotropin release from pituitary; increases synthesis of DNA, RNA, and
various proteins in target tissues
Adverse Effect:
Documented hypersensitivity
Known anaphylactic reaction or angioedema with topical emulsion
Known protein C, protein S, or antithrombin deficiency or other known thrombophilic disorder
Active or previous breast cancer
Arterial thromboembolic disease (stroke, myocardial infarction [MI]), thrombophlebitis, DVT/PE, thrombogenic valvular disease
Estrogen-dependent neoplasia
Uncontrolled hypertension, diabetes mellitus with vascular involvement, jaundice with previous oral contraceptive (OC) use
Undiagnosed abnormal vaginal bleeding
Liver disease, liver tumors
Porphyria (Vagifem)

Terapi Progesteron
Endometril (Lynestrenol)
Dosis: treatment begins with estrogens, lynestrenol is added in the II phase of the
menstrual cycle, 1 tablet daily from days 14 to 25 of the menstrual cycle
MoA: act as Progesterone
Kontraindikasi: Riwayat atau sedang menderita penyakit hati, sakit kuning kolestatik,
perdarahan per vagina yang tak terdiagnosa, riwayat gatal-gatal berat selama hamil,
herpes gestasionis atau sakit kuning selama hamil, sindroma Rotor & Dubin-Johnson.
Wanita hamil.

Metroragia
Metroragia dideskripsikan sebagai perdarahan diantara dua kejadian menstruasi.
Perdarahan pada metroragi lebih tidak teratur karena pengaruh hormon yang
tidak seimbang dan lebih sering muncul dengan konsistensi bercak-bercak
(Schorge, 2008)

Etiologi
Menurut Norwitz (2008), metroragia dapat disebabkan oleh :
1. Penyakit Sistemik
a) Penyakit defisiensi protrombin yang dapat timbul sebagai perdarahan pervaginam
b) Hipertiroidisme yang terkait dengan metroragia
c) Sirosis yang menyebabkan ketidakteraturan perdarahan pervaginam akibat berkurangnya
kapasitas hati untuk metabolisme esterogen

2. Anovulatoris
Akibat dari tidak terjadinya ovulasi mengakibatkan esterogen melimpah dan tidak
seimbang mengarah pada proliferasi endometrium terus menerus yang akhirnya
menghasilkan suplai darah berlebih yang dikeluarkan mengikuti pola iregular dan tidak
dapat diprediksi.

Etiologi
Menurut Norwitz (2008), metroragia dapat disebabkan oleh :
3. Ovulatoris
Bercak darah pada pertengahan siklus setelah lonjakan LH biasanya bersifat fisiologis.
Itu menandakan ovulasi. Namun fase luteal mungkin memanjang akibat dari korpus
luteum yang menetap.
4. Penyebab lain yang mungkin berdasarkan Varney (2007) :
a) Kehamilan : terjadi bercak darah saat proses nidasi.
b) Infeksi : benda asing dalam uterus.
c) Penggunaan AKDR.
d) Ovulasi.
e) Farmakologis : penggunaan obat-obatan.

Faktor Predisposisi
Perdarahan intermenstrual juga dapat diperparah oleh penebalan endometrium
oleh karena hormon esterogen. Esterogen yang sekresi terus menerus akibat
dari kegagalan ovulasi oleh folikel mengakibatkan progesteron tidak dihasilkan
karena tidak adanya korpus luteum. Oleh karena itu endometrium menebal
dengan pola ketebalan yang tidak sama. Lapisan endometrium yang sangat tebal
bisa ruptur sehingga terjadilah spotting. Perdarahan terjadi dengan frekuensi
yang tidak teratur (Astarto, 2011).

Faktor Resiko
Metroragia disebabkan oleh berbagai macam hal :
Oleh karena kehamilan : abortus, mola hidatidosa, kehamilan ektopik
Diluar kehamilan : pada wanita yang perdarahan kontak maupun erosi dan polip
(Nugroho, 2012).

Gejala & Tanda Klinis


Pasien mengeluhkan tentang menstruasi yang terjadi dengan interval tidak
teratur atau terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi
(Varney, 2007).
Tanda klinis
Siklus menstruasi normal adalah 24 35 hari
Perdarahan terjadi diantara dua kejadian menstruasi
Perdarahan terjadi dengan konsistensi bercak-bercak

Terapi
Esterogen : valeras estradiol 20 mg IM, esterogen yang tinggi kadar darahnya
mengakibatkan perdarahan berhenti
Progesteron : kaproas hidroksi-progesteron 125 mg IM, injeksi progesteron
bermanfaat untuk mengimbangi pengaruh esterogen terhadap endometrium
Androgen : propionas testosteron 50 mg IM, hormone ini memiliki umpan balik
positif dari perdarahan uterus akibat hiperplasia endometrium

Terapi
Pada pubertas, pengobatan bisa dilakukan dengan terapi hormonal
Pemberian esterogen dan progesteron dalam kombinasi dapat dianjurkan
Terapi dapat dilaksanakan pada hari ke-5 perdarahan uterus untuk 21 hari. Dapat
pula diberikan progesteron untuk 7 hari, mulai hari ke-21 siklus haid (Astarto,
2011)
Kecuali pada pubertas, terapi yang baik dilakukan adalah dilatasi dan kerokan
(Wiknjosastro, 2010)
Ketika semua terapi sudah diberikan namun perdarahan masih belum juga
berhenti, langkah terakhir untuk metroragia adalah histerektomi (Manuaba, 2008)

Prognosis
Keberhasilan pengobatan bergantung tindakan yang dilakukan pada subjek.
Terapi hormonal menggunakan pil kontrasepsi oral kombinasi efektif dapat
mengoreksi banyak sekali kasus ketidakteraturan menstruasi yang sering
ditemukan. Sedangkan dilakukan tindakan kuretase efektif untuk wanita yang
memiliki kelainan struktural (Norwitz, 2008)

Dismenorea
Dismenore didefinisikan oleh Stenchever (2002) dalam Chudnoff (2005) sebagai
sensasi nyeri yang seperti kram pada abdomen bawah sering bersamaan
dengan gejala lain seperti keringat, takikardia, sakit kepala, mual, muntah, diare
dan tremor.
Dismenore didefinisikan oleh Stenchever (2002) dalam Chudnoff (2005) sebagai
sensasi nyeri yang seperti kram pada abdomen bawah sering bersamaan
dengan gejala lain seperti keringat, takikardia, sakit kepala, mual, muntah, diare
dan tremor.

Epidemiologi
Prevalensi dismenore paling tinggi terdapat pada remaja wanita, dengan
perkiraan antara 20-90%, tergantung pada metode pengukuran yang digunakan
Sekitar 15% remaja wanita dilaporkan menderita dismenore berat
Dismenore merupakan penyebab tersering ketidakhadiran jangka pendek yang
berulang pada remaja wanita di Amerika Serikat
Sebuah studi longitudinal secara kohort pada wanita Swedia ditemukan
prevalensi dismenore adalah 90% pada wanita usia 19 tahun dan 67% pada
wanita usia 24 tahun

Klasifikasi
Menurut Calis, Popat, Devra dan Kalantaridou (2009), dismenore dikalsifikasikan
sebagai dismenore primer (spasmodic) atau sekunder (kongestif)
Sedangkan menurut Colin dan Shushan (2003), dismenore diklasifikasikan
sebagai dismenore primer (tidak ada penyebab organik), dismenore sekunder
dan disemore membranous

Klasifikasi
Dismenore primer didefinisikan sebagai nyeri menstruasi pada wanita dengan
anatomi pelvik yang normal dan biasanya dimulai pada masa remaja. Nyeri ini
dikarakteristikan dengan nyeri pelvik seperti kram yang dimulai sesaat sebelum
atau pada onset dari menstruasi dan berakhir satu atau tiga hari setelahnya.
Dismenore bisa juga sekunder terhadap adanya patologis organ pelvik (French,
2005).
Dismenore sekunder didefinisikan sebagai nyeri menstruasi yang diakibatkan
adanya anatomi ataupun makroskopik yang patologis dari pelvik, seperti yang
terjadi pada wanita dengan endometriosis atau pelvic inflammatory disease (PID)
yang kronik. Kondisi yang paling sering terjadi pada wanita usia 30-45 tahun
(Calis, Popat, Devra, dan Kalantaridou, 2009).

Klasifikasi
Dismenore membranosus lebih jarang terjadi, hal ini disebabkan adanya bagian
endometrium yang melewati serviks yang tidak berdilatasi (cast of endometrium
through an undilated cervix) (Colin dan Shushan, 2003).

Gejala Dismenorea
Gejala utama dismenore adalah nyeri yang terkonsentrasi pada abdomen bawah,
regio umbilikal atau regio suprapubik dari abdomen
Dismenore juga sering dirasakan pada abdomen kiri atau kanan, nyeri ini dapat
menjalar ke paha atau punggung bawah
Gejala lain yang menyertai berupa mual dan muntah, diare, sakit kepala, capek,
pusing (ACOG, 2006) dan pada kasus berat nyeri menstruasi dapat
menyebabkan seseorang pingsan (Abbaspour, 2005)
Gejala dismenore biasanya terjadi beberapa jam sebelum berawalnya
menstruasi dan dapat berlanjut sampai beberapa hari (Latthe P, Mignini L, Gray
R, Hills R, Khan K, 2006).

Etiologi dan Faktor Resiko


Menurut French (2005), faktor resiko untuk dismenore diantaranya usia dibawah
20 tahun, nulliparitas, perdarahan menstruasi yang berat, usaha untuk
menurunkan berat badan, merokok dan depresi atau ansietas, dan gangguan
jaringan sosial.
Disamping itu menurut Calis, Popat, Devra dan Kalantaridou (2009), aktivitas fisik
dan durasi dari siklus menstruasi tidak berhubungan dengan peningkatan nyeri
menstruasi

Diagnosis
Pada kebanyakan pasien dengan nyeri menstruasi, terapi empiris diberikan
dengan presumpsi diagnosis dismenore primer, berdasarkan riwayat adanya
nyeri pelvik anterior bagian bawah yang dimulai pada masa remaja dan
berhubungan secara spesifik dengan periode menstruasi
Riwayat yang inkonsisten dan atau adanya penemuan massa di pelvik pada
pemeriksaan fisik, keluarnya cairan vagina yang abnormal, atau kaku pelvik yang
tidak terbatas pada periode menstruasi mengarahkan diagnosis kepada
dismenore sekunder (French, 2005)

Terapi
Pengobatan dismenore diantaranya medikamentosa dan teknik lain untuk
mengurangi nyeri. Jika penyebab dismenore ditemukan, pengobatan difokuskan
pada menghilangkan penyebab. Pada beberapa kasus, mungkin diperlukan
pembedahan untuk menghilangkan penyebab atau mengurangi nyeri (ACOG,
2006)

Terapi
A. Medikamentosa
Obat seperti OAINS (obat anti-inflamasi non steroid) menghambat pembentukan
prostaglandin. Hal ini mengurangi rasa kram. Obat ini juga mencegah gejala seperti mual
dan diare. OAINS bekerja maksimal jika diberikan pada permulaan timbulnya gejala dan
biasanya dikonsumsi hanya selama 1 atau 2 hari. Menurut Hart dan Norman (2000),
pengobatan jangka panjang dengan progesteron juga mengurangi nyeri menstruasi.

B. Kontrasepsi oral
Kontrasepsi oral dosis rendah terbukti efektif mengurangi dismenore pada remaja wanita
pada studi terhadap76 pasien (Zoler, 2004). Hormon-hormon pada kontrasepsi
membantu mengontrol pertumbuhan dinding uterus sehingga prostaglandin sedikit
dibentuk. Akibatnya kontraksi lebih sedikit, aliran darah lebih sedikit dan nyeri berkurang.

Terapi
C. Pembedahan
D. Thermoablasi, Brunk (2005) melakukan penelitian dengan thermoablasi pada 330 wanita
dengan rata-rata 42 tahun mendapatkan bahwa mayoritas wanita (83%) melaporkan
pengurangan nyeri menstruasi dan premenstrual syndrome (PMS) dalam 1 tahun.
E. Terapi nutrisi
Perubahan pada pola makan atau diet dapat membantu mengurangi atau mengobati nyeri
menstruasi: (Tran, 2001)
1. Peningkatan masukan makanan seperti serat, kalsium, makanan dari bahan kedelai, buah-buahan dan
sayuran.
2. Mengurangi konsumsi makanan yang memicu sindrom premenstrual seperti kafein, garam dan gula.
3. Berhenti merokok karena memperburuk kram.

Terapi
4. Mengkonsumsi suplemen multi-vitamin dan mineral yang mengandung kadar magnesium dan
vitamin B6 (piridoksin) yang tinggi setiap hari, dan suplemen minyak ikan (fish oil) (Tran, 2001).
Menurut Werbach (2004), adanya peningkatan permeabilitas kapiler oleh vitamin C akan
meningkatkan efek vasodilatasi dari niasin. Vitamin E menghambat pelepasan tromboksan A2
dan menstimulasi sintesis prostasiklin, sedangkan magnesium mempunyai efek vasodilator
dan efek merelaksasikan otot serta menghambat sintesis prostaglandin F2 alfa (PGF2).

MITTELSCHMERZS SYNDROME
(Ovular Pain)
Ovular pain is not an infrequent complaint
It appears in the midmenstrual period
The pain is usually situated in the hypogastrium or in either iliac fossa
The pain is usually located on one side and does not change from side to side
according to which ovary is ovulating
Nausea or vomiting is conspicuously absent
It rarely lasts more than 12 hours
It may be associated with slight vaginal bleeding or excessive mucoid vaginal
discharge

Etiology & Probable Factors


Etiologi belum diketahui pasti
Increased tension of the Graafian follicle just prior to rupture
Peritoneal irritation by the follicular fluid following ovulation
Contraction of the tubes and uterus

Terapi
Treatment is effective analgesics
In obstinate cases, the cure is absolute by making the cycle anovular with
contraceptive pills

Referensi
Ilmu Kandungan Sarwono
Medscape
Ginekologi UNPAD
DC Duttas Textbook of Gynecology

Anda mungkin juga menyukai