Mola Hidatidosa
Mola Hidatidosa
Mola Hidatidosa
MOLA HIDATIDOSA
KELOMPOK 12
M. ERFANSYAH
HANIA HABIBAH
AMANDA ERVIANI
PENGERTIAN
ETIOLOGI
a.
b.
c.
d.
e.
f.
PATOFISIOLOGI
Mola hidatidosa diyakini terjadi ketika kromosom abnormal
mucul di dalam ovum dan/atau sperma. Jonjot-jonjot korion
tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kistakista kecil seperti anggur. Biasanya didalamnya tidak berisi
embrio. Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan
jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal.Bisa juga
terjadi kehamilan ganda mola adalah satu janin tumbuh dan
yang satu lagi menjadi mola hidatidosa.Gelembung mola
besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter
lebih dari satu cm. mola parsialis adalah bila dijumpai janin
dan gelembung-gelembung mola.
Sel-sel langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang
dan adanya sel sinsisial giantik (syncytial giant cell).Pada
kasus mola banyaak kita jumpai ovarium dengan kista lutein
ganda berdiameter 10 cm atau lebih. Kista lutein akan
berangsur-angsur mengecil dan hilang setelah mola
hidatidosa sembuh.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Tanda dan Gejala yang biasanya timbul pada klien dengan mola
hidatidosa adalah sebagai berikut :
Amenore dan tanda-tanda kehamilan
Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna
coklat.Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
Pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak
terdengarnya DJJ sekalipun
uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.
Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24
minggu.
Hiperemesis lebih sering terjadi, lebih keras dan lebih lama.
Kadar gonadotropin tinggi dalam darah serum pada hari ke 100
atau lebih sesudahperiode menstruasi terakhir.
KOMPLIKASI
Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau
tidak segera ditolong dapat berakibat fatal.
Perdarahan berulang-ulang yang dapat
menyebabkan anemia.
Infeksi sekunder.
Perforasi karena kegananasan dan Karena
tindakan.
Menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18%20% kasus akan menjadi mola destruens
atau koriokarsinoma.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan sonde uterus (hanifa)
Tes acorta sison dengan tang abortus,
gelembung mols dapat dikeluarkan
Peningkatan kadar beta HCG darah atau
urin
Ultrasonografi menunjukkan gambaran
badai salju (snow flake pattern)
Foto torak ada gambaran emboli
udaraPemeriksana T3 dan T4 bila ada gejala
hiotoksikosis.
PERAN KELUARGA
PENGKAJIAN
a.
b.
Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung
yang meliputi : nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan ke-, lamanya
perkawinan dan alamat
Keluhan utama
Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan masa lalu
Cont...
Data
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Cont...
Pemeriksaan
Penunjang
Reaksi kehamilan : karena kadar HCG yang tinggi
maka uji biologik dan uji imunologik ( galli mainini
dan planotest ) akan positif setelah pengenceran
(titrasi):
Galli mainini 1/300 (+), maka suspek mola
hidatidosa.
Galli mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola
hidatidosa atau hamil kembar. Bahkan pada mola
atau koriokarsinoma, uji biologik atau imunologik
cairan serebrospinal dapat menjadi positif.
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek,
tidak ada bagian-bagian janin, terdapat
perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis
dan vagina, serta evaluasi keadaan servik.
Cont...
Uji sonde : Sonde ( penduga rahim )
dimasukkan pelan pelan dan hati -hati ke
dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila
tidak ada tahanan, sonde diputar setelah
ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan
kemungkinan mola ( cara Acosta- Sison).
Foto rongent abdomen : tidak terlihat tulang
tulang janin ( pada
kehamilan 3-4 bulan).
Arteriogram khusus pelvis
Ultrasonografi : pada mola akan kelihatan
bayangan badai salju dan tidak
terlihat janin.
DIAGNOSA
1.
2.
3.
4.
INTERVENSI
Diagnosa 1
Diagnosa 2
Ukur pengeluaran harian.
R/ Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian
ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal.
Catat haluaran dan pemasukan.
R/ Mengetahui penurunan sirkulasi terhadap destruksi sel
darah merah
Nilai hasil lab.HB/HT.
R/ Menghindari peradarahan spontan karena proliferasi sel
darah merah.
Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi.
R/ Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan
transfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan
massif.
Evaluasi status hemodinamika.
R/ Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui
pemeriksaan fisik.
Diagnosa 3
Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar; jumlah, warna,
dan bau.
R/ Perubahan yang terjadi pada dischart dikaji setiap saat
dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai
bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.
R/ Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.
Lakukan perawatan vulva.
R/ Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat
dapat menyebabkan infeksi.
Observasi suhu tubuh.
R/ Mengetahui infeksi lanjut.
Nilai hasil lab.Leukosit, darah lengkap.
R/ Penurunan sel darah putih akibat dari proses penyakit.
Berikan obat sesuai terapi.
R/ Antibiotika profilaktik atau pengobatan.
Diagnosa 4
Sajikan makanan yang hangat.
R/ Untuk mengkaji mual/muntah/nek.
Kaji/catat pemasukan diet atau kemampuan
pasien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
R/ Membantu dalam mengidentifikasi definisi
dan kebutuhan diet.
Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering.
R/ Meminimalkan anorexia/mual.
Kolaborasi dengan ahli gizi.
R/ Menambahkan dalam menetapkan program
nutrisi spesifik untuk memenuhi kebutuhan
individu pasien
TERIMAKASIH