Fistulektomi LNA

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

TEKNIK OPERASI

FISTULEKTOMI
Pembimbing: Dr. dr. Kiki Lukman, SpB-KBD, M.Sc.
Oleh : dr. M. Reza Nouval
dr. Lina Wijaya
dr. Hendi Ansori
ANATOMI
Rektum (Retroperitoneal)
Panjang : 12 - 15 cm.
Tiga plika submukosa
katup-katup Houston,
yang memanjang ke lumen
rektum
Posterior fasia presakralis
Pada S4, fasia rektosakralis
(fasia Waldeyer) memanjang ke
arah depan dan ke bawah
Anterior fasia Denonvillier.
ANATOMI

Surgical Anal canal


Dari anorectal line (or
junction) ke anal verge
Panjangnya 2-4 cm

Anatomical Anal
canal
Darilinea dentata
sampai ke anal verge
Anal transition zone : mukosa yang terletak 1 sampai dengan 2 cm proksimal dari linea dentata memiliki epitel
kolumnar, kuboid, dan squamousa.
Linea dentata dikelilingi oleh plika mukosa longitudinal, dikenal sebagai kolumna Morgagni
Kripta anal
Anal gland
SPASIUM / RUANG ANOREKTAL
ETIOLOGI
Penyebab non spesifik adalah kelenjar kripta yang terinfeksi
Penyebab spesifik meliputi penyakit Crohn, kolitis kronis
ulseratif, tuberkulosis (TB), aktinomikosis, adanya benda
asing, karsinoma, limfoma, limfogranuloma venereum,
inflamasi pelvis, trauma (tembakan, operasi prostat,
episiotomi, hemorroidektomi), radiasi, dan leukimia.
Penyebab tambahan mencakup :
Feses yang keras
Diare kronis
Kelahiran bayi
Kebiasaan menggunakan katartik
Trauma ani lainnya (dapat terjadi karena hubungan seksual
lewat anus atau pemeriksaan rektal menggunakan spekulum)
PATOGENESIS

Park dan Morson and Dawson memperlihatkan kelenjar


anal terinfeksi pada 70% kasus
Kelenjar kelenjar ani ditemukan pada pertengahan anal
kanal pada lokasi kripta dan melewati submukosa,
dimana 2/3-nya berlanjut ke sfingter interna dan
separuhnya terus memasuki intersphincteric plane.
Obstruksi pada saluran-saluran ini (sekunder karena
materi benda asing atau trauma) stasis dan infeksi.
Morson and Dawson percaya bahwa keadaaan kronis dari

kondisi ini disebabkan oleh epitel anal kanal yang


menetap pada bagian tract yang bergabung dengan
internal opening. Epitel yang persisten menyebabkan
pembukaan tetap paten, mencegah penyembuhan.
GAMBARAN KLINIS
Pasien biasanya datang
dengan drainase persisten
dari internal dan/atau
external openings.
Suatu traktus yang
terindurasi biasanya
dapat teraba.
Identifikasi internal

opening lebih sulit.


Goodsall's rule
panduan untuk
menentukan lokasi
internal opening
PEMERIKSAAN FISIK
Penempatan pasien : posisi left lateral decubitus dengan lutut ditarik ke
arah dada.
Aplikasi anestetik lokal, seperti lidocaine jelly, sebelum dilakukan

pemeriksaan colok dubur.


Pemeriksaan rektum secara umum lebih sulit untuk dilakukan karena

spasme sfingter dan nyeri.


Traktus yang menebal yang masuk ke dalam anal kanal, jika fistula

dianggap superfisial paling khas untuk fistula intersfingterik.


Pemeriksaan rektum digital (ibu jari ditempatkan di luar dan jari

telunjuk di dalam anal kanal) : memperlihatkan traktus atau cord yang


terindurasi.
Suatu fistula dapat diidentifikasi dengan adanya jaringan granulasi

berbentuk lingkaran kecil, dimana pus akan keluar jika jaringannya


paten.
Traktus fistula yang terbuka di sebelah dalam dapat dilihat dengan

bantuan anuskopi. KGB inguinal dapat membesar dan terasa nyeri.


KLASIFIKASI -- PARK
FISTULA INTERSFINGTERIK
Suatu fistula
intersfingterik berjalan
melalui sfingter interna
distal dan ruang
intersfingterik (bidang
intersfingterik) ke
external opening di dekat
anal verge.
Insidensinya bervariasi

antara 55% dan 70%.


Fistula ini merupakan

fistula yang paling sering


ditemukan
FISTULA TRANSSFINGTERIK
Suatu fistula
transsfingterik seringkali
dihasilkan oleh abses
ischiorektal dan meluas
melalui kedua sfingter
interna dan externa,
sebelum mencapai kulit.
Tipe ini ditemukan pada

20-25% kasus.
Terkadang dapat

ditemukan perluasan
fistula transsfingterik ke
supralevator.
FISTULA SUPRASFINGTERIK
Insidensi fistula
suprasfingterik
berkisar antara 1-3%.
Fistula ini berawal dari
bidang intersfingterik,
melewati supralevator
dan berjalan antara
m.puborektalis dan
m.levator ani, lalu
melewati fossa
ischiorektalis dan
berakhir pada kulit
FISTULA EKSTRASFINGTERIK

Internal opening berada di atas


m.levator ani dan jalurnya melewati
kedua sfingter, melewati fossa
ischiorektalis, dan berakhir pada
kulit.
Fistula ini biasanya merupakan

akibat dari trauma (mis: benda asing,


manipulasi operatif), penyakit Chron,
atau radang panggul.
Fistula ini juga dapat terjadi bila

abses supralevator atau fistula


transsfingterik dengan perluasan ke
supralevator ruptur secara spontan
ke dalam rektum.
Insidensi fistula ini berkisar antara 2-

3%.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Anuskopi
Probing

Penelusuran traktus

Teknik Injeksi

Endosonografi Anal

MRI

Sigmoidoskopi rigid atau fleksibel


PROBING
TEKNIK INJEKSI DENGAN
PEWARNAAN

Metilen biru
H2O2 gelembung
pada internal opening
Susu

Kontras ==
fistulografi
MRI -- MRI LEBIH UNGGUL DIBANDINGKAN ULTRASONOGRAFI ENDOANAL
DAN MEMPERLIHATKAN GAMBARAN PATOLOGIS YANG MUNGKIN
TERLEWATKAN PADA SAAT OPERASI. MRI MEMILIKI SENSITIFITAS 97% DAN
SPESIFISITAS 100% DALAM MENDETEKSI FISTULA ANI.
PENATALAKSANAAN

Fistulotomi Fistulektomi
PRINSIP PENATALAKSANAAN

Menentukan trek fistula dan ekstensi sekunder


Drainase pus

Eksisi, perawatan terbuka

Jika di atas linea dentata trek harus dieksisi


atau digunakan seton
Jika dibawah linea dentata dilakukan

fistulektomi
TEKNIK OPERASI

1. Persiapan pre Operasi dengan preparasi kolon.


2. Pasien diposisikan dalam posisi litotomi dan dibius

dalam spinal
3. Dilakukan a-antiseptic lapangan operasi dan
pasang duk steril
4. Dilakukan anuskopi untuk mencari internal
opening
5. Untuk mencari track fistula dapat digunakan sonde
atau injeksi metilen blue.
6. Dilakukan fistulotomi atau fistulektomi
7. Kuretase
8. Jaringan yang dieksisi dilakukan pemeriksaan PA

9. Rawat perdarahan

10.Pemasangan tampon betadin

11. Operasi selesai


CUTTING SETON

Ketika traktus melewati sfingter pada tingkat yang


lebih tinggi ( di atas linea dentata) jangan
memutuskan seluruh otot yang berada di bawah
traktus
MANAJEMEN POST -OP

Tujuan: Mendapatkan penyembuhan sekunder dari


dalam luka dan mencegah kontak
Sitz baths hangat 3 x sehari

Laxatif

Penutupan dengan kassa tidak dianjurkan

Jika masih ada pus 7 hari pasca operasi perlu


dilakukan pemeriksaan ulang
Follow up rekurensi

Kriteria sukses adalah tidak ada rekurensi,


penyembuhn sekunder tidak tertunda dan tidak
ada inkontinensia
KOMPLIKASI
1. Perdarahan
2. Infeksi

3. Inkontinensia

4. Retensio Urine
TERIMA KASIH . . .

Anda mungkin juga menyukai