Airborne Gravity Survey

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

AIRBORNE

GRAVITY SURVEY
GEODESI FISIS LANJUT
Airborne gravimetry adalah alat untuk memetakan
gayaberat local memakai kombinasi sensor yang
PENGERTIA dipasang pada airborne, wahana pesawat dan system
penentuan posisi. Sistem ini cocok untuk pengukuran
N gravity pada terrain yang sulit dan area yang terdiri
dari air dan tanah (rawa). (Hwang et. al., 2006).
RUMUS
AIRBORNE
GRAVITY
pengamatan gaya berat fb dan fz diperoleh dari
tegangan pegas, faktor kelajuan pengungkit dan
koreksi cross-coupling yang merupakan bagian dasar
dari gravimeter udara (airborne gravimeter).

KETERANGA adalah koreksi untuk Eotvos effect, yaitu


N RUMUS pengaruh perubahan gaya berat yang terjadi pada
objek yang bergerak relative terhadap permukaan
bumi. Koreksi ini diberikan dengan memperhitungkan
ketinggian terbang wahana terhadap permukaan
bumi serta model bumi yang digunakan (Harlan,
1986).
Komponen-komponen z, , ve, vn, dan diperoleh
dari pengamatan GPS dan IMU.
Gambar
1 : Konsep
Penentuan
Gaya
Berat
Mengguna
kan
Wahana
Airborne
Ketelitian pengamatan gaya berat dengan menggunakan wahana udara
(airborne) sangat dipengaruhi oleh ketelitian pengamatan GPS kinematic
dan ketelitian bacaan IMU yang digunakan (Hwang et.al. 2007).
Dengan adanya GPS, adalah mungkin untuk menentukan posisi pesawat
sampai akurasi tingkat centimeter. Dengan sebuah teknis numeric
(perhitungan), kecepatan dan akselerasi dapat diperoleh dari posisi
KESIMPULA dengan akurasi tinggi.

N
Akan tetapi, adanya turbulensi pada pesawat yang tiba-tiba mengubah
posisi pesawat sering terjadi dan akselerasi vertical mungkin melampaui
nilai gayaberat itu sendiri (9,8 ms-2), sehingga dalam pengamatan
gaya berat Airborne hanya penerbangan yang halus saja, nilai
gaya beratnya bisa dipakai.
Dengan demikian, 3 bagian penting pada airborne gravity adalah :
1. Gravimeter,
2. GPS
3. Parameter gerakan pesawat (IMU)
Aplikasi pengukuran gaya berat dengan
menggunakan wahana pesawat sangat beragam,
diantaranya adalah untuk pencarian mineral di bawah
permukaan bumi, pembuatan model geoid, untuk
koreksi data SRTM, keperluan arkeologi, dan
APLIKASI seterusnya. Beberapa contoh disebutkan sebagai
berikut:
AIRBORNE
GRAVITY
SURVEY

Tabel di atas menyebutkan hubungan antara jenis mineral


tertentu (Kimberlit) dengan anomaly gaya berat yang dihasilkan
pada pengukuran airborne gravimeter
Gambar :
Airborne
Gravitymete
r untuk
Penentuan
Saluran
Purbakala
(Zuidweg
and Mumaw,
2006)
a. Sensor (alat) pengukur gaya berat diletakkan pada wahana terbang
b. Wahana terbang bisa berupa pesawat dengan awak atau tanpa awak
c. Sistem penentuan posisi pesawatnya dengan GNSS realtime kinematic
d. Instrumen pengukur gayaberat adalah gravimeter khusus wahana udara
seperti LaCosta&Romberg type AirSystem III (zero-length spring)
e. Pada airborne gravity pesawat dilengkapi dengan sensor pencatat sikap
(attitude) pesawat yakni dengan IMU (Inertial Moment Unit)
INSTRUMENTAS f. Pengukuran gayaberat bisa memiliki luasan area yang cukup dengan waktu
I pengukuran yang cukup singkat
g. Survei dilakukan dengan sebelumnya direncanakan jalur terbang pesawat
dan sebisa mungkin membentuk loop (titik awal dan akhir sama)
h. Ketinggian pesawat menjadi faktor kunci dalam kesensitifan sensor
gravimeter dalam mengakuisisi data gayaberat
i. Diperlukan inisialisasi awal untuk GPS agar mendapatkan posisi yang teliti
saat terbang
j. Integrasi waktu antar sensor menjadi kunci utama dalam airborne gravity
survey
AKUISISI SRATEGI PENGUKURAN
DATA Dalam hal pengukuran airborne gravity, beberapa
AIRBORNE strategi yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah
persiapan yang baik, strategi perolehan data yang
GRAVITY berkualitas, strategi pengolahan data, visualisasi
hingga aplikasi dari data airborne gravity tersebut.
SURVEI
Selain persiapan yang matang, pada saat pengukuran gaya
berat juga ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
untuk memperoleh hasil yang berkualitas. Diantaranya
adalah sebagai berikut (Zuidweg and Mumaw, 2006):
1) Penggunaan wahana pesawat. Jenis pesawat yang
digunakan berpengaruh terhadap hasil ukuran gaya berat.
Penggunaan pesawat bermesin tunggal, misalnya, dapat
mengurangi goncangan dibandingkan dengan pesawat
AKUISISI bermesin ganda

DATA
2) Ketinggian terbang. Dimulai dari ketinggian 80 meter
di atas permukaan tanah, yaitu ketinggian minimal untuk
terbang
3) Kecepatan ideal. Kecepatan ideal pesawat adalah 70
m/s. Penggunaan pesawat yang lebih lambat dapat
meningkatkan ketelitian. Namun hal ini kurang efisien.
4) Jarak antar jalur. Berkisar pada 50 m 2000 m
tergantung hasil yang diinginkan
Pemrosesan data pada airborne gravimeter terdiri
dari lima tahap utama (Zuidweg and Mumaw, 2006):
1) Tahap pertama, disebut dengan High-rate
processing. Pada tahap ini pengaruh gaya-gaya luar
seperti gaya sentripetal dihilangkan
2)Tahap kedua adalah pembentukan komponen
tensor dan penghilangan efek terrain (terrain effect)

Precise 3) Tahap ketiga adalah cross analysis, yaitu analisis


antar jalur ukuran untuk menghilangkan outlier dan
Data kesalahan pengukuran kasar menggunaan persamaan
Laplace. Masukan yang digunakan adalah data GPS
Processing dan IMU pesawat.
4) Tahap keempat adalah perataan data dengan
menggunakan perataan jaring untuk menghilangkan
kesalahan sistematis
5) Tahap kelima disebut dengan Full Tensor
Processing, menghilangkan sisa kesalahan yang ada
pada data.
Gambar.
Diagram
Alir
Pemrosesa
n Data
Gaya
Berat
(Geospace
, 2010)
Setelah data selesai diproses, data gaya berat yang dihasilkan dapat
ditampilkan dengan berbagai macam bentuk. Berikut adalah
beberapa jenis visualisasi hasil ukuran gaya berat:

VISUALISASI
DATA
Grafik
(Lane,
2004)
Gradasi
warna
(Forsberg,
et. al.,
2007)
Hillshaded
map (Lane,
2004)
Peta kontur
(Forsberg,
et. al.,
2007)
Peta tiga
dimensi
(Witherly&
Diorio,
2007)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai