Mikroemulsi 1

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

MIKROEMULSI

Definisi
Mikroemulsi adalah emulsi yang
memiliki diameter tetesan dalam
rentang sekitar 0,01 sampai 0,1m.
Dengan demikian, mikroemulsi
mempunyai turbiditas yang rendah.
Mikroemulsi merupakan tetesan yang
seragam (diameter<100nm) dari air
dalam minyak atau minyak dalam air,
yang bergantung pada sifat alamiah dari
surfaktan.
Mikroemulsi bersifat isotropik, sistem air,
minyak, dan surfaktan yang stabil transparan
(tembus cahaya) secara termodinamika,
seringkali dikombinasikan dengan kosurfaktan,
membentuk droplet yang ukurannya berkisar
20 200 nm.
Sistem ini homogen, dapat dipreparasi dengan
konsentrasi surfaktan dan perbandingan air-
minyak beragam menghasilkan aliran dengan
viskositas rendah.
Tipe Mikroemulsi
Tipe mikroemulsi ada 2, yaitu:
1. Mikroemulsi langsung (minyak di
dalam air, o/w)
2. Mikroemulsi balik (air di dalam
minyak, w/o)
Warna Sistem
Perbedaan warna dari sistem
(transparan/translusen) dipengaruhi
oleh:
1. Ukuran partikel yang diteteskan,
2. Indeks refraktif antara air dan
minyak.

Mikroemulsi dengan ukuran
droplet kecil (dalam range
10 nm) menghasilkan
TRANSPARAN, dimana
perbedaan indeks refraktif
antara minyak dan air
adalah besar
Mikroemulsi dengan ukuran
droplet besar (dalam range
50 nm) menghasilkan
TRANSLUSEN, dimana
perbedaan indeks refraktif
antara minyak dan air
adalah kecil
Teori Pembentukan
Mikroemulsi


Mikroemulsi terbentuk
karena...
Meningkatnya energi bebas sistem,
sehingga menurunkan IFT sampai pada level
yang sangat rendah sekali (10-210-3mN/m)
Meningkatnya area permukaan, sehingga
energi permukaan meningkat, dan entropi
(ketidakteraturan) juga meningkat.
Sehubungan dengan ukuran yang didroplet.
Semua ini terbentuk dalam level molekular,
dimana surfaktan akan membentuk film
antarmuka antara minyak dan air
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan dan kestabilan Mikroemulsi

Sifat alamiah dari molekul surfaktan


Berat molekul surfaktan
Konsentrasi dan panjang rantai dari ko-
surfaktan
Salinitas
Suhu
Rasio surfaktan/minyak
HAL YANG PENTING UNTUK
MEMPRODUKSI MIKROEMULSI

Tegangan antar muka yang rendah


antara fase air dan minyak. [ < 10-
3
mN/m]
Konsentrasi surfaktan yang cukup (10-
40%) untuk menutupi permukaan yang
baru dibuat dalam mikroemulsi
Fluiditas rendah dan viskositas rendah
yang mencukupi dari permukaan selaput
secara spontan membentuk tetesan
mikro dengan radius kelengkungan kecil
(50-500)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMBENTUKAN MIKROEMULSI

Packing rasio: (hydrophilelipophile


balance) HLB dari surfaktan
menentukan jenis mikroemulsi melalui
pengaruhnya terhadap pembentuk film
pada fase terdispersi atau fase dalam.
Sifat dari fase surfaktan, minyak dan
suhu: Jenis mikroemulsi tergantung pada
sifat surfaktan.
Panjang rantai, jenis dan sifat
kosurfaktan: Alkohol banyak digunakan
sebagai kosurfaktan dalam mikroemulsi.
Kelebihan Mikroemulsi dibandingkan
Emulsi

Stabil secara termodinamik dan stabilitasnya


menyebabkan swaemulsifikasi sistem, dimana
sifat-sifatnya tidak bergantung pada proses
yang dilalui.
Mikroemulsi bertindak sebagai pelarut obat
super. Mikroemulsi dapat melarutkan obat
hidrofilik dan lipofilik, termasuk obat yang
relatif tidak larut dalam air dan pelarut
hidrofobik. Hal ini disebabkan adanya polaritas
berbeda pada daerah mikro dalam satu fase
solusio.
Fase terdispersi, lipofilik ataupun hidrofilik, dapat
menjadi penampung potensial untuk obat yang
hidrofilik maupun lipofilik. Obat dipartisi diantara
fase terdispersi dan fase kontinyu, yang mana bila
terjadi kontak antara sistem dengan membran semi
permeabel, obat akan ditransportasikan menembus
pelindung.
Diameter rata-rata droplet mikromemulsi berada di
bawah ukuran 220nm sehingga dapat disterilisasi
dengan filtrasi.
Sama-sama dapat membawa obat yang lipofilik
ataupun hidrofilik.
Mikroemulsi mudah dipreparasi karena stabil secara
termodinamika dan tidak membutuhkan kontribusi
energi yang terlalu banyak selama preparasi.
Mikroemulsi memiliki viskositas yang rendah bila
dibandingkan emulsi lain.
Penggunaan mikroemulsi sebagai sistem panghantaran
dapat meningkatkan efikasi obat, termasuk mengurangi
jumlah dosis dan meminimalkan efek samping obat.
Pembentukan mikroemulsi bersifat reversibel.
Mikroemulsi tidak stabil pada temperatur rendah atau
tinggi. Namun, ketika temperatur kembali pada kisaran
stabilitasnya, mikroemulsi akan terbentuk kembali.
Kekurangan
Menggunakan surfaktan dan kosurfaktan dalam
konsentrasi tinggi untuk menyetabilkan
nanodroplet.
Kapasitas melarut yang terbatas untuk zat-zat
yang mudah melebur.
Surfaktan tidak boleh toksik untuk aplikasi
farmasetik
Stabilitas mikroemulsi dipengaruhi oleh parameter
lingkungan, macam ph dan temperatur. Parameter
tersebut dapat berubah-ubah selama
penyampaian mikroemulsi kepada pasien.
perbedaan mikroemulsi dengan emulsi
secara umum
EVALUASI MIKROEMULSI
Stabilitas dan ketahanan suatu mikro emulsi dapat
diuji melalui beberapa tahapan evaluasi. Evaluasi
yang dilakukan untuk sediaan mikroemulsi antara
lain pemeriksaan organoleptik, penentuan tipe
mikro emulsi, ukuran global, viskositas sediaan,
pH sediaan, dan uji stabilitas dengan
metodefreeze-thaw. Evaluasi organoleptik
dilakukan dengan mengamati terjadinya
pemisahan fase atau pecahnya emulsi, bau tengik
dan perubahan warna. Penentuan tipe mikroemulsi
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu uji kelarutan
zat warna dan uji pengenceran [Martin, 1993].
Uji kelarutan zat warna dilakukan dengan
menggunakan zat warna larut air seperti
metilen biru atau biru brilian CFC yang
diteteskan pada permukaan emulsi. Jika zat
warna larut dan berdifusi homogen pada fase
eksternal yang berupa air, maka tipe emulsi
adalah M/A (o/w). Jika zat warna tampak
sebagai tetesan di fase internal, maka tipe
adalah A/M (w/o). Hal yang terjadi sebaliknya
adalah jika digunakan zat warna larut minyak
(Sudan III) [Priyanka, 2009].
Uji pengenceran dilakukan dengan cara
mengencerkan mikro emulsi dengan air.
Jika emulsi tercampur baik dengan air,
maka tipe mikro emulsi adalah M/A
(o/w). Sebaliknya jika air yang
ditambahkan membentuk globul pada
emulsi maka tipe emulsi adalah A/M
(w/o).[Martin, 1993].
Mikroemulsi dalam
kehidupan
Salah satu contoh penggunaan mikroemulsi dalam kehidupan adalah
BEVERAGE WHITENER.
Yang paling terkenal dari beverage whitener adalah COFFEE WHITENER.
Beverage whitener adalah produk yang berbentuk cairan (liquid) atau

serbuk (powder) yang terbuat dari emulsi minyak tumbuhan dan air, yang
biasanya digunakan pada minuman teh atau kopi.
Komposisi minyak tumbuhan berasal dari:

1. Minyak sawit
2. Minyak kelapa
3. Minyak kanola, dll
Emulsifier yang digunakan seperti:

1. Protein (Casein)
2. Surfaktan (polisorbat)
Dengan proses mikroemulsi, maka minyak tumbuhan yang tidak menyatu

dengan fasa air, akan terdispersi dengan baik pada teh atau kopi yang
menimbulkan efek whitening.

Anda mungkin juga menyukai