Intoksikasi
Intoksikasi
Intoksikasi
Intoksikasi Gromoxone
Oleh :
Reki Hendika
110070100066
Pembimbing :
Dr. Elfi Fitraneti, Sp.PD
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK
Universitas Baiturrahmah
Definisi intoksikasi
Toksikologi (berasal dari bahasa Yunani yaitu tokskos dan logos yang
merupakan studi mengenai perilaku dan efek yang merugikan dari
suatu zat terhadap suatu organisme/ makhuk hidup).
Keracunan adalah masuknya zat ke dalam tubuh yang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan
kematian. Semua zat dapat menjadi racun bila diberikan dalam dosis
yang tidak seharusnya. Menurut Ariens dkk. 1986, toksikologi ialah
ilmu pengetahuan mengenai kerja senywa kimia yang merugikan
tubuh organisme hidup. Sedangkan menurut Rand dan Petrocelli 1985,
toksikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang efek
negatif atau efek racun dari bahan-bhan kimia dan material lain hasil
kegiatan manusia terhadap organisme, termasuk bagaimana bahan-
bahan tersebut masuk kedalam organisme.1
Etiologi Intoksikasi
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan
keracunan, antara lain :
1. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai
golongan seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ),
golongan gas (nitrogen metana, karbon monoksida, klor ), golongan
logam (timbal, posfor, air raksa,arsen) ,golongan bahan organik
(akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol).
2. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants )
mis: sengatan serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll.
3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis:
Bacillus cereus, Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum,
Escherichia coli dll
4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan (Botanical toxicants)
mis : jamur amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll
Secara umum racun menurut wujudnya dibedakan menjadi 3 yaitu:
Padat (Obat-obatan dan makanan), cair (alkohol, bensin, minyak
tanah, zat kimia, pestisida, bisa/ racun hewan), gas (CO).
Berdasarkan tempat racun berada :
Racun yang terdapat dialam bebas, misalnya : gas racun dialam.
Racun yang terdapat dirumah tangga, misalnya : detergen, disenfektan, insektisida,
pembersih (cleaners).
Racun yang digunakan dalam pertanian, misalnya : insektisida, herbisida, pestisida
Racun yang digunakan dalam industri dan laboratorium, misalnya : asam dan basa
kuat, logam berat.
Racun yang terdapat dalam makanan, misalnya : CN dalam singkong, toksin
botulinus, bahan pengawet.
Racun dalam bentuk obat, isalnya hipnotik, sedatif, dll.
Klasifikasi intoksikasi
Self Poisoning: Pada keadaan ini pasien makan obat dengan dosis
berlebihan tetapi dengan pengetahuan bahwa dosis ini tidak akan
membahayakan. Jadi pasien tidak bermaksud untuk bunuh diri,
biasanya hanya untuk menarik perhatian lingkungan sekitarnya. Pada
anak muda kadang-kadang dilakukan untuk coba-coba tanpa disadari
bahwa tindakan ini dapat membahayakan dirinya.
Attemted suicide: dalam hal ini, pasien memang bermaksud untuk
bunuh diri, tetapi bisa berakhir dengan kematian atau pasien sembuh
kembali bila ia salah tafsir tentang dosis yang dimakanya.
Accidental poisoning: ini jelas merupakan kecelakaan, tanpa factor
sengaja sama sekali.
Homicidal poisoning: keracunan ini akibat tindakan criminal yaitu
seseorang dengan sengaja meracuni orang lain.
Klasifikasi menurut mula waktu terjadinya keracunan di bagi menjadi
yang bersifat akut dan kronik. Untuk akut lebih mudah dikenal
daripada keracunan kronik, biasanya terjadi mendadak setelah makan
sesuatu. Ciri lain ialah sering mengenai orang banyak, misalnya pada
kercunan makanan, dapat mengenai seluruh keluarga atau warga
sekampung. Gejala keracunan akut dapat menyerupai setiap sindrom
penyakit, karena itu harus selalu diingat kemungkinan keracunan pada
keadaan sakit mendadak dengan gejala seperti muntah, kejang, diare,
koma, dan sebagainya.
Untuk diagnosis keracunan kronik sulit dibuat karena gejala
yang timbul perlahan dan lama sesudah pajanan. Gejala dapat
timbul akut sesudah pajanan berkali-kali dalam waktu yang
cukup lama dan dengan dosis yang kecil. Suatu ciri khas
ialah bahwa zat penyebab dieksresi lebih lama dari 24 jam,
waktu paruhnya panjang, sehingga terjadi akumulasi.
Mekanisme kerja racun
1. Racun yang bekerja secara setempat (lokal)
Misalnya:
Racun bersifat korosif: lisol, asam dan basa kuat.
Racun bersifat iritan: arsen, HgCl2.
Racun bersifat anastetik: kokain, asam karbol.
Racun-racun yang bekerja secara setempat ini, biasanya akan menimbulkan
sensasi nyeri yang hebat, disertai dengan peradangan, bahkan kematian yang
dapat disebabkan oleh syok akibat nyerinya tersebut atau karena peradangan
sebagai kelanjutan dari perforasi yang terjadi pada saluran pencernaan.
2. Racun yang bekerja secara umum (sistemik)
Walaupun kerjanya secara sistemik, racun-racun dalam golongan ini
biasanya memiliki akibat / afinitas pada salah satu sistem atau organ tubuh
yang lebih besar bila dibandingkan dengan sistem atau organ tubuh
lainnya.
Misalnya:
Narkotik, barbiturate, dan alkohol terutama berpengaruh pada susunan syaraf pusat.
Digitalis, asam oksalat terutama berpengaruh terhadap jantung.
Strychine terutama berpengaruh terhadap sumsum tulang belakang.
CO, dan HCN terutama berpengaruh terhadap darah dan enzim pernafasan.
Cantharides dan HgCl2 terutama berpengaruh terhadap ginjal.
Insektisida golongan hidrokarbon yang di-chlor-kan dan phosphorus terutama
berpengaruh terhadap hati.
3. Racun yang bekerja secara setempat dan secara umum
Misalnya:
Asam oksalat
Asam karbol
Arsen
Garam Pb
Faktor yang Mempengaruhi Keracunan
Cara masuk
Umur
Kondisi tubuh
Kebiasaan
Idiosinkrasi dan alergi
Waktu pemberian
Tanda dan gejala intoksikasi
Gangguan system saraf Electro-encephalogram (EEG) [central depresant], fungs motorik (alcohol,
penyalah gunaan obat), gangguan berjalan/gerak (hallucinogen, amfetamine,
butyrophenon, carbamazepin, lithium, cocaine), kejang
Bau Bisa dilihat dari Keringat, Mulut, Pakaian, Sisa Muntah: Alkohol (etanol,
cleaner), Aceton/Nail Remover (Aceton, Metabolic acidosis), Ammonia
( Ammonia), Almond (Sianida), Pemutih/Klorine (Hipoklorit, klorin),
Disinfektan (Kreosat, Phenol, Tar), Formaldehyde (formaldehyde, methanol,
Bawang (Arsenik, Dimethylsulfoxide, Malation, Paration, Phospor kuning),
Asap (nikotin, carbonmonoksida), Pelarut organik (diethyl eter, chloroform,
dichloromethane), Kacang (rodentisida)
Penegakan diagnosis
Dalam hal ini anamnesa dapat membantu menegakan diagnosis,
walaupun harus selalu dicocokan dengan tanda yang ditemukan,
karena suatu botol yang dipegang pasien mungkin bukan berisi zat
penyebab keracunan. Jadi diagnosis memang sulit ditegakan.
Pada pengelolaan pasien keracunan yang paling penting adalah
penilaian klinis, walaupun sebabnya belum diketahui. Hal ini
disebabkan karena pengobatan simptomatik sudah dapat dilakukan
terhadap gejala-gejalanya. Diantara yang sangat penting pada
permulaan keracunan ialah derajat kesadaaran dan respirasi.
Kesadaran merupakan petunjuk penting tentang
beratnya karacunan. Makin dalam koma, maka akan
semakin berat keracunanya dan angka kematianya-pun
bertambah dengan bertambah dalamnya koma.
Dalam toksikologi, derajat kesadaran dibagi dalam 4 tingkatan seperti
pada anesthesia, yaitu:
Tingkat 1 : pasien mengantuk namun mudah diajak bicara.
Tingkat 2 : pasien dalam keadaan spoor, dapat dibangunkan dengan
rangsangan minimal, misalnya bicara keras atau digoyang tanganya.
Tingkat 3 : pasien dalam keadaan soporokoma, hanya dapat bereaksi
terhadap rangsangan maksimal yaitu dengan menekaan sternum
dengan kepalan tangan.
Tingkat 4 : pasien dalam keadaan koma, tidak ada reaksi sedikit pun
terhadap rangsangan maksimal seperti diatas. Keadaan ini paling berat
tetapi prognosisnya tidak selalu buruk.
Seringkali hambatan pada pusat pernafasan merupakan penyebab
kematian pada keracunan, karena itu frekuensi pernafasan dan volume
semenit harus selalu di evaluasi. Jalan nafas juga sering terhambat
oleh sekresi mucus yang dapat berbahaya bila tidak segera
dibersihkan. Hal ini dijumpai pada keracunan insektisida organofosfat
atau karbamat.
Gejala lain juga perlu diperhatikan, misalnya gangguan keseimbangan
asam basa atau air, tanda kerusakan hati dan ginjal, kelainan EEG,
retensi urin, muntah dan diare setra kelainan spesifik misalnya pada
foto x-ray tulang dan lain-lain. Pada 6% keracunan akut barbiturant
atau hipnotik lainya ditemukan bula di kulit.
Untuk peranan laboratorium sangat diperlukan untuk diagnosis akhir
dari intoksikasi. Pemeriksaan analisis darah, urin dan muntahan
pasien. Pemeriksaan laboratorium ini tidak mudah, Karena obat di
dalam tubuh mengalami perubahan molekuler akibat proses
biotransformasi. Specimen biologic dapat diperiksa secara kualitatif
dan kuantitatif. Pemeriksaan secara kualitatif dan semi kauntitatif saja
sudah cukup untuk mendiagnosis.
Terapi intoksikasi
Tindakan dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu: tindangan ABC dan
Usaha Terapetik lain-nya , serta pemberian antidot.
Dimercaprol Keracunan As, Cu, Pb, Kelasi logam 2,5-5 mg/kg i.v tiap 4 jam untuk 2
atau Hg hari kemudian 2,5 mg 2x/hari dan
diteruskan 1x/hari
Natrium bikarbonat Membuat urin lebih Meningkatkan ekskresi Tergantung pada pH urin yang
(Bic Nat) alkalis untuk mencegah ion karbonat harus terus dimonitor
presipitasi Kristal
sulfonamide dalam
tubulus renalis dan
mengoreksi asidosis
metabolic
NaK-edetate Keracunan Pb Kelasi 50-75 mg/kg i.v infuse tiap 5
(CaEDTA) jam untuk 5 hari (tiap 2 g
EDTA diencerkan dalam 200
ml RL)
Na-Nitrit Keracunan sianida Membentuk metHb 10 ml larutan 3% i.v dalam 3
dan derivatnya atau yang mempunyai menit kemudian diberi 25 ml
hydrogen sulfide afinitas tinggi larutan 50% Na-tiosulfat
terhadap ion CN- dalam 10 menit
dan HS- sehingga
terbentuk
sianometHb dan
sulfurmetHb
Insektisida
Organofosfat Mengembalikan aktivitas AChE Atropinisasi (SA 2 mg i.v, diulang
(monitoring aktivitas AChE dalam tiap 5-10 menit sampai
(malation, paration, diazinon, abate) eritrosit dan plasma), simtomatik
atropinisasi penuh (muka merah,
hipersalivasi berkurang, mata
midriasis, takikardi)
Pralidoksim (p.r.n) 1000 mg i.v
dalam 5 menit
Identitas Pasien
Nama : Ny. II
Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bukit Tandang
No MR : 135057
Pekerjaan : Berladang
Tanggal Masuk : 27 September 2016
Ruangan : Interna Wanita
Anamnesa
Keluhan Utama:
Pasien meminum racun rumput 1 jam sebelum masuk rumah
sakit.
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien meminum racun rumput 1 jam sebelum masuk rumah sakit, racun rumput yang di minum
yaitu jenis romoson/gromoson, banyak nya sekitar 3 tenggak minum, cairan racun
( romoson/gromoson ) yang diminum berwana biru. Pasien membeli sendiri racun tersebut di kedai
dekat rumah pagi hari dan sesampainya di rumah pasien langsung meminum racun rumput
tersebut, pasien membeli racun tersebut tanpa ada paksaan dari orang lain dan atas kemauannya
sendiri.
Pada malam hari sebelum meminum racun tersebut pasien bertengkar dengan suaminya.
Pasien di bawa ke IGD dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Ketika sadar pasien mengalami pusing yang hebat, pandangan kabur dan perasaan mual dan nyeri
perut.
Pasien muntah dalam jumlah yang cukup banyak ketika cairan di sedot dan di beri susu ketika di
IGD RSUD solok.
Muntahan pasien berwarna kebiruan.
Pasien mengalami nyeri pada tenggorokan
Nyeri apabila menelan (+)
Saki kepala seperti berdenyut-denyut.
BAB (+)
Riwayat penyakit dahulu:
IVFD Rl 8 jam/kolf
IVFD RL : DS % 2:2 6 jam/kolf
Oksigen 2 3 liter
Ranitidin 2 x 1 (Inj IV)
Cefotaxim 2 x 1 (Inj IV)
Dexametason 2 x 1 ( Inj IV)
Injeksi Lasix 1 x 1 ( Inj IV)
Metil Prednisolon 2 x 62,5 (Inj IV)
Sulkrafat Syrp 4 x cl
Bicnat 3 x 1
Follow Up
Hari/ Subject Objective Assesment Anjuran
tanggal
Rabu/ 28 -Panas di tenggorokan KU : Sedang Dx : - -IVFD RL : DS % 2:2 6
Septem 2016 Intoksikasi Gromoxone jam/kolf
Nyeri dada Kes : CMC
- Aspirasi Penumonia. -Oksigen 2 3 liter
-Pusing rasa berputar TD : 120/80 mmHg
-Ranitidin 2 x 1 (Inj IV)
-BAB (+) Nadi : 85 x/i -Cefotaxim 2 x 1 (Inj IV)
-Dexametason 2 x 1 ( Inj
-BAK (+) Nafas : 18 x/i
IV)
-Sakit perut (+) Suhu: 36,5 C
-Injeksi Lasix 1 x 1 ( Inj IV)
-Masih terpasang NGT -Metil Prednisolon 2 x 62,5
(Inj IV)
Sulkrafat Syrp 4 x cl
Bicnat 3 x 1
-Observasi
-Bed Rest
Kamis/ 29 -Nyeri di tenggorokan -KU : Sedang -Intoksikasi -IVFD RL : DS % 2:2 6
Sept 2016 Gromoxone jam/kolf
-Bibir Terasa kering -Kes : CMC
-Ranitidin 2 x 1 (Inj IV)
dan pecah
-TD:90/60 mmHg
-Cefotaxim 2 x 1 (Inj IV)
- NGT di lepas
-Nadi : 85 x/i -Dexametason 2 x 1 ( Inj
-BAK (+) IV)
-Nafas:18x/i
-Injeksi Lasix 1 x 1 ( Inj
BAB (+)
-Suhu :36,50 C
IV)
- Sakit kepala
-Metil Prednisolon 2 x
62,5 (Inj IV)
Sulkrafat Syrp 4 x cl
Bicnat 3 x 1
Jumat/ 30 - Bibir tampak KU: Sedang - Intoksikasi -IVFD RL : DS % 2:2 6
Sept 2016 melepuh dan nyeri Gromoxone jam/kolf
Kes : CMC -TD :
saat membuka mulut. -Ranitidin 2 x 1 (Inj IV)
90/60 mmHg
-Cefotaxim 2 x 1 (Inj IV)
- Lidah tampak
-Nadi= 70 x/i
-Dexametason 2 x 1 ( Inj
memerah dan nyeri
-Nafas : 20 x/i IV)
saat menelan.
-Injeksi Lasix 1 x 1 ( Inj
-Suhu = 360 C
-Sulit makan
IV)
-Metil Prednisolon 2 x
62,5 (Inj IV)
Sulkrafat Syrp 4 x cl
Bicnat 3 x 1
Sabtu, 1 -Rasa perih di -TD : 90/60 mmHg - Intoksikasi -IVFD RL-DS % 2-2 8
Oktober 2016 sekitar mukosa Gromoxone jam/kolf
-Nadi= 80
bibir.
kali/menit -Sukralfat syrp 4 x 1 cl
-Lidah kemerahan.
-Nafas =23 kali -Ranitidin 2x1 IV
-Nyeri saat menelan permenit
dan membuka
-Suhu = 36,5 0 C
mulut.
Ganiswara, S.G., 2007,Farmakologi dan Terapi,Edisi V, 826, Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta.
Hodgson, E. Dan Levi, P.E. 2000, A Textbook of Modern Toxicology, 2nd Ed, McGraw-Hill Higher
Education, Singapore.
Linden,C.H., burns,M.G., Poisoning and drug overdosage in Harrisons principles of internal
medicine Vol. 2, 16th edition, International edition, McGraw-Hill,2005.
Budiawan, Nat. 2008. Peran Tosiologi Forensik dalam Mengungkap Kasus Keracunan dan
Pencemaran Lingkungan. Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences; 1 (1): 35-39. Jakarta
ISFI. ISO informasi spesialite obat Indonesia. Vol.41. Jakarta: ISFI; 2006
Wirasuta, M. A. G., 2008. Analisis Toksikologi Forensik dan Interpretasi Temuan Analisis.
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciencies, Volume 1, pp. 47-55
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.