Tiga metode utama yang digunakan untuk memeriksa mikroskopis semen adalah menghitung kecepatan gerak dan motilitas sperma, menentukan konsentrasi dan jumlah sperma total, serta memeriksa viabilitas dan morfologi sperma. Hal ini penting untuk menilai kualitas dan kemampuan fertilisasi semen.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
43 tayangan11 halaman
Tiga metode utama yang digunakan untuk memeriksa mikroskopis semen adalah menghitung kecepatan gerak dan motilitas sperma, menentukan konsentrasi dan jumlah sperma total, serta memeriksa viabilitas dan morfologi sperma. Hal ini penting untuk menilai kualitas dan kemampuan fertilisasi semen.
Tiga metode utama yang digunakan untuk memeriksa mikroskopis semen adalah menghitung kecepatan gerak dan motilitas sperma, menentukan konsentrasi dan jumlah sperma total, serta memeriksa viabilitas dan morfologi sperma. Hal ini penting untuk menilai kualitas dan kemampuan fertilisasi semen.
Tiga metode utama yang digunakan untuk memeriksa mikroskopis semen adalah menghitung kecepatan gerak dan motilitas sperma, menentukan konsentrasi dan jumlah sperma total, serta memeriksa viabilitas dan morfologi sperma. Hal ini penting untuk menilai kualitas dan kemampuan fertilisasi semen.
Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11
Oleh :
Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6 PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SEMEN
Kecepatan gerak sperma (velocity)
Kecepatan gerak sperma (dalam detik) ditentukan secara objektif dengan cara stopwatch. Cara kerja: Teteskan semen yang telah diaduk, diteteskan dalam Hemositometer Neubauer. Sperma yang gerakannya paling cepat dan lurus yang gerakannya dicatat, karna kecepatan gerakan sperma merupakan salah satu faktor penting fertilitas. Motilitas sperma pemeriksaan motilitas dilakukan satu jam setelah ejakulasi. Dengan menggunakan alat hitung ditentukan jenis motilitas progresif lurus cepat, lurus lambat, gerak ditempat , tidak bergerak. Cara kerja : - Suatu volume semen tertentu diteteskan diatas kaca objek yang bersih dan kemudian ditutup dengan kaca tutup - Motilitas setiap sperma yang dijumpai dicatat. Biasanya diamati pada beberapa lapang pandang terhadap 100 ekor spermatozoa (jumlah total presentase adalah 100%). Konsentrasi sperma Konsentrasi sperma diawali dengan menentukan kerapatan sperma pada Hemositometer Neubauer untuk menentukan faktor pengencer dan dihitung dengan rumus. Cara kerja: - Siapakan sperma yang sudah diencerkan - Diaduk dengan baik - Teteskan sperma di atas Hemositometer Neubauer dan ditutup dengan kaca tutup Jumlah sperma total Perhitungan konsentrasi spermatozoa dapat ditentukan dengan menggunakan metode hemositometer atau electric coulter counter. Metode hemositometer lebih sering digunakan untuk sperma yang mempunyai perkiraan spermatozoa yang sangat rendah (misalnya 10 juta/ml) atau pemeriksaan sperma yang memerlukan penentuan jumlah dengan sengaja. Cara kerja: - Sperma yang diaduk dengan baik diencerkan 1:10, 1:20, 1:50, atau 1:100 (tergantung pada perkiraan jumlah spermatozoa yang telah dilakukan sebelumnya. - Perlu digunakan 2 kali pengenceran untuk setiap sperma - Sperma yang telah diencerkan harus diaduk terlebih dahulu dan segera dipindahkan ke hemositometer (kamar hitung Neubauer) yang telah ditutup dengan kaca penutup. (inkubasi 15 sampai 20 menit) - Hitung dibawah mikroskop cahaya atau mikroskop fase kontras dan pembesaran 100 atau 100x spermatozoa (sel benih yang matang yang mempunyai ekot yang dihitung) Perbedaan antara jumlah sperma dari kedua pengenceran tadi tidak boleh ebih dari 10% pada sperma yang mempunyai densitas rendah atau 20% pada sperma yang mempunyai densitas tinggi (60 juta/ml) Prosedur perhitungan spermatozoa dengan menggunakan hemositometer kamar hitung Neubauer adalah sebagai berikut: Hitung jumlah sperma dengan objek 40 x pada daerah leukosit, cukup satu bidang saja (tidak perlu 4 bidang) Perhitungan: Jumlah sperma dalam 1 mm3 = 1/0,1 x pengenceran x N Ket.: N = jumlah sperma yang dihitung dalam kotak Viablitas sperma Menentukan jumlah sperma yang masih hidup dengan pewarnaan supravital dengan menggunakan larutan iosin y. Cara kerja: - Setelah semen diaduk - Teteskan dengan 1 tetes diatas gelas objek - Ditambahakan 1 tetes larutan iosin y 0,5% pada tetesan semen tadi, lalu ditutup dengan kaca penutup (inkubasi 1-2 menit sampai larutan semen dibawah kaca stabil) - Periksa dibawah mikroskop fase kontras. Sperma hidup berwarna kuning, sedangkan yang mati kebiru-biruan Morfologi sperma Untuk mengetahui berapa persentase sperma yang memiliki morfoligi normal dan yang abnormal. Cara kerja: - Dibuat sediaan apus semen pada gelas objek - Keringkan pada suhu kamar - Fiksasi dengan metanol (5 menit) - Diwarnai dengan giemsa (30 menit) - Amati dengan mikroskop cahaya Aglutinasi sperma Terjadi karena sperma motil saling melekat satu dengan yang lainnya, kepala dengan kepala, leher dengan leher, ekor dengan ekor, atau percampuran antara leher dengan ekor. Ini merupakan bukti adanya faktor imunologi sebagai penyebab infertilitas. Cara kerja: - Aglutinasi diamatai dalam 10 lapang pandang yang di[pilih secara acak dan tentukan presentase rata-rata sperma yang berlekatan Uji HOS (Hipoosmotic swelling test) Didasarkan pada sifat semipermiabel membran ekor sperma. Cara kerja: - Pada uji HOS digunakan larutan HOS sebagai berikut 1. 100 mikro liter semen dicampur dalam 1 mili larutan HOS (inkubasi 1 jam) 2. Ambil setetes dan teteskan pada objek glass lalu diamati dengan mikroskop (pembesaran 400x) 3. Hitung 100 spermatozoa, spermatozoa spermanya tidak lurus yaitu tidak ada kebocoran membran, sedangkan spermatozoa yang ekornya lurus berarti ada kebocoran. Elemen seluler bukan sperma Antara lain leukosit, eritrosit, dll.