RJP Halimah

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 65

RESUSITASI

JANTUNG
PARU
(RJP)
HALIMATUS SAIDAH
PENGELOLAAN RJP DEWASA &
ANAK
PENGERTIAN
Menurut Wong, yang dikutip dalam
(Krisanty.dkk, 2009), Resusitasi Jantung-Paru
(RJP) adalah suatu cara untuk memfungsikan
kembali jantungdan paru.
Cardio Pulmonary Resusitation (CPR) adalah
suatu teknik bantuan hidup dasar yang
bertujuan untuk memberikan oksigen ke otak
dan jantung sampai ke kondisi layak, dan
mengembalikan fungsi jantung dan pernafasan
ke kondisi normal(Nettina, 2006).
PENGERTIAN
Resusitasi mengandung arti harfiah Menghidupkan
kembali tentunya dimaksudkan usaha-usaha yang
dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti
jantung berlanjut menjadi kematian biologis.
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi henti nafas
dan henti jantung
Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan gabungan
penyelamatan pernapasan (bantuan napas) dengan
kompresi dada eksternal. RJP digunakan ketika seorang
korban mengalai henti jantung dan henti napas.
Resusitasi Jantung Paru adalah suatu
tindakan pertolongan yang dilakukan
kepada korban yang mengalami henti napas
dan henti jantung
Organ yang paling cepat mengalami kerusakan adalah otak, karena
otak hanya akan mampu bertahan jika ada asupan glukosa dan
oksigen. Jika dalam waktu lebih dari 10 menit otak tidak mendapat
asupan oksigen dan glukosa, maka otak akan mengalami kematian
secara permanen Kematian otak berarti pula kematian si korban
Oleh karena itu golden period (waktu emas) pada korban yang
mengalami henti napas dan henti jantung adalah di bawah 10 menit.
Artinya, dalam watu kurang dari 10 menit penderita yang mengalami
henti napas dan henti jantung harus sudah mulai mendapatkan
pertolongan. Jika tidak, maka harapan hidup si korban sangat kecil.
Adapun pertolongan yang harus dilakukan pada penderita yang
mengalami henti napas dan henti jantung adalah dengan melakukan
resusitasi jantung paru/CPR.
WAKTU KRITIS

Clinical death : tidak ada nafas


(Mati klinis) dan nadi

Brain damage : setelah 4 - 6 menit


(Kerusakan otak)

Biological death : setelah 10 menit


(Mati biologis)
Golden time
ORGAN VITAL
INDIKASI RJP
1. Henti napas
Henti napas ditandai dengan tidak adanya
gerakan dada dan aliran udara pernapasan dari
korban / pasien.
Henti napas merupakan kasus yang harus
dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar.
Henti napas dapat terjadi pada keadaan :
Tenggelam
Stroke
Obstruksi jalan napas
Epiglotitis
Overdosis obat-obatan
Tersengat listrik
Infark miokard
Tersambar petir
Koma akibat berbagai macam kasus
Pada awal henti napas oksigen masih
dapat masuk ke dalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat
mensirkulasikan darah ke otak dan organ
vital lainnya, jika pada keadaan ini
diberikan bantuan napas akan sangat
bermanfaat agar korban dapat tetap hidup
dan mencegah henti jantung.
INDIKASI RJP
2. Henti jantung (Cardiac Arest)
Pada saat terjadi henti jantung secara
langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti
sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan
otak dan organ vital kekurangan oksigen.
Pernapasan yang terganggu (tersengal-
sengal) merupakan tanda awal akan
terjadinya henti jantung.
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi
jantung secara tiba-tiba dan mendadak,
bisa terjadi pada seseorang yang memang
didiagnosa dengan penyakit jantung
ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak
bisa diperkirakan, terjadi dengan sangat
cepat begitu gejala dan tanda tampak
(American Heart Association,2010).
Jameson, dkk (2005), menyatakan bahwa
cardiac arrest adalah penghentian
sirkulasi normal darah akibat kegagalan
jantung untuk berkontraksi secara efektif.
Berdasarkan pengertian di atas maka
dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa henti jantung atau cardiac
arrest adalah hilangnya fungsi
jantung secara mendadak untuk
mempertahankan sirkulasi normal
darah untuk memberi kebutuhan
oksigen ke otak dan organ vital
lainnya akibat kegagalan jantung
untuk berkontraksi secara efektif.
Bantuan hidup dasar merupakan bagian
dari pengelolaan gawat darurat medik
yang bertujuan:
Aktivasi Aliran Darah
Maksimalisasi Oxygen
Return of Spontanious Circulation
Minimalisir Kerusakan Neurologis
PRINSIP DASAR SRCAB/
DRCAB

Safety
Responsiveness
Shout For Help
Circulation
Airway
Breathing
Aman
Pastikan kondisi aman bagi penolong maupun korban. Resusitasi
Jantung Paru (RJP) dilakukan pada permukaan yang keras dan rata.
Memastikan kesadaran dari korban/pasien.
Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak penolong
harus melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran
korban/pasien, dapat dengan cara menyentuh atau menggoyangkan
bahu korban/pasien dengan lembut dan mantap untuk mencegah
pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya atau Pak !!! /
Bu !!! / Mas!!! /Mbak !!!
Mengecek respon juga dapat dilakukan dengan menekan kuku atau
tulang dada.
Respon dapat berupa rintihan atau gerakan. Napas yang tidak normal
tidak dianggap sebagai respon. Untuk mengenali pasien yang
mengalami serangan adalah apabila pasien tidak memberikan respon
atau tidak bernapas dengan normal.
Meminta pertolongan
Jika ternyata korban/pasien tidak memberikan respon terhadap
panggilan, segera minta bantuan dengan cara :
1 penolong segera telp 118 dan ambil AED (automated external defibrillator) (jika
tersedia)
Beri informasi:
Apa yang terjadi (misalnya serangan jantung / tidak sadar)
Jumlah korban
Lokasi korban
Nomor telepon yang bisa dihubungi
Dibutuhkan ambulan segera.
Tutup telepon setelah diinstruksikan oleh petugas
PRINSIP DASAR
D Danger = Bahaya
R esponse = Kesadaran
R
Circulation = Aliran darah
C
Jalan Nafas
A Airway =
Breathing =
B Pernafasan
Danger !
Lihat situasi dan kondisi sebelum
bertindak
Sadari apakah ada hal-hal yang dapat
membahayakan penolong dan korban

Selamatkan diri sendiri sebelum


menyelamatkan orang lain !!!!

Jangan menambah korban !!!


Response
Adalah respon dari korban atas
rangsangan yang kita berikan untuk
mengecek kesadaran pasien
Apa yang dinilai ???
-A Alert
-V Verbal
-P Pain
-U Unresponsive
RESPON JIKA KORBAN DITEMUKAN DALAM KEADAAN
TIDAK BERGERAK, MUNGKIN KORBAN JATUH PADA KEADAAN TIDAK
ADA RESPON. GUNAKAN PEDOMAN BERIKUT:

U = Unresponsive/
V= Verbal/ Suara
Korban Bangun Korban merespon Tidak Respon
Meskipun Masih rangsang nyeri
bingung terhadap Korban Merespon yang diberikan Korban tidak
apa yang terjadi terhadap merespon semua
rangsangan suara tahapan yang ada
yang diberikan diatas
peolong
A= ALERT/ AWAS P= PAIN/ NYERI
C A B
C= Circulation
Pulse Check
Cek di arteri carotis communis
Ingat tidak lebih dari 10 detik (hanya untuk
memastikan ada tidaknya nadi )
C - CIRCULATION
Tujuan:
memeriksa nadi
(peredaran darah) dan
bila tidak ada denyut,
memberikan tekanan
dada (kompresi
jantung)

Tehnik memeriksa nadi:


Periksa nadi leher
(arteri karotis) dengan
kedua jari telunjuk dan
tengah di sebelah jakun
leher
C - CIRCULATION

Tehnik memeriksa nadi


Chest Compression
Penekanan dada ini membuat aliran darah dengan
meningkatkan tekanan intra-thoracic dan langsung
mengkompresi jantung. Ini menghasilkan
pengiriman oksigen dan aliran darah ke
miokardium dan otak. Penekanan dada yang
efektif sangat penting untuk menyediakan aliran
darah selama CPR. Untuk alasan ini semua
pasien cardiac arrest harus menerima penekanan
dada. Posisi pijatan bawah tulang dada
pasien dengan memposisikan tumit tangan
penolong pada daerah pijatan dan tangan lain
diatasnya.
Kompresi dada efektif :
Minimal 100 penekanan per menit dan maksimal
120 penekanan per menit
Dengan kedalaman kompresi minimal 2 inchi/5
cm dan maksimal 2,4 inchi/6 cm
Meminimalkan interupsi dan durasi untuk
memaksimalkan jumlah penekanan yang
lakukan permenit.
Recoil sempurna yaitu dinding dada kembali ke
posisi normal secara penuh sebelum kompresi
dada berikutnya dengan cara tangan penolong
tidak bertmpu pada dada korban di antara dua
penekanan.
Menghindari bantuan nafas terlalu sering
(avoid hiperventilation)
30 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan
nafas disebut 1 siklus RJP/CPR (resusitasi
jantung paru/cardiopulmonary
resuscitation). 5 siklus RJP dilakukan
selama 2 menit. Setelah 5 siklus RJP,
dilakukan pengkajian nadi karotis, bila
belum ditemukan nadi maka dilanjutkan 5
siklus RJP berikutnya, begitu seterusnya
Anjuran dan larangan bantuan hidup Dasar
(BLS) untuk CPR berkualitas tinggi pada
Dewasa
Penolong harus Penolong Tidak Boleh

Melakukan kompresi dada pada Mengkompresi pada kecepatan lebih


kecepatan 100-120/min rendah dari 100/min atau lebih cepat
dari 120/min
Mengkompresi kedalaman minimum 2 Mengkompresi ke kedalaman kurang
inci (5 cm) dari 2 inci (5 cm) atau lebih dari 2,4 inci
(6 cm)
Membolehkan rekoil penuh setelah Bertumou diatas dada diantara
setiap kali kompresi kompresi yang dilakukam
Meminimalkan jeda dalam kompresi Menghentikan kompresi lebih dari 10
detik
Memberikan ventilasi yang cukup (2 Memberikan ventilasi berlebihan
nafas buatan setelah 30 kompresi, (misalnya, terlalu banyak napas buatan
setiap nafas buatan diberikan lebih dari atau memberikan napas buatan degan
1 detik, setiap kali diberikan dada akan kekuatan berlebihan)
terangjat)
Bebaskan dada dari
pakaian
Letakkan pangkal
telapak tangan yang
satu di tengah dada
Letakkan pangkal
telapak tangan
lainnya di atas tangan
yang satu
C - CIRCULATION
Tehnik memberikan tekanan dada
(kompresi jantung):

Tentukan dasar tulang dada dengan


cara menelusuri
tulang iga bagian bawah sampai tepat
di pertemuaan
iga kiri dan kanan.
Letakkan telapak tangan 2 jari di atas
titik tersebut lalu
tindihkan telapak tangan yang lain di
atasnya.
Dengan posisi lengan lurus (vertikal)
berikan tekanan pada dada
secukupnya (4-5 cm) ke bawah.
Lepaskan tekanan untuk memberi
kesempatan dada
mengembang.
C - CIRCULATION
C - CIRCULATION

Posisi tangan yang benar Kompresi jantung


C - CIRCULATION
Posisi tangan yang salah
pada kompresi jantung

Terlalu ke kanan Terlalu ke kiri

Terlalu ke atas Terlalu ke bawah


C - CIRCULATION
Kompresi jantung pada dewasa, anak dan bayi

Dewasa Anak-anak Bayi


(anak >8 thn) (1- 8 thn) (< 1 thn)
C - CIRCULATION
Lakukan penekanan dada (kompresi jantung) dan bantuan
pernafasan bergantian dengan siklus:

Untuk orang dewasa (1 atau 2 penolong):


30 kali kompresi jantung dan 2 kali nafas buatan.

Untuk Anak- anak dan Bayi:


5 kali kompresi jantung dan 1 kali nafas buatan.

Pengecekan ulang dilakukan 1 menit pertama atau tiap 4


siklus kemudian setiap 2 menit berikutnya
A=AIRWAY
Sistem pernapasan mendukung metabolisme tubuh
dengan jalan menyediakan oksigen untuk metabolisme
sel. Ketidakmampuan system pernapasan untuk
menyediakan oksigen, terutama ke otak dan organ vital
lainnya akan mengakibatkan kematian yang cepat.
Kematian-kematian akibat kesalahan airway managemen
disebabkan karena :
Kegagalan mengetahui adanya gangguan terhadap aiway
Ketidakmampuan membuka airway
Kegagalan mengetahui pemasangan airway yang salah
Kegagalan mengetahui adanya kebutuhan ventilasi
Aspirasi lambung, darah dan lain-lain.
A= AIRWAY
Pemeriksaan jalan napas.
Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas
oleh benda asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau
sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah
yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras
dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut
dapat dibuka dengan tehnik Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan
dengan jari telunjuk Pada mulut korban.
Membuka jalan napas.
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada
korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan
menutup faring dan laring, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan napas.
Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara tengadah
kepala topang dagu (Head tild - chin lift) dan manuver pendorongan mandibula
(jaw thrust). Teknik membuka jalan napas yang direkomendasikan untuk orang
awam dan petugas, kesehatan adalah tengadah kepala topang dagu, namun
demikian petugas kesehatan harus dapat melakukan manuver lainnya.
TANDA OBJEKTIF GANGGUAN AIRWAY

Look : pasien gelisah dan perubahan kesadaran.


Menandakan gejala hipoksia dan hiperkarbia. Terlihat
sianosis terutama pada kulit sekitar mulut dan kuku.
Terlihat juga usaha napas dengan bantuan otot
pernapasan tambahan. Lihat pula apakah ada pergerakan
napas, retraksi iga,benda asing, dll.
Listen : dengarkan apakah ada suara, ngorok, seperti
bekumur, bersiul, yang mungkin berhubungan dengan
sumbatan parsial dari laring.
Feel : rasakan, apakah adaaliran udara yang keluar dari
mulut, adakah getaran di leher akibat sumbatan parsial.
Look, Listen and Feel

Angkat dagu +
tengadah kepala
Look, listen and feel
(Lihat, dengar dan
rasakan) < 10 detik
Pastikan korban
bernafas NORMAL
atau TIDAK NORMAL
Gasping (megap-
megap) = tidak normal
A - AIRWAY

Membebaskan jalan nafas dengan


tehnik Head tilt chin lift
A - AIRWAY
A - AIRWAY

Membebaskan jalan nafas (pada korban yang dicurigai


adanya patah tulang leher) dengan tehnik Jaw thrust
Head-tilt-lift technique teknik tekan dahi/ angkat dagu,
tekan dahi sambil menarik dagu hingga melewati posisi
netral tetapi jangan sampai menyebabkan hiperekstensi
leher
Jaw-thrust manuver Manuver dorongan rahang:
dilakukan bila dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher
atau tulang belakang pada korban, cara melakukannya
dengan berlutut diatas kepala pasien, tumpukan siku
pada lantai, letakan tangan pada tiap sisi kepala,
letakan jari-jari di sekitar sudut tulang rahang dengan
ibu jari berada disekitar mulut, angkat rahang ke atas
dengan jari-jari anda dan ibu jari bertugas untuk
membuka mulut dengan mendorong dagu kearah depan
sembari mengangkat rahang. Pastikan anda tidak
menggerakan kepala atau leher korban ketika
melakukannya
Head tilt <> chin leaf
Jaw Trust
Buka mulut korban dengan Cross finger manuver
(untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu
ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan
untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas
ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke
bawah)

Keluarkan benda asing dan perbaiki posisi lidah


dengan manuver finger sweep (sesuai namanya,
menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan
kain untuk menyapu rongga mulut dari cairan-
cairan)
Lihatlah apakah ada benda yang
menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi
palsu dll)

cross-finger
finger-sweep
B= BRITING
Memastikan korban/pasien tidak bernapas.
Dengan cara melihat pergerakan naik
turunnya dada, mendengar bunyi napas dan
merasakan hembusan napas korban/pasien.
Untuk itu penolong harus mendekatkan
telinga di atas mulut dan hidung
korban/pasien, sambil tetap
mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi
10 detik.
Memberikan bantuan napas.
Jika korban/pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukkan
melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang
yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan
napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap
kali hembusan adalah 1,5 - 2 detik dan volume udara yang
dihembuskan adalah 700 - 1000 ml (10 ml/kg) atau sampai dada
korban/pasien terlihat mengembang. Penolong harus menarik napas
dalam pada saat akan menghembuskan napas agar tercapai volume
udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16
- 17%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari korban/pasien
setelah diberikan bantuan napas. Lakukan ventilasi 2 kali tiap kali
selesai 30 pijat dada
Mulut ke mulut
Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara
yang tepat dan efektif untuk memberikan udara paru-paru
korban/pasien. Pada saat dilakukan hembusan napas dari mulut ke
mulut, penolong harus mengambil napas dalam terlebih dahulu dan
mulut penolong harus dapat menutup seluruhnya mulut korban dengan
baik agar tidak terjadi kebocoran saat mengghembuskan napas dan
juga penolong harus menutup lubang hidung korban/pasien dengan ibu
jari dan jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung.
Volume udara yang diberikan pada kebanyakkan orang dewasa adalah
700 - 1000 ml (10 ml/kg). Volume udara yang berlebihan dan laju
inpirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki
lambung, sehingga terjadi distensi lambung.
Mulut ke hidung

Teknik ini direkomendasikan jika usaha


ventilasi dari mulut korban tidak
memungkinkan, misalnya pada Trismus
atau dimana mulut korban mengalami luka
yang berat, dan sebaliknya jika melalui
mulut ke hidung, penolong harus menutup
mulut korban/pasien.
B - BREATHING

Tujuan:
Memeriksa apakah ada nafas, bila tidak, segera
memberikan nafas buatan

Tehnik:
Look : Lihat pergerakan dada dan perut
Listen : Dengarkan suara nafas
Feel : Rasakan hembusan nafas
POSISI DALAM MEMERIKSA NAFAS
B - BREATHING

Tehnik pemberian nafas buatan:

Melalui mulut, hidung atau kedua-nya


Pencet hidung korban diantara jari telunjuk dan ibu jari
sambil telapak tangan menahan dahi agar tertengadah

Tangan sebelah tetap mengangkat dagu ke depan.


Tarik nafas dalam buka mulut lebar, lalu letakkan
menutupi seluruh mulut korban, lalu hembuskan nafas
sampai terlihat dada korban mengembang.
B - BREATHING

Tehnik mulut ke mulut atau Bantuan nafas dengan


mouth to mouth menggunakan masker
INDIKASI PENGHENTIAN RJP

1. Korban sadar (ada nafas dan nadi)


2. Bantuan medis datang
3. Sampai kita lelah
4. jika ada tanda pasti mati
5. Kesalahan pada RJP dan akibatnya
NB:
Tidak ada batasan waktu sampai berapa
lama kita melakukan CPR
POSISI PEMULIHAN (RECOVERY POSITION)

TUJUAN:
Membebaskan jalan nafas korban yang tidak sadar
Melindungi jalan nafas dari benda asing seperti
muntahan pada korban tidak sadar.

TEKNIK:
Berlututlah di samping korban
Lengan yang terjauh membuat sudut dengan tubuh
korban. Letakkan lengan terdekat ( satunya ) di atas
dada korban
Bengkokkan lutut terdekat, lalu gulingkan korban
menjauh dari anda, topangkan tangan pada rahang
agar jalan napas tetap terbuka.
POSISI PEMULIHAN
(RECOVERY POSITION)
KOMPLIKASI RJP
Patah tulang dada/ iga
Bocornya paru-paru ( pneumothorak)
Perdarahan dalam paru-paru/ rongga
dada ( hemothorak )
Luka dan memar pada paru-paru
Robekan pada hati
TUJUAN PPPK (First Aid)
1. Mempertahankan hidup
(mencegah kematian)
2. Mencegah komplikasi yang
mungkin timbul akibat
kecelakaan.
3. Mencegah kondisi
bertambah buruk pada
korban.
4. Mencegah tindakan yang
dapat membahayakan
korban.
5. Melindungi orang yang
tidak sadar.
THE END

Anda mungkin juga menyukai