Presentasi Trikiasis

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

TRIKIASIS

Di susun oleh :
NONI FRISTA AL AZHARI

Pembimbing :
dr. Yulia Fitriani, Sp.M
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI PALPEBRA

Palpebra terdiri dari bagian orbita dan bagian tarsal yang dipisahkan oleh sulcus
palpebra.
Palpebra superior dan inferior bertemu pada kantus lateral dan medial.
Ketika mata terbuka, palpebra superior menutupi 1/6 bagian kornea dan palpebra
inferior hanya menutupi bola mata sampai batas limbus saja.
Ruang elips antara kedua palpebra yang dibuka disebut fissura palpebra.
Margo palpebra terbagi menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh punctum
lacrimalis, di medial disebut bagian lacrimalis dan dilateral disebut bagian siliaris.
Bagian lacrimalis berbentuk bulat dan tidak ditumbuhi bulu mata serta tidak
memiliki kelenjar. Bagian siliaris, terdiri dari margo anterior, margo posterior, dan
lamellae yang memisahkan kedua bagian tersebut.
VASKULARISASI

Pasokan darah ke palpebra datang dari arteri lakrimalis dan oftalmika


melalui cabang-cabang palpebra lateral dan medial.

Anastomosis antara arteri palpebra lateralis dan medialis membentuk


arcade tarsal yang terletak di dalam jaringan areolar submuskular.

Drainase vena dari plexus post trasal palpebra mengalir ke dalam vena
oftalmika dan plexus pre tarsal mengalir ke dalam vena subkutaneus.

Pembuluh limfe dari segmen lateral palpebra berjalan ke dalam nodus


pre-auricular dan parotis. Pembuluh limfe dari sisi medial palpebra
mengalirkan isinya ke dalam limfonodus submandibular.
INERVASI
Persarafan motorik palpebra berasal dari cabang N. Fasialis (mempersarafi M. Orbicularis
oculi), N. Oculomotor ( mempersarafi M. Levator palpebra superior), dan serabut saraf
simpatis (mempersarafi M. Muller).
Persarafan sensoris palpebra berasal dari cabang pertama dan kedua dari N. Trigeminus
(N.V).
Nervus lakrimalis, supraorbitalis, supratrokhlearis, infratrokhlearis dan nasalis eksterna kecil
adalah cabang-cabang dari divisi oftalmika (pertama) dari N. Trigeminus.
Nervus infraorbitalis, zigomaticofacialis, zigomaticotemporalis merupakan cabang-cabang
dari divisi maksilaris (kedua) N. Trigeminus.
ANATOMI BULU MATA

Bulu mata (dalam bahasa Yunani : blepharo) adalah rambut-rambut


pendek, halus dan melengkung yang terdiri dari 2 sampai 3 lapisan yang
tumbuh pada tepi kelopak mata.
Bulu mata berfungsi melindungi bola mata dari debris dan benda asing.
Bulu mata kelopak mata bagian atas lebih panjang, lebih banyak, dan
melengkung keatas dimana bulu mata kelopak mata bagian bawah lebih
pendek, lebih sedikit dan melengkung ke bawah sehingga tidak saling
bertemu dan mengganggu ketika kedua kelopak mata ditutup.

Pada fase embryo, bulu mata tumbuh dari jaringan ektoderm pada umur
kehamilan 22 sampai 26 minggu.

Bulu mata membutuhkan waktu 7 sampai 8 minggu untuk tumbuh


kembali setelah dicabut tetapi penyabutan bulu mata secara terus-
menerus dan konstan dapat menyebabkan kerusakan permanen.
ANATOMI BULU MATA

Bulu mata (dalam bahasa Yunani : blepharo) adalah rambut-rambut


pendek, halus dan melengkung yang terdiri dari 2 sampai 3 lapisan yang
tumbuh pada tepi kelopak mata.
Bulu mata berfungsi melindungi bola mata dari debris dan benda asing.
Bulu mata kelopak mata bagian atas lebih panjang, lebih banyak, dan
melengkung keatas dimana bulu mata kelopak mata bagian bawah lebih
pendek, lebih sedikit dan melengkung ke bawah sehingga tidak saling
bertemu dan mengganggu ketika kedua kelopak mata ditutup.

Pada fase embryo, bulu mata tumbuh dari jaringan ektoderm pada umur
kehamilan 22 sampai 26 minggu.

Bulu mata membutuhkan waktu 7 sampai 8 minggu untuk tumbuh


kembali setelah dicabut tetapi penyabutan bulu mata secara terus-
menerus dan konstan dapat menyebabkan kerusakan permanen.
FISIOLOGI PALPEBRA

Memberikan proteksi
• Palpebra berfungsi untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma
mekanis pada bola sinar dan pengeringan bola mata
mata anterior

Mensekresi lapisan • Pada palpebra terdapat glandula meibom atau glandula tarsal pada
stroma tarsal tersusun secara vertikal. Duktus glandula meibom ini
lemak dari lapisan air terdapat pada margo palpebra dan berfungsi untuk mensekresikan lipid
untuk membentuk lapisan terluar film air mata di depan kornea. Saat
mata palpebra menutup, film air mata akan tersebar ke konjungtiva dan kornea.

Berperan dalam • Ketika mata menutup oleh kerja M.orbicularis oculi, sakkus lakrimalis
melebar dan tekanan negatif mengisap air mata masuk ke dalam sakkus
sistem drainase lakrimalis. Ketika mata terbuka, terjadi tekanan positif pada sakkus
lakrimalis, hal inilah yang menyebabkan air mata bergerak turun menuju
lakrimal duktus nasolakrimalis. Proses ini disebut pompa lakrimal (lacrimal pump).
TRIKIASIS
• Trikiasis adalah suatu keadaan dimana bulu mata tumbuh mengarah pada
bola mata yang akan menggosok kornea atau konjungtiva. Bulu mata

Definisi dapat tumbuh dalam posisi yang abnormal sementara palpebra tetap pada
posisi normal. Pertumbuhan bulu mata ke arah bola mata yang disertai
dengan keadaan melipatnya margo palpebra ke arah dalam (entropion)
disebut pseudotrikiasis.

• Trikiasis termasuk kelainan pada palpebra yang jarang berdiri sendiri.


Biasanya terjadi bersama penyakit lain seperti trakoma, sikatrisial
pemfigoid, entropion, dan trauma lainnya yang mengenai palpebra.

Insidensi Trakoma merupakan penyebab terpenting terjadinya trikiasis. Terdapat ±


50 negara yang termasuk negara endemik trakoma.
• Laporan terbaru WHO pada tahun 2013 menyebutkan bahwa terdapat ± 40
juta orang menderita trakoma, 8.2 juta orang diantaranya menderita
trikiasis dan 1.3 juta orang menderita kebutaan sebagai komplikasinya.
Lanjutan..

Trikiasis sering kali berasal dari inflamasi


atau jaringan sikatrik palpebra yang
terbentuk setelah menjalani operasi
palpebra, trauma, kalazion, atau blepharitis
ulseratif. Kelainan ini juga dihubungkan
dengan penyakit sikatrik kronik seperti
sikatrisial pemphigoid, penyakit infeksi
seperti trakoma serta sindrom steven
johnson. Proses inflamasi tersebut akan
menyebabkan terbentuknya jaringan parut
atau sikatrik. Sikatrik yang terbentuk pada
bagian lamella posterior palpebra,
menyebabkan posisi silia mata tumbuh
mengarah ke bola mata.
Berikut ini adalah beberapa penyakit yang sering menjadi
penyebab trikiasis
1. Trakoma
- Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang disebabkan oleh
Chlamydia trachomatis.
- Penyakit ini dapat mengenai semua umur tetapi lebih banyak ditemukan pada
orang muda dan anak-anak.
- Infeksi Chlamydia trachomatis ini menyebabkan reaksi inflamasi yang predominan

limfositik dan infiltrat monosit dengan plasma sel dan makrofag dalam folikel.
- Infeksi konjungtiva yang rekuren menyebabkan inflamasi yang kronik dan
menyebabkan terbentuknya suatu jaringan parut pada konjungtiva tarsus superior
sehingga mengakibatkan perubahan bentuk pada tarsus yang selanjutnya dapat
mengubah bentuk palpebra superior berupa membaliknya bulu mata ke arah bola
mata (trikiasis) atau seluruh tepian palpebra (entropion) sehingga bulu mata terus-
menerus menggesek kornea.

Trakomatous Trikiasis
2. Blefaritis ulseratif
- Merupakan peradangan margo palpebra dengan tukak akibat infeksi
staphylococcus.
- Pada blefaritis olseratif terdapat krusta berwarna kekuningan, serta skuama yang
kering dan keras, yang bila keduanya diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan
mengeluarkan darah disekitar bulu mata.
- Penyakit ini sangat infeksius. Ulserasi berjalan lanjut dan lebih dalam sehingga
merusak follikel rambut mengakibatkan rontok (madarosis), dan apabila ulkus
telah menyembuh akan membentuk jaringan parut atau sikatrik. Sikatrik ini akan
menimbulkan tarikan sehingga menyebabkan bulu mata tumbuh mengarah ke bola
mata (trikiasis).

Blefaritis ulseratif. Tampak


krusta dan eritema pada
margo palpebra
3. Hordeolum eksterna
- Hordeolum eksterna adalah inflamasi supuratif akut yang terjadi pada glandula
Zeis atau Moll.
- Dapat disebabkan oleh kebiasaan menggaruk mata dan hidung, blafaritis kronik
dan diabetes mellitus. Dapat juga disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus.
- Hordeolum eksterna terbagi menjadi dua stadium yaitu stadium sellulitis dan
stadium abses. Pada stadium selulitis hanya didapatkan tanda-tanda inflamasi
seperti gambaran edema yang berbatas tegas, kemerahan dan teraba keras.
Sedangkan pada stadium abses, telah tampak gambaran pus pada margo palpebra
yang dapat mempengaruhi bulu mata.

Hodeolum eksterna
palpebra superior
4. Konjungtivitis membranous
- Konjungtivitis membranous adalah suatu penyakit inflamasi yang terjadi pada konjungtiva
yang disebabkan oleh infeksi Corynebacterium diphtheriae, ditandai dengan terbentuknya
membran pada konjungtiva.
- Saat ini, penyakit ini sudah sangat jarang dijumpai oleh karena menurunnya angka kejadian
difteri. Hal ini disebabkan karena immunisasi difteri berjalan sangat efektif.
- Corynebacterium diphtheriae menyebabkan inflamasi hebat pada konjungtiva dan
menyebbkan deposisi eksudat fibrin pada permukaan dan bagian yang lebih dalam pada
konjungtiva sehingga akhirnya terbentukmembran.
- Membran biasanya terbentuk pada konjungtiva palpebra. Pengelupasan membran
dihubungkan dengan adanya nekrosis koagulatif. Akhirnya penyembuhan berlangsung dengan
terbentuknya jaringan granulasi. Penyakit ini terbagi menjadi tiga stadium yaitu stadium
infiltrasi, supurasi, dan sikatrisasi. Pada stadium sikatrisasi, permukaan konjungtiva yang telah
tertutup oleh jaringan granulasi mengalami epitelisasi. Penyembuhan luka terjadi melalui
pembentukan jaringan parut atau sikatrik yang dapat menyebabkan terjadinya trikiasis dan
xerosis konjungtiva

Konjungtivitis membranous
5. Sikatrisial pemphigoid
- Sikatrik Okuler Pemphigoid (SOP) atau mucous membrane pemphigoid adalah
kelainan autoimun kronik yang ditandai dengan adanya bullae pada konjungtiva.
- SOP merupakan kelainan yang bersifat bilateral, mengenai kedua mata dan lebih
sering ditemukan pada wanita lanjut usia.
- Gejalanya dapat berupa rasa nyeri dan sensai benda asing pada mata disertai
kotoran mata. Salah satu tanda SOP adalah simblefaron, yaitu adhesi antara
konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi.
- Hal ini menunjukkan terjadinya proses pembentukan sikatrik subepitelial yang
progresif. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya trikiasis apabila terbentuk
sikatrik yang tebal. Trikiasis ini dapat menyebabkan keratinisasi pada permukaan
kornea dan konjungtiva.

Sikatriasial
phemfigoid
6. Entropion
- Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo
palpebra kearah dalam. Hal ini menyebabkan 'trichiasis' dimana bulu mata yang
biasanya mengarah keluar kini menggosok pada permukaan mata.
- Entropion bisa ditemukan pada semua lapisan umur namun entropion khususnya
entropion involusional lebih sering ditemukan pada orangtua.
- Entropion lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Hal ini mungkin
disebabkan lempeng tarsal pada wanita rata-rata lebih kecil dibandingkan pada
pria.
- Entropion involusional biasanya ditemukan lebih sering pada palpebra inferior
sedangkan entropion sikatrik lebih sering pada palpebra superior dan paling sering
didahului oleh trakhoma.

Sikatrikal
entropion
7. Distikiasis
- Distikiasis adalah terdapatnya pertumbuhan bulu mata abnormal atau
terdapatnya duplikasi bulu mata daerah tempat keluarnya saluran meibom.
Berbentuk lebih halus, tipis dan pendek dibanding bulu mata normal.
- Dapat tumbuh ke dalam sehingga mengakibatkan bulu mata menusuk ke jaringan
bola mata atau trikiasis. Bersifat kongenital dominan. Biasanya disertai kelainan
kongenital lainnya.

Distikiasis
GAMBARAN KLINIS

Pada trikiasis, posisi tepi palpebra dapat normal, atau jika


tidak, dapat dihubungkan dengan entropion. Bulu mata yang
melengkung ke dalam menyebabkan pasien mengeluhkan
sensasi benda asing dan iritasi permukaan bola mata kronik,
lesi pada kelopak mata, gatal, nyeri pada mata, dan mata
bengkak. . Abrasi kornea, injeksi konjungtiva, fotofobia, dan
lakrimasi merupakan gambaran yang sering ditemukan. Pada
kasus yang lebih berat dapat ditemukan ulkus kornea.
DIAGNOSIS

1. Anamnesis
Pasien dengan trikiasis dapat mengeluhkan sensasi benda
asing dan iritasi permukaan bola mata kronik. Apabila lebih
berat hingga menimbulkan ulkus kornea , maka akan timbul
keluhan mata merah, sakit pada mata, fotofobia, dan
penglihatan menurun
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pada pemeriksaan inspeksi dengan menggunakan slit lamp
didapatkan satu atau lebih silia tumbuh ke arah kornea atau
konjungtiva bulbi.
Lanjutan..
b. Eversi kelopak mata
Eversi kelopak dilakukan dengan mata pasien melihat jauh ke bawah. Pasien
diminta jangan mencoba memejamkan mata. Tarsus ditarik ke arah orbita. Pada
konjungtiva dapat dicari adanya folikel, perdarahan, sikatriks dan kemungkinan
benda asing.
c. Fluoresein
Fluoresin adalah bahan yang berwarna jingga merah yang bila disinari gelombang
biru akan memberikan gelombang hijau.
Kertas fluoresein yang dibasahi terlebih dahulu dengan garam fisiologik diletakkan
pada sakus konjungtiva inferior. Penderita diminta untuk menutup matanya selama
20 detik, beberapa saat kemudia kertas ini diangkat. Dilakukan irigasi konjungtiva
dengan garam fisiologik. Dilihat permukaan kornea bila terlihat warna hijau
dengan sinar biru berarti ada kerusakan epitel kornea. Defek kornea terlihat
berwarna hijau karena pada bagian defek tersebut bersifat basa. Pada keadaan ini
disebut uji fluoresein positif. Pemeriksaan ini dipakai untuk melihat terdapatnya
defek epitel kornea akibat gesekan dari silia bulu mata yang mengalami trikiasis.
KOMPLIKASI

• Keratitis
Suatu kondisi dimana kornea meradang. Masuknya bulu mata
dan tepi kelopak ke kornea dapat menimbulkan iritasi dan
rasa sakit. Bila ini berlanjut terus dapat mengakibatkan
terjadinya ulserasi kornea, kemudian sembuh dengan sikatrik
kornea.
Jaringan parut yang terbentuk dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan. Komplikasi lebih lanjut dapat menyebabkan ulkus
kornea menetap.
PENATALAKSANAAN

Jika hanya sedikit bulu mata


, epilasi
yang terlibat
mekanik dapat elektrolisis cryotherapy.
menangani sementara.

Penanganan permanen merusak folikel


bulu mata yang terlibat.
ELEKTROLISIS
Elektrolisis. Sebuah jarum
di insersikan ke dalam
folikel rambut dengan
bantuan slit lamp atau
dengan mikroskop

Kekurangan metode elektrolisis yaitu


Metode ini menggunakan sulitnya menempatkan jarum tepat pada
energi panas dan listrik folikel rambut yang akan dirusak sehingga
untuk menghancurkan berisiko untuk menyebabkan kerusakan
folikel rambut (bulu mata) mukosa dan struktur sekitarnya yang
akhirnya akan menyebabkan
terbentuknya sikatrik yang lebih luas dan
trikiasis yang lebih hebat.
CRYOTHERAPY
Jika melibatkan area tepi palpebra yang
lebih luas, dapat dilakukan bedah beku atau
cryotherapy yaitu suatu teknik pengrusakan
folikel rambut dengan menggunakan suhu
yang sangat dingin (nitrogen oksida). Folikel
silia bulu mata sensitif terhadap dingin dan
dapat rusak pada temperatur -20ᵒC hingga -
30ᵒC. Ablasi laser dari folikel bulu mata juga
dilaporkan bermanfaat. Pada kebanyakan
kasus, penatalaksanan ulang penting selama
beberapa sesi untuk mengeliminasi seluruh
bulu mata yang terlibat. Jika entropion
Dengan menggunakan ditemukan, tepi palpebra sebaiknya
suhu yang sangat dikoreksi sebagai tambahan untuk
dingin untuk menghilangkan bulu mata yang terlibat. Bila
menghancurkan folikel
hampir semua bulu mata mengalami
rambut, sehingga bulu
mata tidak tumbuh trikiasis, maka koreksi bedah dapat
kembali. dianjurkan. Prosedur bedah yang dilakukan
salah satunya yaitu dengan teknik modifikasi
Ketssey’s
• Pada teknis modifikasi ketssey’s (Transposition of tarsoconjunctival wedge), sebuah
insisi horizontal dibuat sepanjang sulkus subtarsalis, (2-3 mm diatas margo
palpebra) termasuk konjungtiva dan tarsal plate. Bagian terbawah dari tarsal plate
di tempel pada margo kelopak mata. Penjahitan matras dilakukan setelah
pemotongan bagian atas dari tarsal plate dan jahitan tersebut timbul pada kulit 1
mm di atas margo kelopak mata.
Lanjutan..
Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa dengan
menggunakan :
Li et al telah menemukan bahwa
1. Obat tetes mata atau salep doksisiklin telah berhasil menekan
dapat mengurangi efek iritasi fibroblast kontraktil (mencegah
dari gesekkan bulu mata. sikatrisasi yang lebih luas) pada pasien
dengan trachoma dan menyarankan
2. Menurut West dan rekan, bahwa doksisiklin mungkin berguna
azitromisin telah terbukti sebagai pengobatan untuk mencegah
mengurangi tingkat terulangnya trichiasis setelah operasi.
kekambuhan trichiasis parah
pascaoperasi untuk 1 tahun..
Lanjutan..
• Trikiasis pada umumnya memiliki
prognosis yang baik. Keefektifan
pengobatannya tergantung pada
penyebab utama dan tingkat
keparahan penyakitnya.
Prognosis • Tindak lanjut perawatan berkala
dan perhatian terhadap komplikasi,
kekambuhan, atau komplikasi
kornea dapat meningkatkankan
prognosis jangka panjang.
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Trikiasis merupakan kondisi dimana silia bulu mata melengkung ke arah bola
mata. Trikiasis biasanya terjadi akibat inflamasi atau terbentuknya sikatrik
pada palpebra setelah operasi palpebra, trauma, kalasion, atau blefaris
ulseratif. Trikiasis sering dikaitkan dengan penyakit sikatriks kronik seperti
pemphigoid ocular, trakoma, dan sindrom Steven Johnson. Pasien
mengeluhkan sensasi benda asing dan iritasi permukaan bola mata kronik.
Abrasi kornea, injeksi konjungtiva, keluarnya cairan mucus merupakan
gambaran yang sering ditemukan. Tanda dan gejala penyakit penyebab
seperti trakoma, blefaritis, dan lain-lain dapat pula ditemukan.
Pemeriksaan yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis trikiasis yaitu
dengan anamnesis, pemeriksaan fisis dengan cara inspeksi yang dibantu
dengan slitlamp, serta dapat pula dengan uji floresein apabila dicurigai
telah terjadi aberasi atau ulkus kornea. Penanganan trikiasis dapat berupa
epilasi, elektrolisis, atau cryotherapy.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai