Sabo Dam

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

SABO DAM

Sabo dam di bawah Gunung Merapi

The Nojiri River sabo dam


SEJARAH SABO DAM
• Sabo berasal dari bahasa Jepang yang berarti pertahanan terhadap aktivitas bumi.
Diperkenalkan pertama kali oleh Tamoaki Yokota. Sabo (shabo) berarti: penahan ketika
terjadi tanah longsor, baik itu disebabkan oleh air hujan, gempa bumi, maupun letusan
gunung berapi, sehingga tanah longsor tersebut tidak akan merusakkan pemukiman
penduduk dan prasarana kehidupan lainnya, serta mengganggu aktivitas manusia.
• Secara demografi, kondisi Indonesia dan Jepang tidak berbeda jauh. Kedua negara
tersebut sama - sama rawan terhadap berbagai bencana seperti gempa bumi, tsunami dan
erupsi gunung api dimana 17 persen gunung api aktif di dunia berada di Indonesia.
• Selama 40 tahun terakhir, pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation
Agency (JICA) telah menjalin kerjasama dengan Indonesia dalam menanggulangi ancaman
erupsi gunung api di Indonesia. Salah satu teknologi yang diterapkan di beberapa gunung
berapi di Indonesia adalah Sabo dam.
• Teknologi sabo dam di Indonesia saat ini banyak dibangun di sepanjang sungai di sekitar
hulu gunung berapi. Salah satunya adalah sabo dam di Gunung Merapi. Hampir semua aliran
sungai yang berhulu di Merapi yang ada di empat kabupaten yakni Boyolali, Klaten,
Magelang dan Sleman dibangun sabo dam. Fungsi sabo dam berbeda dengan fungsi dam
irigasi. Fungsi sabo dam salah satunya untuk menangkap material lepas yakni pasir yang ada
di hulu sungai agar tidak turun ke bawah secara cepat.
FUNGSI SABO DAM

 Secara umum sabo berfungsi untuk beberapa


keperluan, seperti:
 Melindungi manusia dan tempat tinggal beserta harta
kekayaan mereka dari gangguan bencana alam yang
diakibatkan oleh erosi dan aliran sedimen.
 Memelihara kelestarian alam dan lingkungannya.
 Melindungi daerah perkotaan, pedesaan serta
bangunan-bangunan dan fasilitas umum dari bencana
yang diakibatkan oleh aliran sedimen.
 Membantu pengembangan daerah melalui
pemanfaatan bangunan sabo secara serba guna.
 Secara teknis, sabo mempunyai fungsi sebagai berikut:
 Menjaga erosi permukaan tanah.
 Menstabilkan dasar dan tebing sungai.
 Mengurangi kecepatan banjir serta menampung
aliran sedimen.
 Pengendalian lahar akibat letusan gunung api.
 Pengendalian erosi di hutan dan daerah-daerah
pertanian.
 Pencegahan terhadap longsoran atau tanah runtuh.
Sumber Aliran Debris

1. Hujan yang deras


Pada waktu musim hujan dengan hujan yang deras di
daerah hulu, akan terjadi pula aliran yang besar dan
akan membawa atau mengangkut rombakan dari
longsoran tersebut ke daerah yang lebih
rendah/hilirnya.

2. Longsoran
Terjadinya longsoran-longsoran pada tebing yang terjal
sehingga terjadi pembendungan pada sungai, Akibat
hujan, tekanan air terus bertambah, maka akan
mengakibatkan terjadinya limpas atau bobol, bila
pembendungan tersebut tidak kuat menahan air
(tekanan air), sehingga terjadi banjir bersama-sama
rombakan tersebut.
3. Letusan gunung berapi
Terjadinya letusan gunung api, magma yang keluar dari
kepundan/kawahnya merupakan rombakan batuan-
batuan, sehingga terjadi akumulasi rombakan di daerah
hulu. Bila terjadi hujan di daerah timbunan atau sebelah
hulunya dan tergantung besar kecilnya curah hujan
tersebut, maka akan terjadi proses gerakan
debris/rombakan.

4. Gempa bumi
Gempa bumi dapat disebabkan oleh kegiatan gunung
api dan gerakan patahan bumi. Adanya gempa bumi
menyebabkan tanah bergetar, sehingga timbunan
bebatuan dan tanah di atas gunung menjadi runtuh dan
akan terus turun bersama air hujan melalui aliran sungai
dan menjadi aliran debris.
Bagian-bagian Sabo Dam
Stepped Dam

Groundsill
Channel Works
STUDI KASUS
Gunung Merapi (2980 mdpl) adalah salah satu gunung berapi paling aktif di dunia
yang terletak di Propinsi Jawa Tengah. Gunung Merapi terakhir kali mengalami erupsi
pada tahun 2012 dan menimbulkan aliran lahar dingin dalam jumlah besar dan
memiliki daya rusak tinggi. Aliran lahar dingin tersebut mengalir hampir ke seluruh
sungai yang berada di lereng Gunung Merapi, salah satunya yaitu Kali Putih.
Kali Putih merupakan sungai yang memiliki potensi bahaya cukup besar dikarenakan
lokasinya terletak cukup dekat dengan pemukiman penduduk. Untuk mengurangi
potensi bahaya tersebut, dilakukan upaya pencegahan berupa pembuatan bangunan
pengendali sedimen (Sabo Dam).
Data-data yang dibutuhkan adalah data hidrologi berupa data curah hujan harian,
data penyelidikan tanah, peta DAS Kali Putih, peta topografi dan peta geometri
sungai. Data-data dan referensi tersebut diolah dan dijadikan dasar perencanaan Main
Dam, Sub Sabo Dam, Apron, dan lain sebagainya.
Setelah proses pengolahan data selesai, didapat hasil berupa tinggi total Main Dam
sebesar 8,55 meter, tinggi total Sub Sabo Dam sebesar 2,79 meter, panjang Apron
sebesar 6,1 m dan volume tampungan sebesar 8.100 m3, dengan total biaya sebesar
Rp.1.470.615.000,00 (termasuk PPN) dan masa konstruksi selama 14 minggu.
Pembangunan Sabo Dam akan lebih optimal jika disertai dengan sistem pemeliharaan
yang baik oleh dinas terkait sehingga diharapkan prosentase wilayah terdampak
Aliran Lahar Dingin Kali Putih akan berkurang secara signifikan.
KESIMPULAN

1. Sabo diartikan sebagai bangunan dam atau bangunan dengan pelimpas


yang dibangun untuk mencegah bahaya banjir lahar gunung berapi.
Selain sebagai pengendali lahar akibat letusan gunung berapi,
sabo dam juga bermanfaat sebagai pengendali erosi hutan dan daerah
pertanian serta mencegah bahaya longsor.
2. Pada kondisi normal dan aman pasir dan batuan akan diambil
masyarakat sebagai bahan bangunan, sehingga tempat penampungan
material tersebut akan kosong kembali. Material pasir dan batu-batuan
yang tertahan di sabo tersebut dimanfaatkan masyarakat sebagai
sumber penghasilan.

Anda mungkin juga menyukai