Hubungan Struktur Dan Metabolisme Obat

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

Hubungan Struktur dan

Metabolisme Obat
Reaksi Fase 1 : Oksidasi C-N

K E LO M P O K A 4 :
1. D E W I N O V I TA S A R I ( 0 5 1 5 1 1 1 3 3 )
2. WA H I D AT U N N U R ( 0 5 1 5 1 1 1 3 3 1 1 7 )
3. A P R I L L I A D I A N A R ( 0 5 1 5 1 1 1 3 3 1 2 1 )
4. D I TA A RYA N T I P ( 0 5 1 5 1 1 1 3 3 1 4 5 )
A. Oksidasi amin tersier alifatik
dan amin alisiklik (Reaksi N-
dealkilasi oksidatif)
Pada reaksi oksidasi amin tersier alifatik, mula-mula terjadi hidroksilasi pada
C α membentuk senyawa antara karbinolamin yang tidak stabil dan secara
spontan mengalami pemecahan heterolitik pada ikatan C-N menghasilkan
Amin sekunder dan Karbonil (aldehid/keton)
Gugus alkil yang terikat pada atom N dengan jumlah atom C kecil seperti
metyl, etyl, dan isopropyl dengan mudah terdealkilasi. N dealkilasi
gugus butil tersier melalui cara diatas tidak dimungkinkan karena tidak
mengandung atom H dan Cα. Bisdealkilasi amin alifatik tersier
berlangsung sangat lambat sehingga hasil metabolitnya sangat kecil.
Contoh :
Lidokain, disopiramid, tamoksifen, difenhidramin, klorpromazin, (+) α-
propoksifen dan benzfetamin mengalami N-dealkilasi serupa dengan
Imipramin. Pada banyak kasus, bisdealkilasi amin tersier menghasilkan
metabolik amin alifatik primer, yang kemudian teroksidasi lebih lanjut menjadi
turunan asam.
Amin tersier alisiklik dapat mengalami hidroksilasi pada C α menjadi metabolit
laktat.

Siproheptadin, difenidol dan


fenmetrazinjuga mengalami hidroksilasi
seperti pada nikotin
Amin tersier alisiklik dapat mengalami reaksi oksidasi N-dealkilasi.

Morfin dan dektrometorfan juga


megalami N-dealkilasi serupa
dengan meperidin
B. Oksidasi amin sekunder dan amin primer
Gugus amin sekunder baik yang terdapat pada senyawa
induk maupun pada metabolit, dapat mengalami N-
dealkilasi, deaminasi oksidatif dan reaksi N-oksidasi.
Metabolit amin primer yang mempunyai atom H pada Cα mengalami
deaminasi oksidatif menghasilkan metabolit karbonil dan amoniak.
Amin sekundr alifatik dan alisiklik teroksidasi menjadi metabolit
N-hidroksilamin yang kemudian teroksidasi lebih lanjut menjadi
turunan nitron.
Substituen yang terdapat pada atom Cα amin primer sangat menentukan
terjadinya N-oksidasi atau C oksidasi.
Pada α-metilamfetamin (fentermin) tidak terjadi Cα hidroksilasi tetapi
mengalami N-oksidasi membentuk N-hifroksi fentermin yang tidak stabil dan
segera berubah menjadi metabolit nitrozo. Metabolit ini kemudian teroksidasi
lebih lanjut menghasilkan metabolit nitro. Hasil metabolit yang lain dari
fentermin adalah para-hidroksifentermin.
C. Oksidasi amin aromatik dan
senyawa N-heterosiklik
Amin tersier aromatik dapat mengalami N-dealkilasi
oksidatif membentuk N-oksida atau mengalami Cα-
hidroksilasi menghasilkan senyawa antara karbinolamin,
yang segera berubah menjadi amin sekunder dan
senyawa karbonil.
Amin sekunder aromatik dapat mengalami N-hidroksilasi
menghasilkan hidroksilamin sekunder, dan teroksidasi lebih lanjut
menjadi nitron, yang segera berubah menjadi hidroksilamin primer
Amin primer aromatik menngalami N-oksidasi menghasilkan metabolit
hidroksilamin yang dapat berubah menjadi nitrozon
N-metil-4-aminoazobenzen, suatu zat warna azoamin yang bersifat
karsinogenik, mengalami N-oksidasi membentuk metabolit
hidroksilamin yang keudiaan terkonjugasi dengan sulfat. Konjugat sulfat
tersebut terionisasi menjadi ion nitrenium reaktif yang dapat bereaksi
dengan gugus-gugus nukleofil, seperti NH2,OH atau SH, yang terdapat
pada struktur ADN, ARN, dan Protein, membentuk ikatan kovalen. Hal
ini menimbulkan perubahan biomakro molekul dan kode genetik
sehingga dapat menyebabkan kanker.
Oksidasi atom N yang terdapat dalam senyawa aromatik heterosiklik
akan menghasilkan N-oksida
D. Oksidasi Amida
Gugus amida mengalami Cα-hidroksilasi menghasilkan senyawa
antara karbinolamid yang kemudian mengalami N-dealkilasi.
Contoh: diazepam, mengalami Cα-hidroksilasi dan N-demetilasi
menghasilkan desmetildiazepam yang aktif sebagai penekan
sistem saraf pusat.
Asetaminofen merupakan obat analgesik yang pada dosis normal relatif
aman dan tidak toksik, tetapi pada dosis tinggi dapat menimbulkan
nekrosis hati. Hal ini disebabkan asetaminofen mengalami N-hidroksilasi
membentuk N-hidroksiasetaminofen dan secara spontan mengalami
dehidrasi pada gugus N-hidroksilamid, menghasilkan N-
asetilimidokuinon yang sangat reaktif. N-asetilimidokuinon inilah yang
dapat membentuk ikatan kovalen dengan makromolekul hati sehingga
terjadi nekrosis.
Selain itu N-asetilimidokuinon juga mengalami konjugasi dengan
glutation.

Anda mungkin juga menyukai