TatalaksanaKegawatdaruratan Pada Kehamilan, Persalinan Dan Nifas

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 43

TATA LAKSANA KEGAWAT

DARURATAN PADA
KEHAMILAN, PERSALINAN,
DAN NIFAS
1. Tata Laksana kegawatdaruratan dasar pada kehamilan,
persalinan dan nifas
a. Henti jantung dan henti napas
b. Syok
c. Kejang
d. Sesak napas
e. Pingsan
2. Tata Laksana pada kehamilan dan persalinan
dengan penyulit obstetri
a. Hiperemesis Gravidarum
b. Kehamilan Ektopik Terganggu
c. Perdarahan Antepartum
d. Persalinan Preterm
e. Ketuban Pecah Dini
f. Persalinan Lama (kelainan His, CPD, Makrosomia )
g. Kelainan letak dan malpresentasi dalam persalinan
h. Distosia Bahu
i. Infeksi Nifas
j. Prolaps Tali Pusat
3. Tata Laksana Kasus Kegawatdaruratan
Tersering pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas
a. Hipertensi dalam kehamilan, Preeklampsia dan
Eklampsia
b. Perdarahan Pasca Salin
4. Rujukan Kasus kegawatdaruratan pada
Kehamilan, Persalinan dan Nifas
a. Stabilisasi pasien
b. Persiapan sarana merujuk
c. Perencanaan rujukan
TATA LAKSANA
KEGAWATDARURATAN DASAR
PADA KEHAMILAN
A. Henti Nafas dan Jantung
Tatalaksana umum
1. Panggil bantuan tim respon awal emergensi
2. Lakukan penilaian awal cepat kondisi keadaan umum,
hemodinamik dan keadaan yang mendukung kepada
penegakan diagnosis
3. Lakukan langkah-langkah penatalaksanaan sesuai
dengan algoritme
4. Berikan informasi yang jelas kepada keluarga situasi
yang sedang terjadi serta upaya yang sedang dilakukan
oleh tim
Tatalaksana khusus
Resusitasi Jantung Paru
(RJP) :
30x kompresi
2x bantuan nafas

Metode RJP pada ibu hamil : Menilai pernapasan Chest trust

1. Cek kesadaran ibu


2. Panggil bantuan
3. Bebaskan jalan napas
(head tilt – chin lift)
Menilai nadi

Memberi bantuan napas


4. Cek nadi  Ada/Tidak

5. Bila nadi tidak teraba 

RJP

6. Tekan/kompresi dada di

pertengahan sternum
7. Kompresi sebanyak 30 : 2

8. Pasang kanul IV No. 16

atau 18
9. Pada Ibu usia kehamilan

>20 minggu :
Miringkan ibu ke sisi kiri 15-
30O, bila tidak mungkin
dorong uterus ke sisi kiri
(Cardiff Wedge)
B. Syok
Curigai atau antisipasi kejadian syok jika terdapat kondisi
berikut ini:
1. Perdarahan pada kehamilan muda
2. Perdarahan pada kehamilan lanjut atau pada saat
persalinan
3. Perdarahan pascasalin
4. Infeksi berat (seperti pada abortus septik,
korioamnionitis, metritis)
5. Kejadian trauma
6. Gagal jantung
Tatalaksana Syok
Umum :
1. Carilah bantuan tenaga kesehatan lain.
2. Pastikan jalan napas bebas dan berikan oksigen.
3. Miringkan ibu ke kiri.
4. Hangatkan ibu.
5. Pasang infus intravena (2 jalur bila mungkin) dengan
menggunakan jarum terbesar (no. 16 atau 18 atau ukuran
terbesar yang tersedia).
6. Berikan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat)
sebanyak 1 liter dengan cepat (15-20 menit).
7. Pasang kateter urin (kateter Folley) untuk memantau jumlah
urin yang keluar.
8. Lanjutkan pemberian cairan sampai 2 liter dalam 1 jam
pertama, atau hingga 3 liter dalam 2-3 jam (pantau
kondisi ibu dan tanda vital).
9. Cari penyebab syok dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang lebih lengkap secara simultan,
kemudian beri tatalaksana yang tepat sesuai penyebab.
10. Pantau tanda vital dan kondisi ibu setiap 15 menit.

11. Bila ibu sesak dan pipi membengkak, turunkan


kecepatan infus menjadi 0,5 ml/menit (8-10 tetes/menit),
pantau keseimbangan cairan
Khusus (berdasarkan penyebab syok)
1. Hemoragik :
• Atasi sumber perdarahan
• Transfusi bila Hb < 7g/dl atau bila klinis menunjukkan
anemia berat
2. Septik :
• Ambil sampel darah, urin, dan pus/nanah untuk kultur
mikroba
• Berikan kombinasi antibiotika kepada ibu dan
lanjutkan sampai ibu tidak demam selama 48 jam:
 Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, DITAMBAH
 Gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam,
DITAMBAH
 Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
C. Pingsan
Adalah suatu keadaan dimana seorang mengalami rasa “pusing”
(dizzy) hingga kemudian kehilangan kesadaran sejenak atau
pingsan (faint). Hal ini terjadi akibat fluktuasi tekanan darah yang
terjadi sejenak dan cepat

Penyebab pingsan dapat beragam, mulai dari sebuah efek


perubahan fisiologis dari hemodinamik ibu hamil hingga sebuah
kondisi patologis. Beberapa penyebab tersebut adalah:
• Penurunan tekanan darah sebagai kondisi fisiologis akibat
kehamilan pada trimester awal
• Mual, muntah yang berlebihan
Penyebab Pingsan (Lanjutan)
• Tekanan oleh uterus dan janin yang ada di dalamnya
pada pembuluh darah besar aorta, terutama saat
berbaring terlentang, pada kehamilan yang lebih lanjut.
• Cuaca yang sangat panas
• Anemia
• Dehidrasi
• Pingsan dapat pula terjadi akibat gangguan pada jantung
yang jika tidak diatasi dengan baik dapat menimbulkan
gagal jantung di kemudian hari(lihat penatalaksanaan
gangguan jantung)
Gangguan Jantung (Gagal Jantung)
TATA LAKSANA KASUS KEHAMILAN
DAN PERSALINAN DENGAN
PENYULIT OBSTETRI
Perdarahan Antepartum

1. Kriteria diagnosis: 6. Perdarahan Pasca Salin


 Perdarahan berulang selama  Atonia Uteri
kehamilan  Robekan Jalan Lahir: perineum,
 Perdarahan tanpa nyeri, pada dinding vagina, serviks
usia >28 minggu  Retensio plasenta
2. Abortus  Sisa plasenta

3. Mola Hidatidosa  Inversio uteri


 Gangguan pembekuan darah
4. Plasenta Previa
5. Solusio Plasenta 7. Tatalaksana sesuai penyebab

6. Ruptur Uteri
Abortus
• Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan
• Kriteria :
1. Usia kehamilan < 22 minggu (WHO – IMPAC), atau
2. Usia kehamilan < 20 minggu atau berat janin < 500 gram.
Faktor Predisposisi

1. Faktor dari janin (fetal) : kelainan genetik (kromosom)

2. Faktor dari ibu (maternal) : infeksi, kelainan hormonal

 hipotiroidisme, diabetes, malnutrisi, penggunaan


obat-obatan, merokok, konsumsi alkohol, faktor
immunologis dan defek anatomis seperti uterus didelfis,
inkompetensia serviks dan sinekhiae uteri karena
sindrom Asherman.

3. Faktor dari ayah (paternal) : kelainan sperma


Jenis abortus dan gejala khas
Diagnosis
1. Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah banyak
2. Perut nyeri dan kaku
3. Pengeluaran sebagian produk konsepsi
4. Serviks dapat tertutup maupun terbuka
5. Ukuran uterus lebih kecil dari yang seharusnya
6. Apabila tersedia ultrasonografi – sangat membantu menegakkan
diagnosis
Tatalaksana Umum
1. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan
umum ibu, hemodinamik dan keadaan yang
mendukung kepada penegakan diagnosis.
2. Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat,
takikardi, tekanan sistolik <90 mmHg).
3. Bila syok  lakukan tatalaksana awal syok.

4. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok  tetap pikirkan


kemungkinan tersebut saat penolong melakukan
evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat.
5. Bila ada tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus
dengan komplikasi, berikan kombinasi antibiotika
sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
• Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam

• Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam

• Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam

6. Segera RUJUK ibu ke rumah sakit


7. Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat
dukungan emosional + konseling kontrasepsi pasca
keguguran.
8. Lakukan tatalaksana selanjutnya di Puskesmas untuk
abortus inkomplitus dan abortus kompletus.
9. Bila tegak diagnosis abortus imminens, abortus
insipiens, missed abortion dan gejala sepsis,
segera RUJUK pasien ke RS.
Ketuban Pecah Dini
Pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan atau dimulainya tanda
inpartu
Tatalaksana Umum
• Berikan antibiotik eritromisin

4x250mg kemudian lakukan rujukan


ke fasilitas yang memadai.
Tatalaksana Khusus :
• Lakukan konseling pada pasien dan
keluarga mengapa diperlukan
rujukan ke rumah sakit dengan
fasilitas yang memadai, terutama
jika kehamilan masih <37 minggu
Ilustrasi Ketuban Pecah Dini
TATA LAKSANA KASUS
KEGAWATDARURATAN TERSERING
PADA KEHAMILAN, PERSALINAN,
DAN NIFAS
A. Hipertensi Dalam Kehamilan, Preeklampsia,
dan Eklampsia

 Adalah tekanan darah sekurang-  Hipertensi kronik


kurangnya 140 mmHg sistolik  Hipertensi gestasional
atau 90 mmHg diastolik pada  Preeklampsia Berat
dua kali pemeriksaan berjarak 4-  Superimposed Preeklampsia
6 jam pada wanita yang
 Eklampsia
sebelumnya normotensi.
 Periksa kadar urin dengan tes
celup urin atau protein urin 24
jam
Kelahiran
Pre -eklampsia Timbul gejala preterm
mulai Pre karena pre-
berkembang -eklampsia eklampsia

Skrining
preeklampsia
Tidak ada atau
tunda onset
preeklampsia

Perkembangan Preeklampsia selama kehamilan


Preeklampsia dan Eklampsia

• Tekanan darah ≥140/90


mmHg, usia kehamilan > 20
minggu, tes celup urin 
proteinuria 1+ atau protein
kuantitatif menunjukkan
hasil >300 mg/24 jam

• Tekanan darah >160/110


mmHg pada usia kehamilan
>20 minggu tanpa melihat
proteinuria

KEJANG = EKLAMPSIA
(Pastikan tidak ada riwayat
epilepsi atau perdarahan
intrakranial)
Tatalaksana Preeklampsia dan Eklampsia
1. Umum : Pantau tekanan darah, proteinuria, dan
perkembangan janin  RUJUK !!
2. Khusus (bila kejang muncul) :
• Perhatikan A = Airway B = Breathing C = Circulation

• Berikan MgSO4 dosis awal  segera RUJUK !!


• Bila kejang berulang  MgSO4 2gr (15-120 menit)

• Bila kejang berulang  pertimbangkan diazepam 10mg IV


12/7/18

MAGNESIUM SULFAT
(MGSO4)
Syarat Pemberian MgSO4
1. Tersedia Ca Gluconase 10%
2. Produksi urin minimal 0,5 ml/kgBB/jam
3. Pernafasan > 16 X menit
4. Reflek Patela +/+
12/7/18

Dosis dan cara pemberian mgso4


Jika terjadi kejang

Pemberian MGSo4 2 gr / 10cc IV bolus (MgSO4 20%)


atau
(jika tersedia MgSO4 40%) 2 gr / 5 cc IV bolus

Pemberian selama 2-5 menit , dapat diulang 2x jika kejang


berulang

Jika kejang kembali beri DIAZEPAM


10 mg IV dalam 2 menit
B. Perdarahan Pasca Salin (HPP/Hemorhagia Postpartum)

Perdarahan pascasalin primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah


persalinan, sementara perdarahan pascasalin sekunder adalah
perdarahan pervaginam yang lebih banyak dari normal antara 24 jam
hingga 12 minggu setelah persalinan.

Diagnosis
• Perdarahan pascasalin adalah perdarahan ≥500 ml setelah bayi lahir
atau yang berpotensi mempengaruhi hemodinamik ibu
Penyebab
Perdarahan
Pasca Salin
Penanganan
Perdarahan
Pasca Salin
Tatalaksana khusus Atoni Uteri : 5. Bila tidak tersedia oksitosin atau bila
perdarahan tidak berhenti, berikan
1. Lakukan pemijatan uterus.
ergometrin 0,2 mg IM atau IV (lambat),
2. Pastikan plasenta lahir lengkap.
dapat diikuti pemberian 0,2 mg IM
3. Berikan 20-40 unit oksitosin setelah 15 menit, dan pemberian 0,2
dalam 1000 ml larutan NaCl mg IM/IV (lambat) setiap 4 jam bila
0,9%/Ringer Laktat dengan diperlukan. JANGAN BERIKAN LEBIH
kecepatan 60 tetes/menit dan DARI 5 DOSIS (1 mg) . Bila perdarahan
masih tidak berhasil diatasi, diberikan
10 unit IM. Lanjutkan infus
misoprostol per rektal 800 – 1000 µg.
oksitosin 20 unit dalam 1000 ml
6. Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g
larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat
asam traneksamat IV (bolus selama 1
dengan kecepatan 40 tetes/menit menit, dapat diulang setelah 30 menit).
hingga perdarahan berhenti. 7. Lakukan pasang kondom kateter atau
kompresi bimanual internal/
kompresi bimanual eksternal selama
5 menit.
• Lakukan rujukan!!! bila perdarahan tidak berhenti.

• Jika perdarahan berhenti dan kontraksi uterus membaik,

pertahankan pemberian uterotonika Oksitosin 10 - 20mU


dalam 500 ml larutan kristaloid 28tts/menit hingga 12 jam
pasca persalinan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai