DEFIBRILASI

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

DEFIBRILASI

(DC SHOCK)

Dari makalah Dr.M Yogiarto


DC Shock
 Direct current shock atau kejutan arus searah:
pemberian kejutan listrik arus searah yang terkontrol
pada jantung untuk mengatasi berbagai macam
takhiaritmia.
 Diharapkan semua proses depolarisasi listrik jantung
dan semua fokus ektopik dihapuskan sesaat.
 Sehingga fokus listrik yang terkuat, biasanya nodus
sinus bisa muncul paling awal dan menguasai irama
jantung dan menghasilkan kontraksi otot jantung
yang lebih terkoordinasi.
Indikasi DC shock
 Pada Fibrilasi Ventrikel, diberikan energi 200 J yang
dapat ditingkatkan hingga 360 J. untuk VF yang baru
saja terjadi [di ICU] dapat dicoba dengan 100 J.
 Kardioversi pada Takikardi Ventrikel, dianjurkan
dengan tingkat energi awal 100 J.
 Atrial flutter merupakan takiaritmia yang paling
mudah dikonversi dengan kardioversi. Biasanya
dipakai tingkat energi 100 – 200 J.
 Fibrilasi Atrial relatif sukar untuk dikonversi dengan
kardioversi, terutama bila telah berlangsung lama.
Biasanya dipakai tingkat energi 100 – 200 J
DC Shock sinkron dan asinkron
 DC shock asinkron disebut Defibrilasi alatnya defibrilator:
diberikan tanpa tergantung pada irama jantung.
 Defibrilasi biasanya hanya pada penderita dengan VF.
 DC shock sinkron disebut Kardioversi alatnya kardioverter:
kejutan listrik jatuh tepat bersamaan dengan gelombang R,
untuk menghindari mekanisme R-on-T yang bisa
menyebabkan VF.
 Kardioversi digunakan pada penderita AF atau atrial flutter
atau VT.
 Kebanyakan alat DC shock merangkap sebagai defibrilator dan
kardioverter, yang dapat diatur untuk DC shock sinkron atau
asinkron.
Automated External Defibrillator
[AED]
 Defibrilator yang mempunyai kemampuan menganalisa irama
jantung penderita dan memberikan saran kepada penolong untuk
melakukan atau tidak melakukan defibrilasi.
 AED menggunakan arus bifasik dengan enersi yang lebih rendah
yaitu 150 – 175 joule.
 Penggunaan arus bifasik memberikan efektifitas yang lebih
tinggi pada tingkat enersi yang lebih rendah.
 Besarnya arus listrik yang melalui jantung berbanding lurus
dengan tingkat enersi dan berbanding terbalik dengan tahanan
listrik transthorakal
 Agar arus listrik yang melalui jantung maksimal, harus
diusahakan tahanan transthorakal minimal dengan memakai
pasta.
Keberhasilan defibrilasi
 Keberhasilan defibrilasi sangat ditentukan oleh waktu antara
terjadinya henti jantung sampai dilakukan defibrilasi.
 Setiap penundaan 1 menit menurunkan angka keberhasilan
sebesar kurang lebih 7 – 10%.
 Pada saat terjadi VF atau VT tanpa pulsasi aliran darah
terhenti sehingga sel-sel miokard dengan cepat akan
mengalami iskhemia yang menyebabkan terjadinya asidosis
dan penurunan energi sel dengan cepat.
 Harus segera dilakukan tindakan agar jantung secepat mungkin
berdenyut kembali.
 Terapi yang paling efektif untuk mengatasi VF atau VT tanpa
pulsasi adalah defibrilasi secara elektrik.
American Heart Association
 Dalam usahanya untuk menyelamatkan
sebanyak mungkin penderita henti jantung,
American Heart Association [AHA] pada
tahun 1992 mencanangkan defibrilasi dini di
rumah sakit.
 Setiap personil di rumah sakit selain cakap
melakukan BLS juga mampu dan diberi
kewenangan untuk melakukan defibrilasi pada
penderita yang mengalami henti jantung.
Keberhasilan Resusitasi terhadap
Waktu.
Tindakan Angka Keberhasilan

No CPR 0–2%
Delayed defibrilation
Early CPR 2–8%
Delayed defibrilation
Early CPR 20 %
Early defibrilation
Early CPR 30 %
Very early defibrilation

Anda mungkin juga menyukai