Aflatoxin

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

AFLATOXIN

Resha Gusti Yulianti 1602101010009


SEJARAH
Aflatoksin pertama kali ditemukan pada tahun 1960-an di Inggris, karena
menyebabkan penyakit pada peternakan ayam kalkun sehingga dikenal dengan nama
“Turkey X Disease”. Biang penyebab penyakit adalah tepung kacang tanah yang disimpan
terlalu lama dan mengandung jamur Aspergillus flavus.

Analisis terhadap
makanan ternak tadi
ditemukan adanya suatu
senyawa yang berpendar ketika
disinari dengan sinar ultra
violet. Senyawa ini ternyata
mempunyai sifat pendar yang
sama dengan senyawa yang
diambil dari kultur A. flavus.
Oleh sebab itu senyawa
kemudian
diberi nama aflatoksin, yang
diambil dari 3 rangkai asal kata
Aspergillus flavus toksin.
PENGERTIAN

Foto mikroskopis Aspergillus flavus Foto mikroskopis Aspergillus parasiticus

Aspergillus flavus merupakan spesies yang dikenal sebagai penghasil aflatoksin


yang cukup besar, sedangkan A. parasiticus yang biasanya diisolasi dari
serangga patogen juga mampu memproduksi aflatoksin dengan jumlah yang
hampir sama dengan A. flavus.
Aflatoksin adalah suatu mikotoksin yang merupakan metabolit hasil jamur
Aspergillus flavus dan A. parasiticus. Aflatoksin merupakan kontaminan yang
paling sering dijumpai pada hasil panen pertanian serta bahan makanan pokok di
banyak negara berkembang sehingga mengancam keamanan pangan. Toksin yang
dikeluarkan oleh jamur ini dapat dijumpai selama masa produksi bahan pangan,
pada waktu panen, pada saat penyimpanan dan proses pembuatan makanan.
Mikotoksin jamur diproduksi sebagai metabolit sekunder pada temperatur antara
24- 35, dengan kelembaban melebihi 7%. Jamur Aspergillus flavus dan A.
parasiticus ini terdapat di mana-mana dan dapat mencemari bahan makanan
pokok seperti beras, jagung, ubi kayu, kacang-kacangan, kacang tanah, cabe dan
rempah-rempah.
SUMBER AFLATOXIN
Spesies Jenis Aflatoxin Sumber
Aspergillus B1 dan B2 Kacang tanah,
flavus jagung, dan
Aspergillus olahannya serta
nomius pakan

Aspergillus B1, B2, G1, G2 Susu


parasiticus M1, M2 (metabolit
aflatoksin)
Pada ternak ruminansia, cemaran aflatoksin dapat mengakibatkan
penurunan berat badan ; penurunan berat badan ini signifikan dengan besarnya
cemaran pada ternak tersebut (Dass dan Arora, 1994). Tercemarnya pakan
ternak oleh Aspergillus sp dengan aflatoksin yang dihasilkannya, dapat
mengganggu fungsi-fungsi metabolisme, absorbsi lemak, penyerapan unsur
mineral (Cu, Fe, Ca, P, beta-karoten), dan juga menyebabkan penurunan
kekebalan tubuh, kegagalan program vaksinasi, kerusakan kromosom,
perdarahan, dan memar . Semua gangguan tersebut akan berakibat
terhambatnya pertumbuhan dan meningkatnya kematian ternak, sehingga
produksi ternak menurun
KLASIFIKASI AFLATOXIN

Aflatoksin diberi nama sesuai dengan penampakan fluoresensnya pada


lempeng kromatografi dengan silica gell yang disinari UV. Apabila penampakan
fluresensnya biru maka diberi kode B (Blue), sedangkan bila hijau diberi kode G
(Green). Dari sifat ini dapat digunakan untuk menentukan aflatoksin secara
kualitatif dan kuantitatif. Kedua jenis aflatoksin dibagi menjadi 4 macam yaitu
B1, B2, G1, G2. Berdasarkan strukturnya, aflatoksin merupakan senyawa kimia
yang berupa sebuah gugus heterosiklik, suatu jenis mikotoksin (Toksin dari
kapang) yang mengandung oksigen dan memiliki cincin bisdifuranno.
Berdasarkan struktur kimianya aflatoksin dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu seri difurokumarosiklopentanon (B1, B2, B2a, M1, M4, M2a) aflatoksikol (R0
dan seri difurokumarolakton (G1, G2, G3, GM1, GM2a, dan B3). Struktur aflatoksin
dirumuskan berdasarkan hasil interprestasi sinar UV, inframerah, NMR, dan
spektra massa.
Struktur molekul
aflatoksin B1, B2, G1
dan G2

Struktur molekul
aflatoksin M1, M2,
B2a dan G2a
IDENTIFIKASI AFLATOXIN

Prosedur analisis kimia untuk mikotoksin, termasuk aflatoksin, didasarkan


pada sifat perpedaran ketika disinari lampu UV. Ini memungkinkan untuk
mendeteksi dan menduga jumlah mikotoksin yang terdapat dalam sample.
Pencegahan
 Keracunan ternak akibat mengkonsumsi pakan yang
tercemar aflatoksin dapat dicegah antara lain dengan
melakukan pemilihan bahan pakan yang baik dan tidak
berjamur, mengelola area penyimpanan pakan agar tidak
lembab, melakukan monitoring secara periodik terhadap
kadar aflatoksin baik dalam pakan maupun produk
ternaknya. Ambang batas maksimal cemaran aflatoksin
yang ditolelir berada di dalam makanan adalah sebesar
20 ppt, sedangkan ambang batas cemaran aflatoksin
yang terdeposisi dalam air susu maksimal sebesar 0,5
ppt.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai