Bedah SNI GKP
Bedah SNI GKP
Bedah SNI GKP
WAJIB (Alasannya)
Berkaitan dengan kepentingan keamanan
Keselamatan
Kesehatan konsumen
Kelestarian lingkungan hidup
SUKARELA (Alasannya)
Tidak berkaitan seperti tersebut diatas
Produk yang dihasilkan bermutu, aman, sesuai keinginan
konsumen
Memperbaiki nilai jual produk
Meningkatkan daya saing produk
Permintaan pasar/konsumen meningkat
SNI GKP :
› Disusun tahun 1992, SNI 01-3140-1992 : Gula
pasir
› Direvisi pada :
- Tahun 2001 SNI 01-3140-2001 – Gula kristal
putih
- Tahun 2010 SNI 3140.3:2010 – Gula kristal –
Bagian 3 : Putih
- Tahun 2011 SNI 3140.3:2010/Amd1:2011 –
Gula kristal – Bagian 3 : Putih AMANDEMEN 1
Perkembangan situasi perdagangan atau tuntutan
konsumen
Revisi tahun 2010 : Syarat mutu gula kristal putih,
Metode uji
Amandemen 1 tahun 2011 : pernyataan hasil uji
polarisasi tepatnya pada perhitungan dan ketelitian
SNI 3140.3:2010/Amd1:2011 –
Gula kristal – Bagian 3 : Putih AMANDEMEN 1
1. Ruang lingkup.
2 Acuan normatif
3 Istilah dan definisi
4 Klasifikasi
5 Syarat mutu
6 Pengambilan contoh
7 Cara uji
8. Pengemasan
9. Penandaan
7
Persyaratan mutu, pengambilan contoh, cara uji, penandaan
dan pengemasan gula kristal putih
Kelas Mutu :
- GKP 1
- GKP 2
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
GKP 1 GKP 2
1. Warna
1. 1 Warna kristal CT 4,0 – 7,5 7,6 - 10,0
1. 2 Warna larutan (ICUMSA) IU 81 – 200 201 - 300
2. Berat jenis butir mm 0,8 – 1,2 0,8 – 1,2
3. Susut pengeringan (b/b) % Maks. 0,1 Maks. 0,1
4. Polarisasi ( °Z 20°C) ”Z” Min. 99,6 Min. 99,5
5. Abu konduktiviti (b/b) % Maks 0,10 Maks 0, 15
6. Bahan tambahan pangan
6.1 Belerang dioksida (SO2) mg/kg Maks. 30 Maks. 30
7. Cemaran Logam
7.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2 Maks. 2
7.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 2 Maks. 2
7.3 Arsen (As) mg/kg Maks. 1 Maks. 1
Sesuai dengan SNI 19-0428-1998
Setiap partai barang maksimum 50 ton diambil contohnya secara
acak sebanyak 30 % dari jumlah karung.
Masing-masing karung diambil contohnya ± 150 g dari bagian atas,
tengah dan bawah karung.
Contoh-contoh tersebut dicampur sehingga merata dan kemudian
dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal.
Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 3
x 1 kg.
Contoh kemudian dimasukkan ke dalam kantung plastik putih
transparan baru berukuran 30 cm x 20 cm x 0,03 cm, dan bersih,
kemudian disegel dan diberi label di tempat pengambilan contoh.
Setelah itu, semua karung yang diambil contoh diberi segel.
Persiapan contoh sesuai SNI 01-2891-1992
Penentuan warna kristal Pengukuran refleksi yang dilakukan
pada 2 (dua) panjang gelombang 426 nm dan 620 nm, atau pada
panjang gelombang 495 nm dan 620 nm
Penentuan warna larutan Gula putih dilarutkan dalam
akuades hingga konsentrasi 50 %. Larutan disaring untuk
menghilangkan kekeruhan. Absorbansi larutan hasil saringan diukur
pada panjang gelombang 420 nm dan dihitung warna larutan
tersebut
Penentuan Refractometric dry substance (RDS)
pengukuran indek refraksi dapat digunakan untuk memperkirakan
penentuan kandungan zat kering larutan terutama sakarosa
Penentuan besar jenis butir (BJB) Sejumlah contoh
diletakkan pada bagian atas dari satu set ayakan, kemudian diayak,
akan terjadi pemisahan masing-masing ukuran fraksi. Timbang
setiap fraksi dan tentukan persentase bobot dari contoh
Penentuan susut pengeringan Metoda oven ( Pengurangan
bobot setelah dikeringkan pada suhu 105 °C selama 3 jam);
Metoda infra red drying (Pemanasan pada suhu 105 °C dengan
tekanan atmosfir ruangan dengan pendinginan setelah pemanasan)
Penentuan polarisasi analisis fisika yang terdiri dari 3 tahap
(Persiapan “larutan normal” dari contoh sebanyak 100 ml;
Pengukuran berat larutan untuk menghitung koreksi volume;
Pengukuran putaran optik contoh dibandingkan dengan putaran
optik larutan gula murni)
Penentuan polarisasi Amandemen 1
Perhitungan :
Kadar sakarosa (polarisasi,%) terkoreksi pada suhu 20 °C adalah
P20 dengan menggunakan metode :
1. Circular polarimeters
(PL-PR)Q20{1+0,000144(tp-20)}
P 20 = ------------------------------------------- {1+ c (tr-20}
(Qt – Po)