Bedah SNI GKP

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

DIREKTORAT MUTU DAN STANDARDISASI

DITJEN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN


KEMENTERIAN PERTANIAN
TAHUN 2012
 Meningkatkan kepastian dan efisiensi transaksi
perdagangan,
 Memberikan acuan bagi pelaku usaha dan
membentuk persaingan pasar yang transparan,
 Melindungi kepentingan konsumen dalam aspek
kesehatan, keselamatan dan serta perlindungan
kelestarian fungsi lingkungan,
 Meningkatkan efisiensi pasar dan kelancaran
perdagangan
 Melindungi industri dalam negeri (Technical Barrier
to Trade) 2
PEMBERLAKUAN
STANDAR NASIONAL
INDONESIA

 WAJIB (Alasannya)
 Berkaitan dengan kepentingan keamanan
 Keselamatan
 Kesehatan konsumen
 Kelestarian lingkungan hidup

 SUKARELA (Alasannya)
 Tidak berkaitan seperti tersebut diatas
 Produk yang dihasilkan bermutu, aman, sesuai keinginan
konsumen
 Memperbaiki nilai jual produk
 Meningkatkan daya saing produk
 Permintaan pasar/konsumen meningkat
 SNI GKP :
› Disusun tahun 1992, SNI 01-3140-1992 : Gula
pasir
› Direvisi pada :
- Tahun 2001 SNI 01-3140-2001 – Gula kristal
putih
- Tahun 2010 SNI 3140.3:2010 – Gula kristal –
Bagian 3 : Putih
- Tahun 2011 SNI 3140.3:2010/Amd1:2011 –
Gula kristal – Bagian 3 : Putih AMANDEMEN 1
 Perkembangan situasi perdagangan atau tuntutan
konsumen
 Revisi tahun 2010 : Syarat mutu gula kristal putih,
Metode uji
 Amandemen 1 tahun 2011 : pernyataan hasil uji
polarisasi tepatnya pada perhitungan dan ketelitian
SNI 3140.3:2010/Amd1:2011 –
Gula kristal – Bagian 3 : Putih AMANDEMEN 1

1. Ruang lingkup.
2 Acuan normatif
3 Istilah dan definisi
4 Klasifikasi
5 Syarat mutu
6 Pengambilan contoh
7 Cara uji
8. Pengemasan
9. Penandaan

7
 Persyaratan mutu, pengambilan contoh, cara uji, penandaan
dan pengemasan gula kristal putih

 SNI 19-0428-1998, Petunjuk pengambilan contoh padatan.


 SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman.
 SNI 01-2896-1998, Cara uji cemaran logam dalam makanan.
 SNI 01-4866-1998, Cara uji cemaran arsen dalam makanan
 Gula kristal putih : gula kristal yang dibuat dari tebu atau bit
melalui proses sulfitasi/karbonatasi/fosfatasi atau proses lainnya
sehingga langsung dapat dikonsumsi
 Warna larutan : suatu parameter nilai kemurnian yang berkaitan
dengan warna kejernihan larutan gula yang diukur berdasarkan
standar internasional dalam satuan internasional unit (IU)
 Polarisasi : suatu nilai kadar sakarosa dalam alat sakarimeter dari
suatu larutan normal yang ditentukan dengan metode polarisasi
tunggal

 Kelas Mutu :
- GKP 1
- GKP 2
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
GKP 1 GKP 2
1. Warna
1. 1 Warna kristal CT 4,0 – 7,5 7,6 - 10,0
1. 2 Warna larutan (ICUMSA) IU 81 – 200 201 - 300
2. Berat jenis butir mm 0,8 – 1,2 0,8 – 1,2
3. Susut pengeringan (b/b) % Maks. 0,1 Maks. 0,1
4. Polarisasi ( °Z 20°C) ”Z” Min. 99,6 Min. 99,5
5. Abu konduktiviti (b/b) % Maks 0,10 Maks 0, 15
6. Bahan tambahan pangan
6.1 Belerang dioksida (SO2) mg/kg Maks. 30 Maks. 30
7. Cemaran Logam
7.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2 Maks. 2
7.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 2 Maks. 2
7.3 Arsen (As) mg/kg Maks. 1 Maks. 1
 Sesuai dengan SNI 19-0428-1998
 Setiap partai barang maksimum 50 ton diambil contohnya secara
acak sebanyak 30 % dari jumlah karung.
 Masing-masing karung diambil contohnya ± 150 g dari bagian atas,
tengah dan bawah karung.
 Contoh-contoh tersebut dicampur sehingga merata dan kemudian
dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal.
 Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 3
x 1 kg.
 Contoh kemudian dimasukkan ke dalam kantung plastik putih
transparan baru berukuran 30 cm x 20 cm x 0,03 cm, dan bersih,
 kemudian disegel dan diberi label di tempat pengambilan contoh.
 Setelah itu, semua karung yang diambil contoh diberi segel.
 Persiapan contoh  sesuai SNI 01-2891-1992
 Penentuan warna kristal  Pengukuran refleksi yang dilakukan
pada 2 (dua) panjang gelombang 426 nm dan 620 nm, atau pada
panjang gelombang 495 nm dan 620 nm
 Penentuan warna larutan  Gula putih dilarutkan dalam
akuades hingga konsentrasi 50 %. Larutan disaring untuk
menghilangkan kekeruhan. Absorbansi larutan hasil saringan diukur
pada panjang gelombang 420 nm dan dihitung warna larutan
tersebut
 Penentuan Refractometric dry substance (RDS) 
pengukuran indek refraksi dapat digunakan untuk memperkirakan
penentuan kandungan zat kering larutan terutama sakarosa
 Penentuan besar jenis butir (BJB)  Sejumlah contoh
diletakkan pada bagian atas dari satu set ayakan, kemudian diayak,
akan terjadi pemisahan masing-masing ukuran fraksi. Timbang
setiap fraksi dan tentukan persentase bobot dari contoh
 Penentuan susut pengeringan  Metoda oven ( Pengurangan
bobot setelah dikeringkan pada suhu 105 °C selama 3 jam);
Metoda infra red drying (Pemanasan pada suhu 105 °C dengan
tekanan atmosfir ruangan dengan pendinginan setelah pemanasan)
 Penentuan polarisasi  analisis fisika yang terdiri dari 3 tahap
(Persiapan “larutan normal” dari contoh sebanyak 100 ml;
Pengukuran berat larutan untuk menghitung koreksi volume;
Pengukuran putaran optik contoh dibandingkan dengan putaran
optik larutan gula murni)
 Penentuan polarisasi  Amandemen 1
Perhitungan :
Kadar sakarosa (polarisasi,%) terkoreksi pada suhu 20 °C adalah
P20 dengan menggunakan metode :
1. Circular polarimeters

(PL-PR)Q20{1+0,000144(tp-20)}
P 20 = ------------------------------------------- {1+ c (tr-20}
(Qt – Po)

2. Quartz wedge instrumen


(PL-PR)Q20
P 20 = ----------------- {1+ c (tr-20) + 0,000144(tq-20)}
(Qt – Po)
 Keterangan :
PL : pembacaan polarimeter dari larutan gula dalam oZ
PR : pembacaan polarimeter dari tabung polarimeter kosong dalam oZ
Po : pembacaan polarimeter dalam oZ, polarimeter dalam keadaan
kosong
Q20 : nilai polarisasi (sertifikat) dari standar kwarsa penguji dalam oZ
Qt : pembacaan dari standar kwarsa penguji dalam oZ
tp : temperatur dari kuarsa penguji dalam oC
tr : suhu larutan dalam oC
tq : suhu kwarsa penguji pada waktu pengukuran larutan gula (suhu
kamar)
c : faktor tabung polarimeter :
c = 0,000467 jika tabung polarimeter dibuat dari gelas borosilika
c = 0,000462 jika tabung polarimeter dibuat dari gelas window
c = 0,000455 jika tabung polarimeter dibuat dari stainless steel

CATATAN : Jika polarimeter yang digunakan dalam satuan oS maka pembacaan


polarimeter yang dihasilkan harus dikonversikan ke dalam satuan “Z”
dengan mengalikan faktor 0,99971
 Penentuan kadar abu  Penentuan kadar abu
berdasarkan pengukuran konduktivitas spesifik larutan gula
(kadar 28 g/100 ml)
 Penentuan belerang dioksida  Gula dilarutkan dalam
air yang bebas sulfit dan zat-zat yang dapat mereduksi
iodium, kemudian larutan gula diasamkan untuk
membebaskan sulfite yang terikat. Sulfit bebas dititrasi
dengan Iod yang telah diketahui konsentrasinya
 Penentuan cemaran logam  Cara uji cemaran logam
sesuai dengan SNI 19-2896-1998
 Produk dikemas dengan wadah yang tertutup rapat, tidak
dipengaruhi atau mempengaruhi isi, tahan terhadap penyimpanan
dan pengangkutan serta diberi label

 Penandaan gula kristal putih sesuai dengan ketentuan tentang


label dan iklan pangan
 Penerapan Sistem Manajemen Mutu (ISO)
 Penerapan Jaminan Keamanan Pangan (based on HACCP)
 Pre-requisit HACCP  GAP, GMP
 GAP  Pemilihan bahan tanaman, persiapan areal
tanam, konservasi lahan, pengelolaan nutrisi
tanaman, pengendalian gulma, pengendalian OPT,
Panen
 GMP  Prasarana dan Sarana; Proses Produksi;
Penyimpanan; Keamanan dan Keselamatan Kerja
serta Pengelolaan Lingkungan; Kesehatan dan
Kebersihan Pekerja; Pengawasan, Pencatatan dan
Penelusuran Balik; Sertifikat; danPembinaan
Direktorat Mutu dan Standardisasi
Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Jl. Harsono RM no. 3, Ragunan
Gedung D Lantai 3

Anda mungkin juga menyukai