Teori Underfill Dan Overfill

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

Teori overfill dan underfill

Oleh:
Maya Ayu Elfrida/6130018049

Pembimbing: dr. Danny Irawan, Sp. PD

Departemen / SMF Ilmu Penyakit Dalam


Fakultas Kedokteran
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
2019
1
DEFINISI
Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum. Asites dapat disebabkan
oleh banyak penyakit. Istilah "asites" berasal dari istilah Yunani "Askos" yang berarti kantung.

Pada dasarnya penimbunan cairan di rongga peritoneum dapat terjadi melalui 2 mekanisme dasar yaitu
transudasi dan eksudasi:
– Asites eksudatif memiliki kandungan protein tinggi dan terjadi pada peradangan (biasanya
infektif, misalnya TB) atau proses keganasan

– Asites transudatif terjadi pada sirosis akibat hipertensi portal dan perubahan bersihan
(clearance) natrium ginjal. Konstriksi perikardium dan sindrom nefrotik juga bisa menyebabkan
asites transudatif.1

SMF ILMU PENYAKIT DALAM I 2


PATOFISIOLOGI
 Teori Underfill
Menurut teori underfilling asites dimulai dari volume cairan plasma yang
menurun akibat hipertensi porta dan hipoalbuminemia. Hipertensi porta akan
meningkatkan tekanan hidrostatik venosa ditambah hipoalbuminemia akan menyebabkan
transudasi, sehingga volume cairan intravaskular menurun, ginjal akan bereaksi dengan
melakukan reabsorpsi air dan garam melalui mekanisme neurohormonal. Sindrom
hepatorenal terjadi bila volume cairan intravaskular sangat menurun. Teori ini tidak sesuai
dengan hasil penelitian selanjutnya yang menunjukkan bahwa pada pasien sirosis hati
terjadi vasodilatasi perifer, vasodilatasi splanchnic bed, peningkatan volume cairan
intravaskular dan curah jantung

SMF ILMU PENYAKIT DALAM I 3


PATOFISIOLOGI
 Teori Underfill

SMF ILMU PENYAKIT DALAM I 4


PATOFISIOLOGI
Teori overfill

Teori overflow mengatakan bahwa asites dimulai dari ekspansi cairan plasma
akibat reabsorpsi air oleh ginjal. Gangguan fungsi itu terjadi akibat peningkatan aktivitas
hormon anti-diuretik (ADH) dan penurunan aktivitas hormon natriuretik karena penurunan
fungsi hati. Teori overfilling tidak dapat menerangkan kelanjutan asites menjadi sindrom
hepatorenal.

SMF ILMU PENYAKIT DALAM I 5


PATOFISIOLOGI
Meskipun manifestasi asites sudah dapat dikenali dengan baik, patogenesis asites tetap tidak
sepenuhnya dipahami dan masih terus berkembang.

SMF ILMU PENYAKIT DALAM I 6


PATOFISIOLOGI
 Teori Overfill

SMF ILMU PENYAKIT DALAM I 7


 Penggunaan Diuretik pada ascites
ANTAGONIS ALDOSTERON
antagonis aldosteron adalah spironolakton dan bersaing dengan reseptor
tubularnya yang terletak di nefron sehingga mengakibatkan retensi kalium dan
peningkatan ekskresi air serta natrium. Obat ini juga meningkatkan kerja tiazid dan
diuretik loop.

SMF ILMU PENYAKIT DALAM I 8


Mekanisme kerja
Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di tubulus renalis rektus untuk
menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan sekresi H+

Farmakokinetik
70% spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi enterohepatik dan
metabolisme lintas pertama. Metabolit utamanya kankrenon. Kankrenon mengalami
interkonversi enzimatik menjadi kakreonat yang tidak aktif.

SMF ILMU PENYAKIT DALAM I 9


Efek samping
Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia yang sering terjadi bila
obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini
dapat pula terjadi bila dosis yang biasa diberikan bersama dengan tiazid pada penderita
dengan gangguan fungsi ginjal yang berat.

SMF ILMU PENYAKIT DALAM I 10


Indikasi
Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi dan udem yang
refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi ekskresi
kalium, disamping memperbesar diuresis.

Sediaan dan dosis


Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg. Dosis dewasa berkisar antara
25-200mg, tetapi dosis efektif sehari rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau terbagi.
Terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara spironolakton 25 mg dan hidraoklortiazid 25mg,
serta antara spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg.

SMF ILMU PENYAKIT DALAM I 11


JAZZAKUMULLOH KHOIRON
KATSIR

SMF ILMU PENYAKIT DALAM I 12


 Penggunaan Diuretik pada ascites

Loop diuretik
Diuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida, dan kalium
pada segmen tebal ujung asenden ansa Henle (nefron) melalui inhibisi pembawa klorida.

SMF ILMU PENYAKIT DALAM I 13


• Farmakokinetik
Ketiga obat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak berbeda-beda.
Bioavaibilitas furosemid 65 % sedangkan bumetanid hamper 100%. Diuretic kuat terikat pada
protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat sekali
disekresi melalui system transport asam organic di tubuli proksimal. Kira-kira 2/3 dari asam
etakrinat yang diberikan secara IV diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh dan dalam
konjugasi dengan senyawa sulfhidril terutama sistein dan N-asetil sistein. Sebagian lagi
diekskresi melalui hati.sebagian besar furosemid diekskresi dengan cara yang sama, hanya
sebagian kecil dalam bentuk glukuronid. Kira-kira 50% bumetanid diekskresi dalam bentuk
asal, selebihnya sebagai metabolit.

SMF ILMU PENYAKIT DALAM I 14


Efek samping
Efek samping asam etakrinat dan furosemid dapat dibedakan atas :
1. Reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang sering
terjadi.
2. Efek samping yang tidak berhubungan dengan kerja utamanya jarang terjadi.
Gangguan saluran cerna lebih sering terjadi dengan asam etakrinat daripada furosemid.

SMF ILMU PENYAKIT DALAM I 15

Anda mungkin juga menyukai