PPT Inisiasi 3
PPT Inisiasi 3
PPT Inisiasi 3
2
x
0 4
C. UNSUR-UNSUR FUNGSI
Fungsi terbentuk dari beberapa unsur yaitu: (1) Variabel; (2) Konstanta; dan (3) Koefisien.
Variabel dan koefisien selalu ada dalam sebuah fungsi. Namun tidak demikian halnya dengan
konstanta, suatu fungsi mungkin mengandung konstanta dan mungkin juga tidak.
Variabel Unsur fungsi yang mewakili faktor atau konsep tertentu yang besaran atau nilainya
berubah-ubah untuk suatu persoalan. Variabel umumnya disimbolkan dengan huruf latin,
misalnya: konsumsi (C); pendapatan nasional (Y); Investasi (I); harga (P), dan sebagainya.
Variabel fungsi dibedakan atas:
Variabel bebas Variabel yang nilainya tidak bergantung pada variabel lain, tetapi justeru
akan menentukan nilai variabel lainnya (disebut juga variabel independen atau variabel penjelas).
Variabel terikat Variabel yang nilainya bergantung/ditentukan oleh nilai variabel lain
(disebut juga variabel dependen atau variabel terikat).
Koefisien Merupakan bilangan atau angka yang terkait dengan satu variabel tertentu dan
terletak didepan variabel tersebut didalam fungsi.
Konstanta Merupakan bilangan atau angka yang nilai atau besarannya tetap yang terkadang
turut membentuk suatu fungsi tetapi berdiri sendiri atau tidak terkait dengan salah satu variabel
tertentu.
Contoh Fungsi:
Y = 5 + 0.5X
Y = 50 + 0,25X + 0,75Z
Y pada dua contoh fungsi tersebut merupakan variabel terikat yang nilainya ditentukan oleh
nilai variabel lain. Untuk fungsi pertama nilai Y hanya dipengaruhi oleh perubahan variabel X.
Nilai 5 pada fungsi tersebut adalah konstanta dan 0,5 disebut koefisien dari variabel X.
Pada fungsi kedua nilai Y dipengaruhi secara bersama oleh perubahan nilai X dan Z. Nilai 50
pada fungsi tersebut adalah konstanta, sedangkan 0,25 dan 0,75 adalah koefisien untuk
variabel X dan variabel Z.
A. FUNGSI LINIER: PENGERTIAN DAN BENTUK
Fungsi Linear Bagian dari fungsi polinom yang khusus (polinom = mengandung banyak
suku) dimana pangkat tertinggi dari variabelnya adalah berpangkat/berderajat satu sehingga
disebut juga fungsi berderajat satu.
Fungsi linier disebut juga dengan fungsi garis lurus sebab jika masing-masing pasangan nilai x
dan y dihubungkan dengan sebuah garis, maka grafik/kurvanya akan membentuk sebuah garis
lurus. Kemiringan kurva (gradien atau slope) fungsi linier ditentukan oleh nilai mutlak
koefisiennya.
Bentuk umum fungsi linier antara dua variabel dinyatakan sebagai berikut:
y = ax + b atau f(x) = ax + b
Contoh: y = 12x + 10
y = 0.5x – 5
Bentuk umum fungsi linier antara tiga variabel dinyatakan sebagai berikut:
y = ax + bz + c atau y (x, z) = ax + bz + c
Contoh: y = 2x + 3z + 5
y = -4x + 3z + 5
B. GAMBAR FUNGSI LINIER
Bentuk kurva fungsi linier dengan dua variabel misal x dan y dapat digambarkan sebagai berikut:
y y
y = a + bx
y = a - bx
x x
Kurva Linier Positif Kurva Linier Negatif
Gambar pertama adalah kurva linier dengan kemiringan kurva positif, semakin besar nilai x
(domain) maka semakin besar nilai y (kodomain). Sedang gambar kedua merupakan kurva linier
dengan kemiringan kurva negatif, artinya semakin besar domain maka akan semakin kecil nilai
tujuan / kodomain.
C. KECURAMAN GARIS (GRADIEN) FUNGSI LINIER
Arah fungsi linier ditunjukkan oleh kemiringan atau curam garis (gradien). Kemiringan kurva
(gradien) merupakan rasio antara perubahan variabel terikat (∆y) dibagi dengan perubahan
variabel bebas (∆x). Jika kemiringan (gradien) disimbolkan dengan m, maka kemiringan tersebut
dapat dinyatakan sebagai:
Misalkan dari fungsi linier berikut: y = f(x) = 2 + 2x, maka kemiringan kurva atau gradienya
adalah 2. Artinya, untuk setiap perubahan nilai x sebesar 1 satuan, maka nilai x akan naik
sebesar 2 satuan.
D. MEMBENTUK FUNGSI LINIER
Metode Dua Titik (Dwi Koordinat)
Dari dua titik dapat dibentuk persamaan linier yang memenuhi kedua titik tersebut. Jika diketahui
dua buah titik A dan B dengan koordinat A = (x1, y1) dan B = (x2 ,y2), persamaan linier dapat
ditentukan dengan salah satu umus berikut:
atau
Misalkan dari titik A (2, 3) dan titik B (6, 5) dapat ditentukan persamaan liniernya sebagai
berikut:
y – 3 = (5 – 3 / 6 – 2) (x – 2)
y – 3 = (2 / 4) (x – 2)
y – 3 = 0.5(x – 2)
y = 0.5x – 1 + 3
y = 0.5x + 2
Metode Titik – Curam ( Koordinat – Gradien)
Dari sebuah titik dan curam (gradien) dapat dibentuk persamaan linier yang memenuhi titik dan
curam tersebut. Jika diketahui titik A dengan koordinat (x1, y1) dan curam garis adalah m, maka
persamaan linier dapat ditentukan dengan rumus:
Jika A adalah sebuah titik dengan koordinat (2,3) dengan curam garis (gradien) adalah 0,5. Maka
persamaan liniernya adalah :
y – y1 = m(x – x1)
y – 3 = 0.5(x – 2)
y – 3 = 0.5x – 1
y = 0.5x – 1 + 3
y = 0.5x + 2
Metode Dua Penggal Garis
Fungsi linier dapat juga ditentukan jika diketahui penggal garis pada masing-masing sumbu yaitu
penggal pada sumbu vertikal (ketika x = 0), serta penggal sumbu horisontal (ketika y = 0). Jika a
dan c masing-masing adalah penggal sumbu vertikal dan horizontal dari garis lurus, maka
persamaan garis lurusnya adalah:
Misalkan jika penggal garis pada sumbu vertikal (sumbu y) adalah 3, dan penggal garis pada
sumbu horisontal (sumbu x) adalah 4, maka fungsi liniernya adalah:
y = a – (a/c)x
y = 3 – (3/4)x
y = 3 – 0,75x
E. HUBUNGAN DUA FUNGSI LINIER/GARIS LURUS
Jika dua fungsi linier digambarkan dalam satu bidang yang sama, hubungan yang terjadi
diantara kedua fungsi linier tersebut dapat berupa: (a) Saling berimpitan; (b) Sejajar; (c)
Berpotongan tegak lurus; (d) Berpotongan sembarang.
Misalkan dimiliki dua buah persamaan linier sebagai berikut:
y1 = a + bx
y2 = c + dx
Secara grafik, jika digambarlan dalam satu bidang yang sama kedua fungsi linier akan
menunjukkan hubungan sebagai berikut:
Jika a = c, dan b = d (kedua kurva saling berimpit).
Jika b = d, dan a c (kedua kurva akan sejajar).
Jika b d, dan a c (kedua kurva akan berpotongan sembarang).
Jika curam garis fungsi yang satu (b) merupakan kebalikan negatif dari curam garis fungsi
lainnya (d) atau b x d = 1 (kedua kurva akan berpotongan tegak lurus)
F. TITIK POTONG FUNGSI LINIER
Titik perpotongan dua fungsi linier dapat ditentukan dengan salah satu metode berikut: (1)
Dengan metode eliminasi; (2) Dengan metode subtitusi; dan (3) Dengan metode determinan.
Menentukan Titik Potong Dengan Eliminasi
Metode eliminasi adalah metode untuk mendapatkan nilai pengganti suatu variabel dengan cara
menghilangkan atau mengeliminasi variabel yang lain. Misalnya untuk mencari nilai x dilakukan
dengan menghilangkan variabel y, dan sebaliknya.
Contoh: Tentukanlah titik perpotongan (nilai x dan y) dari dua persamaan linier berikut: 2x + y =
6 dan x – y = -3
Misalkan disini kita melakuan perhitungan dengan melakukan eliminasi terhadap nilai y, maka
persamaan pertama dikalikan dengan 1 dan persamaan kedua dikalikan dengan 2 maka:
• 2x + y = 6 (x 1) ===> 2x + y = 6
• x – y = -3 (x 2) ===> 2x – 2y = -6
Selanjutnya dengan mengurangkan kedua persamaan baru yang dihasilkan tersebut diperoleh:
2x + y = 6
2x – 2y = -6
3y = 12
y=4
Nilai x dapat ditentukan dengan memasukkan nilai y ke salah satu persamaan, sehingga :
2x + 4 = 6
2x = 6 – 4
2x = 2
x=1
Jadi titik potong fungsi 2x + y = 6 dan x – y = -3 adalah x = 1 dan y = 4
Menentukan Titik Potong Dengan Subtitusi
Dengan metode subtitusi titik perpotongan kedua fungsi dilakukan dengan menyelesaikan
terlebih dahulu salah satu persamaan untuk salah satu bilangan kemudian mensubtitusikan
nilainya kepersamaan yang lainnya. Misalkan terlebih dahulu diselesaikan persamaan kedua
sebagai berikut:
x – y = -3 ===> x = y – 3
Selanjutnya persamaan di atas disubtitusikan ke persamaan kedua sehingga:
2x + y = 6 ===> 2(y – 3) + y = 6
2y – 6 + y = 6
3y = 6 + 6
y = 12 / 3 = 4
Dengan memasukkan nilai y ke salah satu persamaan maka:
2x + y = 6 ===> 2x + 4 = 6
2x = 6 – 4
2x = 2
x=1
Menentukan Titik Potong Dengan Determinan Matriks
Titik potong persamaan ditentukan dengan cara membagi nilai subdeterminan dari matrik
terhadap determinan utama matriks. Misalkan terdapat dua persamaan linier sebagai berikut:
ax + by = c
dx + ey = f
Dalam bentuk matriks persamaan tersebut ditulis:
a b c
=
d e f
a c
d f Dy = (af) – (dc)
Contoh: Titik potong fungsi linier 2x + y = 6 dan x – y = -3 dapat dihitung dengan metode
determinan sebagai berikut:
2 1 6
=
1 -1 -3
D = (2.-1) – (1.1) = -3
Dx = (6.-1) – (-3.1) = -3
Dy = (2.-3) – (1.6) = -12
Maka diperoleh:
x = Dx / D = -3 / -3 = 1
y = Dy / D = -12 / -3 = 4
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
Referensi:
Widayat, Wahyu. (2017). Matematika Ekonomi: Buku Materi Pokok. Edisi 1. Cet. 13. Tangerang
Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.
Dumairy. (2012). Matematika Terapan Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 2. Cet. 5. Yogjakarta:
BPFE-Yogyakarta.
Widodo, Tri. (2005). Matematika Ekonomi dan Bisnis. Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.