Elda Lanjut 12

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 135

RANGKAIAN Rangkaian penyalaan konverter penyearah (rectifier)

dan inverter menggunakan rangakaian RC

Rangkaian osilator adalah


suatu rangkaian yang dimanfaatkan untuk rangkaian pengaturan.
Pada umumnya dipergunakan sebagai pembangkit pulsa/ pulsa
clock, untuk mentrigger peralatan Transistor, Mosfet, SCR dan
Thyristor .
Ada 3 jenis rangkian pulsa:
1. Rangkaian bistabil
2. Rangkaian monostabil
3. Rangkaian astabil
Jenis yang banyak digunakan pada rangkaian pengaturan adalah
rangkaian astabil. Dibawah ini diberikan beberapa contoh
rangkaian pembangkit pulsa dengan menggunakan komponen-
komponen transistor, UJT, dan Thyristor.
Rangkaian Astabil dengan Transistor
Vcc

R1 R2 R3 R4
C1 C2

C1 C2

B1 B2
Vce1 Vce2
Vbe1 Vbe2
E1 E2

Gambar 1. Multivibrator Astabil


• Dari gambar 1. diatas, transistor Tr1 dan TR2 bekerja
sebagai switching transistor. Transistor-transistor tersebut
selalu bekerja pada daerah jenuh dan cut off. Selain itu
kerja switching Tr1 dan Tr2 On atau OFF selalu bergantian.
• Jika dianggap Tr2 ON dan Tr1 OFF, maka terjadi pengisian
muatan pada kapasitor 2 (C2) dan pada kapasitor 1 (C1)
terjadi kegiatan pembuangan muatannya.
• Aliran arus pengisian dan pembuangan pada C2 dan C1
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
R3 C2 R1

C1
Vbe1 Vce2
Vcc
Vcc
R2 Vbe2
T2=(R2+R1)C1
T1=R3C2

Gambar 2a. Gambar 2b.

• Pada gambar 2.a suatu kondisi Transistor 2 (Tr2 ON), sehingga terjadi arus
pengisian yang mengalir melalui Vcc R3 C2 Vce2. Waktu pengisian
kapsitor T1=R3.C2. Disini tegangan Vbe1 akan mengikuti perubahan
tegangan yang terjadi pada kapasitor C2 (Vc2), dimana tegangan Vc2 akan
menuju Vcc dan tegangan Vbe1 akan menuju tegangan konduksinya pada
Transistor 1 (Tr1).
• Pada gambar 2.b, menunjukan rangkaian proses discharge, terjadinya
arus pembuangan melalui C1  R2 R1, sampai muatan pada C1
berangsur kosong yang mengakibatkan transistor 2 (Tr2 OFF). Dengan
waktu pengosongan muatan T3=C1(R1+R2). Disini tegangan Vbe2 akan
tetap pada posisi Tr2 saturasi (Vbe2 = 0,6 Volt).
R2 C1 R3

C2
Vbe2 Vce1
Vcc
Vcc
R4 Vbe1
T3 =(R3+R4)C2
T4=R2C1

Gambar 3a. Gambar 3b.

• Pada Gbr 3a.suatu kondisi transistor 1 (Tr1 ON), sehingga terjadinya proses
pengisian muatan pada kapasitor dari Vcc(+) R2 C1 Vcc(-), dan waktu
pengisiannya T2=R2C1. Jadi pada saat tegangan C2 munuju + Vcc, tegangan Vbe1 akan
menuju tegangan konduksinya, sehingga dengan demikian terjadi konduksi pada
Tr2.
• Pada gbr 3b. Menunjukkan rangkaian proses pengosongan dari tegangan C2 
R3R4 C2, sampai Tr2 turn off, serta tegangan pada kapasitor C1 dn konduksinya
TR1, akan menyebabkan tegangan Vbe2 jatuh ke –Vcc dan ini akan menyebabkan TR2
OFF. Waktu yang dibutuhkan untuk discharge T4=(R3+R4)C2.
• Dengan terjadinya perubahan-perubahan pada TR1 dan TR2 ini, akan terjadi
perubahan pengisian dan pembuangan pada C1 dan C2 dimana sekarang C1 akan
melakukan pengisian terlihat pada gambar 3a dan C2 akan terjadi pengosongan
muatan terlihat pada gambar 3.b.
Proses pengisian dan pengosongan C2 dan C1 ini adalah sama seperti dijelaskan diatas, yang
akhirnya TR1 OFF dan TR2 ON dan seterusnya dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini:

Vcc
T1 T3
Vce2
t

Vcc
T2
Vce1 T4
t

Vbe2
T4
-Vcc

Vbe1
T1
-Vcc

Vcc

Vce2 t

Vcc

Vce1 t

Gambar 4. Bentuk Gelombang keluaran pada osilatorAstabil


Contoh soal

• Jika diketahui R1= R4 = 1k , R2=R3= 4k , dan C1= C2= 0,1mF.


• Tentukan waktu charge T1 jika transistor dua ( Tr2) ON, dan waktu discharge T3.
• Tentukan waktu charge T2 jika transistor satu (Tr1) ON, dan waktu discharge T4.
• Penyelesaian
• Waktu Pengisian pada kapasitor C2 adalah T1= R3.C2 = (4.103)x(0,1x10-6) detik = 0,4x10-
3detik atau 0,4 mili detik

• Waktu Pengosongan pada kapasitor C1 adalah T3 = C1(R1+R2) = (0,1x10-6)x(1x103+4x103) =


0,5 mili detik
• Waktu Pengisian pada kapasitor C1 adalah T2 = R2C1 = (4.103)x(0,1x10-6) detik = 0,4x10-
3detik atau 0,4 mili detik

• Waktu Pengosongan pada kapasitor C2 adalah T4 = (R3+R4)C2 = (0,1x10-6)x(4x103+1x103) =


0,5 mili detik
Rangkaian Pulsa Astabil Dr IC 555

Vcc Vcc
pin3
Ra 8 4
7 2 vcc
3
Rb 555
6 3 1 vcc pin2
3
c 2
0
o
Waktu
Gambar 5. Rangkaian dan Bentuk Gelombang pada terminal pin 2 dan pin 3
Diagram Blok dari IC 555

Vcc pin8

R
Tegangan
Treshold kontrol
pin 6 pin5
R

Triger
Cmpr R pin 2
Cmpr
0V

Reset
pin 4 R S Memory Discharge
Flip Flop
pin 7
Output
Q Q
Stage

Output 0V
pin3 pin1

Gambar 6. Rangkaian IC 555 Secara Detail


555 Timer Astable Multivibrator
Astable Multivibrator Relationships

1.44
f0 
( R A  2 RB )C1
R A  RB
duty cycle   100
R A  2 RB
PW  0.693( R A  RB )C1
Astable Multivibrator Waveforms
Penentuan Frekuensi Pada Oscillator Astabil

• Dalam penentuan frekuensi keluaran dari oscillator dapat


di gunakan rumus di bawah ini
• Tcharge= 0,693 (Ra+Rb)C
• Tdischarge = 0,693 .Rb.C
• T =Tcharge+Tdischarge
• T = 0,693 (Ra+Rb)C+ 0,693 .Rb.C
• T = 0,693 (Ra+2Rb)C
• f = 1/T
• maka f = 1,44/(Ra+2Rb)C
Pemanfaatan Rangkaian Astabil Sebagai
Pulsa Penyalaan Pada penyearah ½ Gelombang Penuh

vin(t)= Vm Sint Vdc


t
vin(t)= Vm Sint t

t Vdc t

SCR Vdc R

SCR Vdc R

Vcc Sinyal Penyalaan


R1
R4
8 4 R3
Ra 7 R2
Vcc 3 TR2
Rb 555 TR1
6

2 1 5
c
c
o
R1 R2 R3 R4
C1 C2

C1 C2

B1 B2
ce1 Vce2
Vbe1 Vbe2
E1 E2

Gambar 7. Aplikasi Rangkaian Penyalaan Penyearah Gambar 8. Aplikasi Rangkaian Penyalaan Penyearah
Setengah Gelombang Menggunakan
Setengah Gelombang Menggunakan
Rangkaian Astabil TTL
Rangkaian Astabil IC 555
Pemanfaatan Rangkaian Astabil Sebagai
Pulsa Penyalaan Pada penyearah Gelombang Penuh
vin(t)= Vm Sint
t Vdc t
vin(t)= Vm Sint Vdc
t t

CT SCR1 Vdc R
SCR2 SCR1
Vdc R
SCR2

Vcc

Vcc Sinyal Penyalaan


R1 R5
R1 R2 R3 R4
C1 C2 8 4 TR3
Ra 7 R4
3 R3
C1 Rb 555 R2
C2 TR2
6
B1 B2
TR1
Vce1 Vce2 c 2 1 5
c
o
Vbe1 Vbe2
E1 E2

Gambar 9 Aplikasi Astabil Menggunkan TTL Gambar 10 Aplikasi Astabil Menggunakan IC 555
Sebagai Pulsa Penyalaan Rangkaian Sebagai Pulsa Penyalaan Rangkaian
Penyearah Terkendali Gelombang Penuh Penyearah Terkendali Gelombang Penuh
Aplikasi Rangkaian Kendali Astabil Dari IC
555 Untuk mengendalikan Inverter Satu Fasa

L
Vdc
Vcc
R5
L
R1

8 4 TR3
Ra 7 R4
Sinyal Penyalaan C
3 R3
Rb 555 R2
6 TR2
TR1
c 2 1 5
Transformator
c
o

Gambar 11. Aplikasi Rangkaian Multivibrator Astabil Sebagai Rangkaian Penyalaan inverter Satu Fasa
UJIAN TENGAH SEMESTER – ELEKTRONIKA DAYA
SEMESTER GENAP 2010/2011

L
Vdc
Vcc
R5
L
R1

8 4 TR3
Ra 7 R4
Sinyal Penyalaan C
3 R3
Rb 555 R2
6 TR2
TR1
c 2 1 5
Transformator
c
o

Gambar diatas adalah Aplikasi Rangkaian Multivibrator Astabil Sebagai Rangkaian


Penyalaan inverter Satu Fasa
1. Dari gambar diatas buatlah gambar sinyal input, gambar sinyal penyelaan, gambar
sinyal keluaran inverter
2. Tentukan nilai filter L C agar keluaran inverter menjadi gelombang sinuspidal, jika
diizinkan faktor riak 0,5 % dan inverter dibebani oleh beban R=2 ohm dan L=50 mH
RANGKAIAN MONOSTABIL DENGAN TRANSISTOR

• Setiap satu pulsa triger positif aka


menghasilkan keluaran pulsa da
Vcc rendah ke tinggi dan kembali ke renda
lagi setelah pengaruh triger hilang. H
RL1 R3 RL2
ini menyebabkan mulivibrato
R1
C2
monostabil disebut dengan one shoot
C2

B1 B2
Vce2
• Monostabil berguna untuk membentu
Vce1
C1 Vbe1 Vbe2 kembali pulsa-pulsa yang rusak/caca
E1 E2 pembangkit sinyal pengendali gerban
R2 RE menunda waktu dll.
Rangkaian Osilator Monostabil dari IC 555

+Vcc
4 6
Triger
Input 2
555 7

Output 3 6

Gambar 2a. 1
0V

Triger
input

2/3 Vcc

Pin 6,7

T
output
T=1.1Rc

Gambar 7. Rangkaian ICC 555 Stabil dan Bentuk Gelombangn Pada pin 6, dan 7
555 Timer One-Shot Waveforms

PW  1.1RC
Intermittent One-Shot Operation
• A valid input trigger fulfills one of these relationships:
VT  1
3 VCC
VT  1
2 Vcon
• Invalid input signals may result in intermittent operation.
KONSTRUKSI DARI IC 555

Vcc pin8

R
Tegangan
Treshold kontrol
pin6 pin5
R
Cmpr
Triger
R pin 2
Cmpr

0V

Reset
pin4 Memory
Flip Flop Discharge
pin7

Output
Stage

Output 0V
pin3 pin1
Oscilator Bistabil
S G1 Q

R Q

G2
Gambar 8. Rangkaian Osilator Bistabil
Rangkaian Oscilator Bistabil

Vcc

R1 R2

Q
C1
C2
R4
R3
B1 B2
Vce1 Vce2

Vbe1 Vbe2
E1 E2

RS RR

Set Reset Q

Gambar 9.Rangkaian Osilator Bistabil Secara Rinci


Gelombang Sinkronisasi 3 Fasa

AC

AC

AC

Detektor fasa c
Detektor fasa b
Detektor fasa a

100k 100k 100k


Rf1 Rf3 Rf4
D3 Rf11
D1 Rf5 Cf1
vcc vcc Rf10
Rf2 D2 Rf7 Rf9 Rf9
Rf6 Rf8
Penyearah aktif
Rf1 Rf3 Rf4
D3 Rf11
D1 Rf5 Cf1
vcc vcc Rf10
Rf2 D2 Rf7 Rf9 Rf9
Rf6 Rf8

Penyearah aktif
Rf1 Rf3 Rf4
D3 Rf11
D1 Rf5 Cf1
vcc vcc Rf10
Rf2 D2 Rf7 Rf9 Rf9
Rf6 Rf8

Penyearah aktif Vm
RANGKAIAN SENSOR ARUS DAN TEGANGAN BOLAK BALIK

Ra
Ra Rf1 Rf3 Rf4
D1 Rf1 Rf3 Rf4
220 Vac 5 Vac
50 Hz Rb D1
50 Hz

CT
D2 Rf5 C
D2 Rf5 C
PT Rf2
Rf2
AC
AC

Gambar 13. Rangkaian Sensor Tegangan Gambar 14. Rangkaian Sensor Arus Bolak
Bolak Balik Balik
Prinsip Kerja Filter Aktif dan Integrator

Rf1 Rf3 Rf4


D3 Rf11
D Rf5 Cf1
vcc vcc Rf10
Rf2 D2 Rf7 Rf9 Rf9
Rf6 Rf8

Input inverting Integrator


Penyearah aktif
Sinyal trigger transistor

Sinyal output Integrator

Gambar 15. Rangkaian Filter Aktif dan Integrator


Menentukan nilai kapasitansi filter Penyearah

• Faktor Riak penyearah gelombang penuh satu fasa dapat diperoleh dari bentuk
faktor riak
Vac 1
RF  
Vdc 2 4 fRC  1

• Sehingga dengan f=60 Hz, R=5k,dan RF=1%, maka nilai kapasitansi C dapat
diperoleh sbb
1  1  1  1 
C 1   1    59,759mF
4 fR  2 RF  4  60  5.000  2  0,01 
• Maka dipilih C=59,759mF/10Volt dan resistansi R=5K/5mW
TUGAS ELEKTRONIKA DAYA II
SEMESTER GENAP 2010/2011

• Faktor Riak penyearah gelombang penuh satu fasa dapat diperoleh


dari bentuk faktor riak
Vac 1
RF  
Vdc 2 4 fRC  1

• Jika sinyal masukan dengan f= 50 Hz, R=10kΩ,dan faktor riak (RF)


=1,5%.
• Tentukan nilai kapasitansi kapasitor C yang diperlukan untuk
menghilangkan riak keluaran penyearah satu fasa gelombang
penuh tersebut
Gelombang Output Komparator dan One Shot
Sinyal Pembawa
Sinyal kontrol
a1
Output
a2 Komparator

a3

a
Output
One shot

pa

Gambar Gelombang Keluaran Komparator dan One Shot


Semikonduktor Terkendali Uni Junction Transistor

• Unijunction Transistor atau UJT adalah sejenis transistor dengan


dua kondisi stabil, yaitu ON dan OFF.
• Arus utama pada UJT mengalir dari emitor ke base-1, sebagai
ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
• Antara kedua terminal ini, emitor-base-1, dalam keadaan normal
adalah open, tetapi dapat mendekati short, jika tegangan emitor-
base-1 mencapai harga kritis
• Nilai tegangan kritis ini ditentukan oleh suatu faktor “ intrinsic
standoff ratio”, (h), terhadap tegangan base-2-base-1.Besar dari h
ini adalah antara 0,55 dan 0,85, dan memberikan hubungan:
VE-B1(Critis) = hVB2-B1 +VD
Rangkaian UJT Untuk Osilator
Vcc
10 V

100k 470ohm
E
B2
0,1mF
B1

10ohm

Gambar 10.Rangkaian Pembangkit Osilator Dari UJT


• Uni junction Transistor (UJT) adalah sejenis transistor dengan dua kondisi stabil,
yaitu ON dan OFF. Arus utama pada UJT mengalir dari emiter ke base_1. Antara
ke dua terminal ini, emitor-base_1 dalam keadaan normal adalah OPEN. Tetapi
dapat mendekati SHORT jika tegangan emitor-base_1 mencapai harga kritis.
• Nilai tegangan kritis ditentukan oleh suatu faktor Intrisic stand off ratio (h)
terhadap tegangan base_2 - base _1. Besaran dari h adalah berkisar antara 0,85
dan 0,55, dan memberikan hubungan

VE  B1critis  hVB 2  B1  VD
• Dimana VD adalah teganga jatuh pada dioda yang besarnya sekitar 0,6 Volt
• Aplikasi utama daripada UJT adalah untuk osilator, sebagai ditunjukkan pada
gambar dibawah ini, yaitu RC-osilator. Osilator dengan UJT sangat mudah
dibuat, frekuensinya juga sangat stabil. Hanya saja bentuk sinyal tidak sinus.
• Adapun operasi dari osilator UJT dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Melalui RT muatan diisikan ke dalam CT dari VCC, dengan kecepatan yang
ditetapkan oleh konstanta waktu RTCT. Pada saat ini antara E-B1 adalah off. Dan
pada saat ini pula tegangan pada B1 mendekati nol, sedangkan tegangan pada B2
mendekati VCC.
2. Jika pengisian muatan oleh RT kepada CT, mencapai tegangan level kritis VE-B1,
maka UJT ON. Arus dari CT mengalir terbuang melalui R1 dengan cepat. Hal
ini menyebabkan tegangan pada B2 turun dan tegangan B1 naik, yang tinggi
keduanya tergantung pada R2 dan R1.
3. Pada saat muatan CT hampir habis, UJT akan OFF kembali. Dan proses pada
tahap 1 diatas terulang lagi
• Out put osilator dapat diambil dari B2, B1 maupun dari E. R1 pada osilator UJT
dapat tidak dipasang, jika output pada B1 tidak dikehendaki. Sebaliknya R2
tetap diperlukan untuk menghindari pembebanan yang terlalu tinggi pada UJT.
R2 selanjutnya dapat dihitung dari persamaan:
– R2 = 0,7VBB/VCC +(1-h)R1/h.
• Dimana VBB adalah Tegangan antara B2 dan B1. dan faktor Intrisic stand off ratio
(h) adalah;
VB1
h
VB1  VB 2
• Faktor Intrisic stand off ratio (h) dapat juga diperoleh dari persamaan
V pk  VD
h
VBB
• Dimana Vpk adalah tegangan “firing voltage”. Arus yang diperlukan untuk ini
Ipk. Arus ini besarnya sekitar 10mA.
• Didalam prakteknya untuk osilator RT dapat dihitung dari persamaan :

VCC  V pk
RT max  
I pk
• dan
VCC  Va1
RT min  
I a1
• Dimana Va1 dan Ia1 adalah tegangan dan arus minimum pada kurva
karakteristik UJT
Bentuk Gelombang Pada masing-masing Terminal Pada UJT
Gelombang Pada Terminal E
7V
t

Gelombang Pada Terminal B2


9V

Gelombang Pada Terminal B1


4V t

Gambar 11. Bentuk Gelombang Pada terminal E, B2 dan B1


DISAIN PENYALAAN MENGGUNAKAN UJT

• Ada dua metode pengendali an sudut delay pada rangkaian pengendali phasa.
• Metode pulsa penyalaan tunggal, sinkronisasi pembangkit pulsa pertama dapat
ditempatkan pada posisi khusus terhadap tegangan input ac nol.
• Metoda Pulsa penyalaan train, bentuk gelombang sinkronisasi dapat ditunda
sampai lokasi dan gate AND dengan bentuk tegangan square.
• Penyalaan sudut tunda pada rangkian konverter dapat dikendalikan dengan
mengendalikan dengan nilai tahanan (R) secara manual .
• Pada kendali secara manual kapasitor (C ) dicharging ke nilai tegangan puncak
Vp dengan lambat, jika nilai tahanan tinggi. Dengan nilai Vp yang sama
kapasitor dicharging mencapi Vp puncak secara cepat bila nilai tahanan R
rendah/kecil.
• Penyesuaian pulsa penyalaan train pertama dibangkitkan dapat cepat atau
lambat.
• Melaui pengendalian nilai efektif dari tahanan R efektif , sudut tunda dapat
dikendalikan.
• Bagaimanapun metode ini tak tepat untuk kontrol loop tertutup dimana sinyal
kendali adalah tegangan arus searah.
LANJUTAN PULSA PENYALAAN PADA UJT

• Pada metode kendali tegangan arus searah, kapasitor selalu dicharging pada
tegangan catu daya nol seperti pada kontrol manual, nilai R dan C adalah tetap.
• Kontrol tegangan dc pada kapasitor diperoleh dari mulai dititik kapasitor mulai
star charging.
• Tegangan kapasitor vc ditentukan dengan rumus;

vc  VBB 1  e  t / RC

• Bila to adalah waktu yang diperlukan untuk mencapi titik puncak tegangan Vp
(hVBB)
 
 1 
to  CR ln  
1 p
V 
 VBB 

• Atau sudut tunda menyabaikan dari tegangan bias DC
 
 1 
to  2pCR ln  
 1  Vp 
 VBB 

LANJUTAN PULSA PENYALAAN PADA UJT
• Jika waktu konstanta CR adalah lebih besar dibandingkan waktu to, dengan
menguunakan ekpansi ;

x 2 x3
e x  1  x    ...
2! 3!
 t
o
CR   to  to
V p  VBB 1  e   VBB 1  1  CR   VBB
    CR
• Sehingga waktu to adalah
V p .CR
to  det ik
VBB
• Jadi sudut tunda a= to adalah
V p .CR
a  2pf  radian
VBB
• Persamaan diatas digunakan untuk t0 < CR/10
LANJUTAN PULSA PENYALAAN PADA UJT
• Untuk penerapan to > CR/10 • Frekunsi osilator dari rangkaian UJT
• Maka sudut tunda untuk penyalaan adalah :
2pfCR
 V p  Vc  radian
1
a f 
VBB 2pRC

• LATIHAN

Vcc
• Tentukan Tegangan kritis
10 V Emiter_Base_1.
• Berapa sudut tunda penyalaan
100k 470ohm
E
B2
0,1mF
B1

10ohm
Aplikasi Penerapan Osilator UJT
Untuk pengendali DC Chopper

1,6mH
Vcc
12 V
10k Triger
27k 270 ohm 8 4 15k
Input
E 6 7 560ohm
B2 100mF 10k
0,001mF 555
0,001mF B1 2 6
1 5
10k

10 k

5,6 k 10 k
6,2 V
470 k 10 k
10 k

Gambar 12. Rangkaian Aplikasi Untuk DC Chopper menggunakan UJT dan Osilator Monostabil
MID SEMESTER
ELEKTRONIKA DAYA LANJUT
SEMESTER GENAP 2012/13 - HARI RABU 18 APRIL 2014
WAKTU : 10.00 – 11.40 WIB DOSEN PENGAMPU : SUWITNO, ST.MT
1. Suatu rangkaian penyalaan menggunakan UJT seperti ditunjukkan gambar
dibawah ini

• Jika dari data sheet UJT yang dipergunakan


tegangan puncaknya Vp = 22 volt, faktor intrinsic
stand off ratio =0,65
• Tentukan :
1. Tegangan krisis VE-B1
2. Tentukan berapa waktu puncak
3. Tentukan sudut tunda yang dihasilkan
2. Suatu rangkaian penyalaan ac to ac menggunakan rangkaian osilator RC dengan
nilai tahanan dapat diatur dari 500Ὼ -2.500 Ὼ, dan kapasitor 47 mFdimana
sumber catu daya acnya v(t) = 200 sin t.
• Tentukan sudut penyalaan minimum dan maksimumnya
PENGONTROLAN THYRISTOR AC DENGAN DIODA AC

• Tujuan:
• Dapat merangkaian dan mengevaluasi rangkaian pengontrolan/dioda ac
• Dapat menentukan daerah pengontrolan tegangan (maksimumdan minimum dari
sudut penyalaan)
• Dapat menerangkan cara kerja rangkaian

Vin(t) 2,2k Vbreak down


3,9k

0,1mF 0,047mF

Gambar 13. Rangkaian Pengeontrolan Thyristor AC Dengan Dioda AC


KONVERTER AC TO AC
Rangkaian dasar thyristor dan triac diperlihatkan pada gambar 10.46 dibawah ini
Sistem Penyalaan TRIAC

Gambar 2, Struktur, Karakteristik, Kontrol TRIAC

 Pada datasheet akan lebih detail diberikan besar parameter-parameter


seperti Vbo dan -Vbo, lalu IGT dan -IGT, Ih serta -Ih dan sebagainya.
 Vc = IGT(R)+Vbo+VGT
 Jika diketahui IGT dari TRIAC pada rangkaian di atas 10 mA dan VGT = 0.7
volt. Lalu diketahui juga yang digunakan adalah sebuah DIAC dengan Vbo
= 20 V, maka dapat dihitung TRIAC akan ON pada tegangan:
V = 10x10-3Ax10x103Ω+20V+0,7 = 120.7 V datasheet.
• Dengan mengkombinasikan Triac dan Diac dapat dibuat rangkaian-
rangkaian switching dengan daya tinggi, yang mana hanya
memerlukan daya kecil untuk mengoperasikannya.
• Karena sifatnya yang dapat konduksi pada dua arah, triac banyak
digunakan untuk rangkaian-rangkaian AC. Sedang untuk
pengontrolannya, dilakukan dengan memberikan pulsa-pulsa
trigger pada terminal gate untuk setiap setengah cycle dari sumber
arus bolak-baliknya.
• Pada rangkaian diatas digunakan 2 buah rangkaian penggeser fasa
(rangkaian RC) yang mana dihubungkan seri dengan Diac untuk
menghasilkan pulsa trigger pada terminal gate dari Triac.
• Rangkaian RC yang kedua mempunyai time constan yang lebih kecil
dari pada rangkaian RC yang pertama. Hal ini dimaksudkan untuk
memperkecil pengaruh yang diakibatkan dari hyterisis effect, yang
terjadi karena perubahan ( naik-turunnya) dari arus beban.
• Diac yang digunakan mempunyai tegangan breakdown
(Vbreakdown), agar Diac ini dapat menghantarkan arus/
konduksi jika tegangan masukan dari Diac telah
melampaui tegangan breakdownnya. Diac dapat ON
dengan sendirinya pada tegangan brekdown sekitar lebih
kurang 15Volt-50Volt.
• Karena alasan inilah, sudut penyalaan (a) tidak
memungkinkan untuk dikontrol mulai 00.Harga minimum
dari sudut penyalaan dapat ditentukan dengan formulasi :
 Z  VBO 
a  sin 1    90 0  

 Z c  Vm 

• Dengan :Vd adalah Tegangan Breakdown Diac


Vc adalah tegangan sesaat pada Kapasitor
• Diac yang digunakan mempunyai tegangan breakdown (Vbreakdown), agar Diac ini
dapat menghantarkan arus/ konduksi jika tegangan masukan dari Diac telah
melampaui tegangan breakdownnya. Diac dapat ON dengan sendirinya pada
tegangan brekdown sekitar lebih kurang 15Volt-50Volt.
• Karena alasan inilah, sudut penyalaan (a) tidak memungkinkan untuk dikontrol
mulai 00.
• Harga minimum dari sudut penyalaan dapat ditentukan dengan formulasi :
 Z  VBO 
a  sin 1    90 0  

 Z c  Vm 
• Dengan : VBO adalah Tegangan Breakdown Diac
Vm adalah tegangan maksimun catu daya
1 1
Z R R j  Z 
jC C
2
 1  1   1 
Z  R2    dan   tan   RC  
 C   

2
1  1  1
Zc   Z c   900 dan Zc    
jC  C  C
Vin • Formulasi untuk konverter ac to ac
Vm t satu fasa terkendali penuh

1/ 2
α V 1  sin 2a 
p a
Vg
t
V0 rms  m p    
2   2 
Vo
Vm • Sinyal input, penyelaan dan output
t • Tegangan out akan besar jika sudut
alfa semakin kecil
Io
Im

t

• Sinyal input, penyelaan dan output


Aplikasi Diac Untuk Penyalaan

Jika diketahui tegangan input dari Diac = 120 Volt, 60Hz, dengan tahanan R
= 250 k  dan reaktansi kapasitif (Xc) = 27 k 

170Vpk
R = 250k Vs
t

840
Vs = 170 Vpk
Xc = 27k Vc 18Vpk
t
Vc = 18 Vpk

Gambar 14. Diagram Phasor dan Bentuk Gelombang Tegangan Input dan tegangan kapasitor
Contoh Soal
• Suatu diac dengan tegangan break down 40Volt dimanfaatkan pada rangkaian gambar
diatas dengan tahanan variabel 1000 s/d 25000 ohm, C =470nF, dan tegangan supply 240
Volt 50 Hz. Berapa sudut penyalaan minimum dab maksimum yan dihasilkan diac
tersebut.
• Penyelesaian :
• Untuk tahanan R =1000 
• Impedansi pada kapasitor (Zc) =1/C =1/(2p.50.470x10-9)=6.773 ohm dan sudut = -900.
• Arus yang mengalir pada resistasi R dan C ketika diac tidak konduksi adalah
• id = 240x21/2.sin(t+)/Zd.
• Dimana Zd = (R2+(1/C)2)1/2, dan  = tan-1(1/RC).
• Dengan R = 1000 ohm , Zd = (1.0002+6.7732)1/2 = 6.846,42  = 6.846 .
•  = tan-1(1/2p50.1000.470x10-9) = 81,60.
• id =339,4 sin(t+81,60)/6.846 = 0,049578 sin(t+81,60) Ampere.
• Jadi tegangan dikapasitor (vc) adalah id.Zc .
• Jadi vc = 0,0496 sin(t+81,60) x 6.773 < -900ohm = 335,769 sin(t+81,60-900)Volt
• vc = 335,769 sin(t-8,40)Volt
• Ketika diac konduksi dengan tegangan kritis = 40 Volt, sehingga sudut penyalaan minimum
t = a adalah (t-8,40) = sin-1(40/335,8)=6,840. Jadi a =8,40+6,840=15,240.
Solusi menentukan sudut penyalaan maksimum pada Diac

 Untuk tahanan R =25.000 


 Impedansi pada kapasitor (Zc) =1/C =1/(2p.50.470x10-9)=6.773  dan sudut = -900.
 Arus yang mengalir pada resistasi R dan C ketika diac tidak konduksi adalah
 id = 240x21/2.sin(t+)/Zd.
 Dimana Zd = (R2+(1/C)2)1/2, dan  = tan-1(1/RC).
 Dengan R = 25.000 ohm , Zd = (25.0002+6.7732)1/2 = 25.901 .
  = tan-1(1/2p50.25.000.470x10-9) = 15,160.
 id =339,4 sin(t+15,160)/25.901 = 0,013 sin(t+15,160) Ampere.
 Jadi tegangan dikapasitor (vc) adalah id.Zc .
 Jadi vc = 0,013 sin(t+15,160) x 6.773 < -900ohm = 88,05 sin(t+15,160-900)Volt
 vc = 88,05 sin(t-74,840)Volt
 Ketika diac konduksi dengan tegangan kritis = 40 Volt,
 sehingga sudut penyalaan maksimum (t=a adalah
 (t-74,840) = sin-1(40/88,05)=27,020.
 Jadi a =74,840+27,020=101,860.
QUIS TES 3210 ELEKTRONIKA DAYA LANJUT
DOSEN PENGASUH : SUWITNO, ST.MT

• Suatu diac dengan tegangan break down 15 Volt


dimanfaatkan pada rangkaian gambar diatas
dengan tahanan variabel 100 s/d 1500 ohm, C =
42mF, dan tegangan supply 200 Volt 50 Hz.
• Berapa sudut penyalaan minimum dan maksimum
yang dihasilkan diac tersebut.
• 30 MENIT
Contoh

• Suatu diac dengan tegangan break down 100Volt


dimanfaatkan pada rangkaian gambar disamping
dengan tahanan variabel 250 K, C =98,244nF, dan
tegangan supply 120 Volt 60 Hz.
• Plot sinyal Tegangan masukan dan tegangan pada
kapasitor
• Berapa sudut penyalaan minimum dab maksimum
yan dihasilkan diac tersebut.
Tampilan sinyal masukan dan sinyal output pada kapasitor

200

150

100

50

-50

-100

-150

-200
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035

Gambar Sinyal vin dan Vc


KOMPARATOR LANJUTAN

• Prinsip Kerja Komparator


• Jika masukan (+) lebih besar
dari sinyal masukan (-) maka
output bernilai 1 (high).
• Jika masukan (-) lebih besar
dari sinyal masukan (+)
maka output bernilai 0
(low).

Gambar Komparator
Sinyal Penyalaan

sinyal tegangan input & tegangan Kapasitor


200

besaran 0

-200
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035
waktu
Penyalaan Positif

0.5

0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035
Penyalaan Negatif

1 waktu

0.5

0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035
waktu

gambar Sistem Pulsa Penyalaan


RANGKAIAN TRIGGER 3 FASA

AC

AC

AC

Detektor fasa c
Detektor fasa b
Detektor fasa a

100k 100k 100k


Rf1 Rf3 Rf4
D3 Rf11
D1 Rf5 Cf1
vcc vcc Rf10
Rf2 D2 Rf7 Rf9 Rf9
Rf6 Rf8
Penyearah aktif
Rf1 Rf3 Rf4
D3 Rf11
D1 Rf5 Cf1
vcc vcc Rf10
Rf2 D2 Rf7 Rf9 Rf9
Rf6 Rf8

Penyearah aktif
Rf1 Rf3 Rf4
D3 Rf11
D1 Rf5 Cf1
vcc vcc Rf10
Rf2 D2 Rf7 Rf9 Rf9
Rf6 Rf8

Penyearah aktif Vm
Sensor Tegangan AC
Rangkaian dasar pengukuran pada arus bolak-balik (ac) yang terdiri dari sensor
pengukuran tegangan dan sensor pengukuran arus. Secara elektronika sensor
tegangan ac dapat ditunjukkan gambar dibawah ini

Ra Rf1 Rf3 Rf4

220 Vac D1
5 Vac
50 Hz 50 Hz D2 Rf5 C
PT Rf2
AC
Sensor arus AC

Ra

Rf1 Rf3 Rf4


Rb D1
CT

D2 Rf5 C
Rf2
AC
Prinsip Kerja Filter Aktif dan Integrator

Rf1 Rf3 Rf4


D3 Rf11
D Rf5 Cf1
vcc vcc Rf10
Rf2 D2 Rf7 Rf9 Rf9
Rf6 Rf8

Input inverting Integrator


Penyearah aktif
Sinyal trigger transistor

Sinyal output Integrator


Bentuk Sinyal Tegangan Masukan converter, Tegangan kapasitor R=1000 ohm dan Tegangan
kapasitor R=25.000 ohm.
Volt
339 V

Gelombang Input
Vm Sin t

t
0

338V

Gelombang Vc (R=1000 ohm)


40V
t
0

a=8,40

919V
Gelombang Vc (R=25.000 ohm)

t
0
a=101,60

• Output dari siklokonverter satu fasa gelombang penuh adalah


1/ 2
Vm  1  sin 2a 
V0 rms   p  p  a  2 
2  
Bentuk Gelombang input tegangan, Tegangan kapasitor, dan Trigger untuk siklokonverter
Volt
339 V

Gelombang Input
Vm Sin t

t
0

338V

Gelombang Vc (R= 1000 ohm)


40V
t
0

=8,40

919V
Gelombang Vc (R=25. 000 ohm)

t
0
= 101,60

Sinyal trigger R =1000 ohm

a=8,40

Sinyal trigger R =25.000 ohm

a=101,60
Bentuk Gelombang input tegangan, Trigger, dan tegangan output siklokonverter

Volt
339 V

Gelombang Input
Vm Sin t

t
0

Sinyal trigger R =1000 ohm

a=8,40

Sinyal trigger R =25.00 ohm

a=101,60

Vorms
t
0
a=8,40

Vorms
a=101,60
t
0
Sensor Tegangan

input
12V R1
R2

VR1 C1
R3
Keluaran C2
Umpan Balik

• Rangkaian Sensor Tegangan Arus Bolak-Balik menjadi Arus SearaH


RANGKAIAN KENDALI OTOMATIS AC TO AC
5V
Vcc
Sinyal dari Vref 12V
pengendali Arus beban

12V 5V XOR
R7
AND Vcc
Out 6

12V 5V XOR R
R6 TRIAC
AND
Out 5 Vcc

XOR
R5 12V 5V
AND C
DIAC
Out 4

12V 5V XOR
R4
AND

Vcc
R3 12V 5V XOR
AND

Vcc
R2 12V 5V
XOR
AND

R1

Decoder
Komparator IC 7486
IC C 339 IC 7408
input
12V R1
R2

VR1 C1
R3
Keluaran C2
Umpan Balik
Perancangan dan analisis rangkaian penggeser phasa

• Untuk membuat Inverter tiga phasa maka untuk masing-masing phasanya harus
berbeda 120o maka kita perlu membuat rangkaian penggeser phasa. Komponen-
komponen yang di butuhkan untuk pembuatan ini adalah:

• 1.IC 74LS73 (TTL dual JK flip-flop) 2 buah
• 2.IC 74LS74 (TTL dual Dflip-flop) 2 buah
• 3.IC 74LS04 1 buah
• 4.IC 74LS08 2 buah
• Komponen-komponen diatas di rangkai seperti terlihat pada gambar 3.5 dan
gambar 3.6 sebagai pulsa keluarannnya.Tegangan supply yang dibutuhkan adalah
sebesar 5Vdc. Pada gambar terlihat bahwa IC JK flip-flop kondisi J dan K selalu
satu maka IC ini akan berfungsi sebagai toggle dan untuk mempermudah
pembahasan, pada masing-masing keluaran pulsa tertentu di beri tanda Q1,
Q2,Q3,Q4,Q5,Q6 dan Q7..
Gambar 3.5 Rangkaian penggeser phasa
CLK

Q1

Q2

Q3

Q4

CLK

Q3
o o o o o o
60 60 60 60 60 60

Q5
o
120

Q6

Q7

Gambar 3.6 Bentuk pulsa keluaran JK &D flip-flop


LANJUTAN

• Analisa rangkaian adalah sebagai berikut:


• Pulsa clock di dapat dari oscillator, seperti yang telah di bahas sebelumnya pulsa
ini mempunyai frekwensi 300HZ.
• Pulsa keluaran Q1 akan 2 kali lebih lebar dari pulsa clock, keluaran Q1 akan
bernilai satu pada saat clock bernilai 0, keadaan ini akan bertahan sampai pulsa
clock yang berikutnya bernilai 0, keluaran dari Q1 ini akan menjadi clock pada
gerbang JK flip-flop berikutnya sehingga lebar pulsa keluaran Q2 akan 2 kali lebih
lebar dari pulsa keluaran Q1, demikian juga halnya untuk pulsa keluaran Q3
seharusnya akan 2 kali lebih lebar dari pulsa keluaran Q2 akan tetapi pada saat
kondisi keluaran Q2 dan Q3 bernilai 1 keluaran Q4 akan menjadi 0 sehingga akan
mereset data memory yang ada dalam IC JK flip-flop, hal ini bertujuan untuk
mencegah gangguan frekwensi yang di akibatkan kesalahan peralatan karena
komponen yang kita gunakan terkadang tidak sesuai dengan yang kita harapkan
(pincang). Gambar pulsa clock dan pulsa keluaran dari Q3 sengaja dipindah
kebawah untuk mempermudah pembahasan selanjutnya.
LANJUTAN

• Keluaran dari Q3 merupakan data yang akan di transfer oleh D flip-flop menjadi
keluaran Q5, data terakhir yang di terima dari Q3 adalah yang akan dikirim setiap
pulsa clock bernilai 1. Keluaran dari Q5 ini akan menjadi trigger untuk Phasa
pertama (U) dan sekaligus menjadi masukan atau data pada D flip-flop
selanjutnya data ini juga akan dikirim menjadi keluaran Q6 setiap pulsa clock
bernilai 1 keluaran ini akan menjadi trigger pada phasa ke 2 (V)dan yang terakhir
adalah memberi keluaran Q6 ini menjadi masukan pada D flip-flop yang ketiga
dan akan ditransfer menjadi keluaran Q7 setelah menerima pulsa clock bernilai
1, keluaran dari Q7 ini merupakan trigger untuk phasa yang ketiga (W). Pada
gambar 3.6 terlihat bahwa pulsa keluaran Q5,Q6 dan Q7 mempunyai beda sudut
phasa .
• Keluaran dari gerbang NOT (invert) adalah sebagai trigger negative untuk masing-
masing phasa.
LANJUTAN

• Rangkaian penyalaan inverter 3 fasa dapat


diaplikasikan kerangkaian dibawah ini sebagai
penggerak motor induksi 3 fasa;
RANGKAIAN SNUBBER
• Gradien tegangan (dv(t)/dt) yang terjadi pada SCR harus dijaga nilai spesifikasi
maksimum dari pabrik yang membuatnya yang baisanya tertuang pada data sheet
setiap peralatan.
• Rangkaian dimanfaatkan untuk membatasi gradien tegangan dv(t)/dt yang melalui
SCR yang disebut dengan rangkaian snubber. Rangkaian snubber adalah
rangkaian R-C yang dihubungkan melalui SCR seperti ditunjukkan pada gambar
3.7 dibawah ini:

Gambar 3.7. Rangkaian Snubber


LANJUTAN RANGKAIAN SNUBBER

• Dalam prakteknya tegangan arus searah diswitching menggunakan SCR dan


rating perubahan tegangan yang melewati peralatan harus sesuai dengan rating
dv(t)/dt peralatan, oleh karena itu peralatan mulai menghantar dan tetap
menghantarkan arus tanpa pulsa penyalaan dihilangkan.
• Rating perubahan tegangan melalui SCR dapat dihitung dengan dua cara seperti
diterapkan dibawah ini;
1. Ketika saklar tertutup persamaan tegangan yang melalui SCR ( asumsi beban
resistif R diabaikan ) adalah
 
t

VAK  VB 1  e  

 
• dimana

L
 
Rs
LANJUTAN RANGKAIAN SNUBBER

• Sehingga gradien tegangannya adalah


t
dVAK Rs 
 VB e 
dt L
• Rating perubahan tegangan maksimum, ketika t=0, atau
dVAK R
 s VB
dt max L
• Jika nilsai Rs = (L/Cs)1/2, gradien tegangan menjadi;

dVAK VB

dt max LCs

2. Ketika saklar ditutup tegangan berosilasi melewati SCR, dengan


VAK  Vm sin t
• dimana
1 dVAK Vm

LCs , sehingga  Vm cos t  cos t
dt LCs
LANJUTAN RANGKAIAN SNUBBER

• Rating perubahan tegangan maksimum terjadi pada saat t=0

dVAK Vm

dt max LCs
• Sehingga dengan memilih parameter L,C, dan R pada rangkaian snubber, gradien
tegangan dv(t)/dt yang melalui SCR dapat dibatasi terhadap nilai yang
diterimanya, jadi batas dicharge arus yang melalui SCR, terjadi ketika SCR
diberi penyalaan on.
RANGKAIAN SNUBBER

RL RL

Vs Vs

C C

Rs Rs

Gbr a. Beban Resistansi Gbr b. Beban Induktansi


TEORI SNUBBER

• Rangkaian snubber digunakan untuk melindungi thiristor terhadap


gejala di/dt dan dv/dt pada saat komutasi. Rangkaian snubber
umumnya berupa RC atau RCD seperti ditunjukkan pada gambar a.
• Gambar a menjelaskan suatu rangkaian dimana tiristor digunakan
untuk mensuplay beban resistansi.
• Pada saat tiristor kondisi off, arus yang melalui kapasitor adalah : is
= (Vs/R).e-t/CR.
• Tegangan pada kapasitor adalah:
– Vc = Vs(1-e-t/RC)
• Jadi gradien tegangan dvc/dt = (Vs/CR).exp(-t/CR).
• Jika rating dv/dt dari tiristor tidak boleh dilampaui, maka kebutuhan
kapasitor adalah
• C > Vs/(R[dvc/dt]max
• Jika beban mengandung induktansi seperti pada gambar b. nilai
untuk dv/dt menjadi :
• dvc/dt = (Vs e(-Rt/2L)/LC) sin t.
• Sehingga nilai gradien maksimum adalah :
• [dvc/dt]max= (Vs e[(-R/2L)tan-1(2L/R)] /(LC)1/2.
– Dimana :  = [1/LC – R2/4L2]1/2.
• C = {Vs e[(-R/2L)tan-1(2L/R)] /(L [dvc/dt]max2)}.
– Untuk nilai induktansi yang kecil (L/R <0.1), maka nilai R/L cenderung nol
dan  =(1/LC)-1/2. dalam kasus ini :
• Vc = Vs(1-cost)
• Jadi nilai kapasitor yang dibutuhkan adalah
• C = Vs2/L[dvc/dt]2mak
Contoh Soal

• Suatu thyristor mempunyai rating gradient tegangan


maksimum sebesar 60 Vms-1 dan digunakan untuk
mensupply suatu beban resistif (RL) sebesar 6  dan
resistif snubber 2,4  . Jika perubahan tegangan
maksimum diantisipasi sebesar 450 V. Jika resistif beban
diserikan dengan induktansi (L) sebesar 360 mH.
• Berapa nilai ukuran minimum kapasitor untuk rangkaian
snubber RC tersebut.
• C > Vs/Rs[dvc/dt] = 450/(8,4x 60x106) = 890nF
• C = Vs2/L[dvc/dt]2max = 4502/(360.10-3.60.106) = 156,25 pF
QUIS – TES 3210 ELEKTRONIKA DAYA LANJUT
SEMESTER GANJIL 2010/2011
DOSEN PENGASUH MATAKULIAH :
SUWITNO, ST.MT

• Suatu thyristor mempunyai rating gradient tegangan


maksimum sebesar 150 Vms-1 dan digunakan untuk
mensupply suatu beban resistif (RL) sebesar 2  dan
resistif snubber 4  . Jika perubahan tegangan
maksimum diantisipasi sebesar 650 V. Jika resistif beban
diserikan dengan induktansi (L) sebesar 300 mH.
• Berapa nilai ukuran minimum kapasitor untuk rangkaian
snubber RC tersebut.
Rangkaian Snubber Seri

• Induktansi seri Ls dipasangkan

Beban
FD
untuk mencegah tekanan laju
perubahan arus di/dt pada saat
Ls Rs penyalaan. Ls dipilih sedemikian
hingga selama penyalaan VCE = 0.
Vs Ds Dari gambar c. berlaku formulasi :

Tr • VCE = Vs-Lsdi/dt
cs

• Pada saat penyalaan VCE = 0,


sehingga kebutuhan nilai
induktansi seri adalah :
• Gambar c. rangkaian
snubber seri • Ls =Vs/(di/dt).
• Ls seri akan mengakibatkan tegangan lebih pada saat pemadaman
yaitu Lsdi/dt. Tegangan lebih yang merupakan pelepasan energi Ls
ini dibatasi 20% dari tegangan masukan, sehingga dipilih Rs dan Ds
untuk pembuangan energi sebesar :
• Ibeban x Rs = 20% x tegangan masukkan (Vs)
• Rs =20%.Vs/Ibeban
• Bila frekuensi komutasi dibatasi 6 kHz, maka daya yang
didisipasikan pada Rs adalah : PRs = 1/2.LsIbeban2f
• Rs dan Ls ini akan membentuk rangkaian dengan konstanta waktu
pemutusan tp minimum agar energi yang tersimpan pada Ls dapat
terbuang seluruhnya (tp(min) > Ls/Rs.
• Ds dipilih dengan mempertimbangkan arus rata-rata terbesar yang
mengalir.
• Ds hanya melalukan arus pada pembuangan energi Ls.
• Apabila resistansi diabaikan Ds diabaikan dan frekeunsi komutasi
maksimum 6 kHz, maka besarnya arus:
Rs Rs
1  t Ls I beban  Ls t
I Ds   I beban e dt 
Ls
e
T RsT
LANJUTAN

• Naiknya tegangan pada saklar daya atau kapasitor adalah


1 t
VCE  VCS 
CS I
0
dt
CS

• Karena ICE = Ibeban (t/toff), maka dapat diperoleh VCE sbb

I bebant 2
VCE 
2C s toff

• Jika dipilih Cs sedemikian sehingga VCE = VCC pada akhir waktu toff, maka nilai
Cs adalah

I bebantoff
CS 
2VCC
• Tegangan jatuh pada saklar dapat dianalisis jika Ibeban = Isaklar pada akhir waktu
ton, maka
V t
LS  CC on
2 I beban
LANJUTAN

• Contoh
• Untuk menanggulanggi gradien tegangan saat saklar off dan gradien arus saat saklar switcing
pada konverter inverter , berdasarkan pemilihan peralatan switching dengan data sheet sebagai
berikut : ton = 900ns, toff =11ms, VCC = 24V, arus beban Ibeban = 12,35 A.
• Tentukan nilai kapasitansi kapasitor untuk snubber gradien tegangan
• Tentukan nilai induktansi untuk snubber gradien arus
• Nilai reisitansi snubber
• Nilai arus dioda dan PIV

12,35 11106
CS   2,831mF
2  24

24  900 109
LS   0,874mH
2 12,35
Vs 24V
Rs  20% *  20% *  20
I beban 12,35 A
I beban  Ls 12,35 A  0,875mH
ID    8nA
TRs 2px 20
TUGAS
ELEKTRONIKA LANJUT SEMESTER GENAP 2010/2011

• Untuk menanggulanggi gradien tegangan saat saklar off


dan gradien arus saat saklar switching pada konverter
inverter, berdasarkan pemilihan peralatan switching yang
telah dipilih dengan data sheet sebagai berikut
:ton=800ns, toff =12ms, VCC=24V, arus beban 10 A.
1. Tentukan nilai kapasitansi kapasitor untuk snubber
gradien tegangan
2. Tentukan nilai induktansi untuk snubber gradien arus
RANGKAIAN BANTU KOMUTASI SHUNT

• Cp dipasang paralel dengan maksud melindungi transistor terhadap dv/dt saat


pemadaman. Cp dipilih agar kenaikan tegangan VCE sedemikian hingga pada saat
Ic= 0 akan berharga maksimum.
1 I bebant 2
Vc 
Cs  ic dt 
2C p t f
• Apabila dipilih Vc =1/2 Vs pada saat Ic= 0, maka
1 1 I bebant f
Vc  Vs 
2 2 Cp
1 I bebant f
Cp 
2 2Vs
• Pada saat penyalaan, muatan Cp dibuang melalui Rp dan Dp, sehingga arus yang
mengalir pada kolektor : Ic= Ibeban + IrFD+ICp.
• Untuk faktor keamanan, maka dipilih ICp yang tepat, sehingga harga Rp dipilih
Rp= Vs/ICp.
LANJUTAN

• Daya yang terdisipasi pada Rp adalah


2
C pVs f
PRP 
2
• Rp dan Cp akan membentuk rangkaian tertutup dengan
konstanta waktu penyambungan minimum ts agar energi yang
tersimpan pada Cp terbuang seluruhnya  ts(min) > Rp.Cp.
• Pemilihan Dp didasarkan pada arus pelepasan rata-rata Cp
dengan asumsi bahwa perubahan Ic selama tf linier, sehingga 
IDp=Ib.t/f dengan 0 < t < tf.
• Arus rata-rata terbesar yang mengalir pada Dp dengan frekuensi
komutasi maksimum 6 kHz adalah
1 Ib  t f
2
1 Ib  t
I Dp   dt 
T R pC p 2 TR p C p
• dan Dp dipilih dioda dengan katagori cepat puluh lunak misalnya
1N502.
Inverter Satu Fasa Segi Empat Dengan
Modulasi Lebar Pulsa
Pendahuluan
• Pembahasan inverter satu fasa segi empat dengan modulasi lebar pulsa meliputi ;
• Inverter satu fasa modulasi lebar pulsa tunggal dan pulsa banyak
• Inverter satu fasa modulasi lebar pulsa sinusoidal.

• Inverter Satu fasa Segiempat Modulasi Lebar Pulsa Tunggal dan Modulasi Lebar
Pulsa Banyak.
• Sebuah inverter satu fasa rangkaian jembatan berisi 4 buah chopper, bila trnasistor
Q1 dan Q2 turn On secara simultan, maka tegangan keluaran pada beban sebesar
Vs dan bila transistor Q3 dan Q4 turn On pada saat yang sama, tegangan keluaran
pada beban akan sebesar –Vs.
• Pada inverter modulasi lebar pulsa tunggal kontrol tegangannya hanya terdapat
satu pulsa setiap setengah perioda, dan lebar pulsanya adalah bervariasi untuk
mengontrol tegangan keluaran inverter.
LANJUTAN INVERTER

• Pada gambar 4.20 diperlihatkan pembangkitan sinyal gate dan tegangan keluaran
dari inverter satu fasa rangkaian jembatan penuh.
V Carrier Signal
Ac Refrence
Signal
Ar
t
0

g1

Gate Signal for transistor Q1 t


0
Gate Signal for transistor Q4
g4
t
0

b
Vs
p 2p t
0
p/2-b/2 p/2 p/2+b/2
-Vs

Gambar 4.20. Modulasi Lebar Pulsa Tunggal


LANJUTAN INVERTER
• Sinyal gate dibangkitkan dengan cara menbandingkat tegangan referensi segi
empat (reactangular) dengan amplitudo Ar, dengan gelombang pembawa
berbentuk segitiga yang amplitudonya Ac.
• Frekuensi sinyal referensi ditentukan dari frekuensi dasar atau pundamental dari
tegangan keluaranya.
• Dengan perubahan amplitudo Ar, yaitu dari 0 sampai dengan sebesar amplitudo
Ac, lebar pulsa (b) dapat diatur dari 0 sampai dengan 180 derajat.
• Ratio atau perbandingan dari Ar dengan Ac adalah merupakan variabel kontrol
dan definisikan sebagai amplitudo indeks modulasi (M) yaitu:
Ar
M
Ac
• Nilai efektif tegangan keluaran dapat ditentukan dengan
persamaan : p b
2
b
 Vs d t   Vs.
2
Vo  2

2p p b p
2
• Contoh:

• Suatu inverter satu fasa tunggal dengan catu daya baterai 24 Volt DC, diberi sinyal
penyalaan tunggal dengan b =300, dan b=600,
1. Tentukan tegangan efektif keluaran inverter pada saat beta yang dinyatakan diatas
2. Diperlukan lebar penyalaan berapa derajat jika di inginkan tegangan efektif keluaran
inverter 20 Volt

• Penyelesian : untuk b=300, • Penyelesian : untuk b=600,


b 300
Vo  Vs.  24   9,798 volt b 600
p 180 0
Vo  Vs.  24   13,8564 volt
p 180 0

• Untuk mendapat keluaran efektif inverter 20 Volt , Nilai lebar penyalaan


adalah
2
 Vo 
2
 
20
b  p    p    1250
 Vs   24 
– QUIS:

• Suatu inverter satu fasa tunggal dengan catu daya baterai 48 Volt DC, diberi sinyal
penyalaan tunggal dengan b =450, dan b=1200,
1. Tentukan tegangan efektif keluaran inverter pada saat beta yang dinyatakan diatas
2. Diperlukan lebar penyalaan berapa derajat jika di inginkan tegangan efektif keluaran
inverter 46 Volt

• Penyelesian : untuk b=450, • Penyelesian : untuk b=1200,


b 300
Vo  Vs.  24   9,798 volt b 600
p 180 0
Vo  Vs.  24   13,8564 volt
p 180 0

• Untuk mendapat keluaran efektif inverter 46 Volt , Nilai lebar penyalaan


adalah
2
 Vo 
2
 
20
b  p    p    1250
 Vs   24 
Menentukan Harmonisa

• Tegangan keluaran penyearah sesuai deret Fourier


vs t   Vdc  a n cos nt  bn sin nt
n 1, 2 , 3..

vs t   Vdc  c n sin nt   
n 1, 2 , 3,...

vs t   Vdc  c n cosnt   
n 1, 2 , 3,...

dengan ;
cn  an 2  bn 2
 an  b 
  tan 1   dan   tan 1  n 
 bn   an 

 f t cos nt dt


1 T
an 
p 0

f t sin nt dt


1 T
bn 
p  0
LANJUT

• Tegangan efektif keluaran penyearah

Vs  Vdc  2 1 2 1 2 1 2 1 2
 a1  a2  ...  b1  b1  ..
2 2 2 2
• Arus beban sesuai deret Fourier adalah

i t   I   a cos nt  b sin t


s dc n n
n 1 , 2 , 3..

 I   c sinnt   

dc n
n 1 , 2 , 3......

• Arus beban efektif dapat ditulis;

1 1 1 1
I  s
I 
dc
2
 a  a  ...  b  b  ..
1
2

2
2

1
2

2
2

2 2 2 2
LANJUTAN INVERTER

• Dengan menggunakan deret Fourier, tegangan keluaran sesaatnya;



n.b
Vo t   . sin nt 
4Vs

n 1, 3, 5.. np
sin
2

•Tegangan efektif untuk komponen dasar adalah


4Vs b
V1  sin
p 2 2
•Faktor harmonisa (Harmonic Factor = HF) dari harmonisa ke-n dapat dinyatakan sebagai;

Vn
HFn 
V1
dimana; Vn : tegangan efektif komponen harmonisa ke –n
V1 : tegangan efektif komponen dasar.
•Distorsi harmonisa total (Total Harmonic Distortion = THD) adalah;

1
THD 
V1
V
n  2, 3,..
n
2
• Suatu inverter satu fasa tunggal dengan catu daya baterai 24 Volt DC, diberi sinyal
penyalaan tunggal dengan b =300, dan b=600,
1. Tentukan tegangan efektif pundamental keluaran inverter pada saat beta yang
dinyatakan diatas
2. Tentukan tegangan efektif harmonisa yang muncul pada inverter sampai tingkat
harmonisa ke lima
• Penyelesaian
1. Tentukan tegangan efektif pundamental keluaran inverter pada saat beta yang
dinyatakan diatas
4Vs b 4  24 300 4Vs b 4  24 600
V1  sin  sin  5,5925 volt V1  sin  sin  10,8038 volt
p 2 2 p 2 2 p 2 2 p 2 2

2. Tentukan tegangan efektif harmonisa yang muncul pada inverter sampai tingkat
harmonisa ke lima untuk beta 300.
 
n.300 n.600
Vo t    Vo t   
4Vs 4Vs
sin  7,9089Volt sin  23,1878Volt
n 1, 3, 5.. np 2 n 1, 3, 5.. np 2
TUGAS RUMAH
• Suatu inverter satu fasa tunggal dengan catu daya baterai 48 Volt DC, diberi sinyal
penyalaan tunggal dengan b =450, dan b=1200,
1. Tentukan tegangan efektif pundamental keluaran inverter pada saat beta yang
dinyatakan diatas
2. Tentukan tegangan efektif harmonisa yang muncul pada inverter sampai tingkat
harmonisa ke lima
• Faktor distorsi dari harmonisa orde kedua adalah;
 2
1  Vn 
DF 
V1
  2
n  2 , 3,..  n 

• Pada inverter modulasi pulsa banyak harmonisa dapat dikurangi dengan


menggunakan beberapa pulsa dalam masing-masing setengah perioda dari
tegangan keluaran.
• Pembangkitan sinyal gate-nya untuk turn On dan turn Off dari transistor
diperlihatkan pada gambar 4.21 dibawah ini, dengan membandingkan sinyal
referensi dan gelombang pembawa bentuk segitiga.
V Carrier Signal
Ac Refrence Signal
Ar
t
0

Vo b

Vs
t
0 2p
p/2 p
-Vs

Gambar 4.21. Modulasi Lebar Pulsa Banyak


• Frekuensi dari sinyal referensi, frekuensi keluaran (fo) dan frekuensi gelombang
pembawa (fc) dapat ditentukan dari jumlah pulsa per setengah perioda (p).
• Indek modulasi yang mengontrol tegangan keluarannya. Tipe modulasi ini juga
dikenal sebagai Uniform Pulse Witdh Modulation (UPWM). Jumlah pulsa tiap
setengah perioda ditentukan melalui bentuk;
fc mf
p 
2 fo 2
fc
• dimana mf  didefinisikan sebagai rasio modulasi frekuensi.
fo

•Variasi indeks modulasi M dari 0 sampai dengan 1, akan merubah bentuk lebar
pulsa dari 0 sampai dengan p/p, dan tegangan keluaran dari 0 sampai Vs. Tegangan
keluaran untuk inverter jembatan satu fasa ditunjukkan pada gambar 4.21 diatas.
•Jika b adalah lebar setiap pulsa, tegangan keluaran efektif dapat dicari dalam bentuk
; p

b

pb
p 2

Vs d t   Vs .
2
Vo  
2

2p / p p b p
2
p
• Menggunakan deret Fourier , bentuk umum tegangan keluaran sesaat adalah ;

Vo t   B n sin nt
n 1, 3, 5,..
•Koefieien Bn pada persamaan 4-25 dapat ditentukan berdasarkan sepasang pulsa
yaitu sepasang pulsa positif dengan durasi b dimulai pada t = a. dan sepasang pulsa
negatif dengan lebar sama dimulai pada t = p+a. Secara efektif dari semua pulsa
dapat dikombinasikan secara keseluruhan untuk memperoleh tegangan keluaran
efektif.
•Jika pulsa positif dari sepasang ke-m dimulai pada t = am. dan berakhir pada t
=p +am., koefisien fourier dari sepasang pulsa adalah; p
Vs  m 
a b p a m  b
cos ntd t    cos ntd t 
p  am
bn  
p a m 

2V s nb   b  b 
bn  a
 m     p  a  
2 
sin sin n sin n
np
m
 2   2 
• Koefisien Bn dari persamaan 4-25 dapat dicari dengan menjumlahkan secara
efektif seluruh pulsanya yaitu;
p
2V s nb   b  b 
Bn     a     p  a  
2 
sin sin n sin n
m 1 np
m m
2   2 

• Dengan jumlah pulsa (p) yang lebih banyak, amplitudo dari harmonisa orde rendah
dapt diperkecil, tetapi amplitudo dari beberapa harmonisa order tingginya
bertambah besar.

p
nb   b  b 
Vo t   
2V s
sin sin n a m    sin n p  a m   sin nt
m 1 np 2   2  2 
• Suatu inverter satu fasa banyak dengan catu daya baterai 24 Volt DC, diberi sinyal
penyalaan banyak dengan jumlah 6 pulsa dan sudut penyalaan awal a = 50 dengan b
=150, dan b = 200,
1. Tentukan tegangan efektif pundamental keluaran inverter pada saat beta yang
dinyatakan diatas
2. Tentukan tegangan efektif harmonisa yang muncul pada inverter sampai tingkat
harmonisa ke lima
• Penyelesaian
1. Tentukan tegangan efektif pundamental keluaran inverter pada saat beta yang
dinyatakan diatas

pb 6 150
Vo  Vs .  24   16,971 Volt
p p

2. Tentukan tegangan efektif harmonisa yang muncul pada inverter sampai tingkat
harmonisa ke tiga untuk beta 150.

p
nb   b  b 
Vo t   
2V s
sin sin n a
 m    sin n p  a    11,333Volt
m 1 np
m
2   2  2 
4.4.3. Inverter Satu Fasa Segiempat Modulasi Lebar Pulsa Sinusoidal
• Pada inverter jenis ini lebar semua pulsa adalah sama seperti pada modulasi lebar
pulsa banyak, hanya saja lebar masing-masing pulsa berubah atau bervariasi
tergantung dari amplitudo sinyal referensi berbentuk pulsa sinusoidal.
• Faktor distorsi dan harmonisa orde rendah secara segnifikan dapat
dikurangi.Sinyal gate seperti diperlihatkan pada gambar 4.22 dibangkitkan dengan
membandingkan sinyal referensi bentuk sinusoidal dan sinyal pembawa yang
berbentuk segitiga.
• Modulasi jenis ini umumnya digunakan dalam aplikasi industri dan dikenal
dengan SPWM (Sinusoidal Pulse Width Modulation).
• Frekuensi sinyal referensi fr akan menentukan frekuensi keluaran inverter fo dan
Ar : amplitude maksimum, M : control indeks modulasi = Ar/Ac., Vo tegangan
keluaran efektif.
• Jumlah pulsa tiap setengah perioda adalah tergantung dari frekuensi sinyal
pembawaannya. Dua transistor (Q1 dan Q4) tidak dapat konduksi pada saat yang
sama, tegangan keluaran sesaat dapat dilihat pada gambar 4.22a.
• Dengan sinyal gate yang sama dapat dibangkitkan dengan menggunakan sinyal
pembawa segitiga unidirectional seperti ditunjukkan pada gambar 4.22b.
Tegangan keluaran efektifnya dapat diatur dengan merubah indeks modulasi M.
Carrier Signal
Reference Signal
V 1/fc
Ac
Ar
t
0

g1

t

p 2p
g4
t
p 2p
Vo bm
Vs
t
0
p 2p
am
-Vs

• Gambar 4.22. Sinusoidal Modulasi Lebar Pulsa


• Bila bm adalah lebar pulsa yang ke-m dengan persamaan 4-24 dapat ditentukan
tegangan keluaran efektif inverter yaitu:
p
bm
Vo  Vs 
m 1 p

• Persamaan 4-27 dapat juga diaplikasikan untuk menentukan koefisien deret


Fourier tegangan keluaran seperti ;
p
2V s nb m   bm   b 
Bn   sin sin na m    sin n p  a m  m 
m 1 np 2   2   2 

• untuk n = 1,3,5,…..
• Jenis modulasi ini mengeliminasi harmonisa lebih kecil atau sama untuk (2p-1).
Untuk jumlah pulsa p = 5, harmonisa orde terendah adalah harmonisa ke-9 (n = 9).
Teganganharmonisa ke-9 hampir sama dengan harmonisa ke -15 dan harmonisa
ke-11 hampir sama dengan harmonisa ke-13.
• Tegangan output sesaat inverter denganb modulasi sinusoidal

p
nb   b   b 
Vo t   
2V s
sin m sin n a m  m   sin n p  a m  m  sin nt
m 1 np 2   2   2 

• Tegangan output efektif inverter fundamental n=1 yaitu;

2V s b   b   b 
V0 rms  sin m sin  a m  m   sin  p  a m  m 
2p 2   2   2 
MENENTUKAN HARMONISA PADA INVERTER SATU FASA

Sinyal Kendali ke Transistor Q1&Q2

g1
t
0
T0/2 T0
Sinyal Kendali ke Transistor Q3&Q4
g2

t
0
T0/2 T0

V0
Vs
t
0
T0/2 T0

-Vs

• Gambar Rangkaian Inverter- Sinyal Penyalaan dan keluaran Iverter


Nilai efektif tegangan keluaran pada beban dapat ditentukan dengan persamaan

2 To / 2
V0   Vs dt  Vs
2

To 0

• Nilai keluaran inverter


4Vs
vo  
n 1, 3, 5,.. np
sin nt

Tegangan efektif fundamental diperoleh dengan memasukan urutan harmonisa n = 1


adalah

4Vs
V1 
p 2
• Arus inverter

sin nt   n 
4Vs
io  
np Re 2   X  n 
2
n 1, 3, 5,..

arus efektif (rms) beban pada frekuensi harmonisa ke-n, Io(n) adalah
1/ 2
 p  
2

 2  4Vs  sin 2 nt   n d t 
I o n  
 2p 0  np R 2   X  2  
  n  
4Vs n V1
I o n   
2np R   X  n 
2
2 Zn n
Jadi arus keluaran trafo efektif total adalah
 
4Vs V1
Io  
n 1, 3, 5,..
 
2p Z n n n 1,3,5,.. Z n n
LANJUTAN INVERTER

• Perhitungan secara praktis, diperlukan cukup hanya menggunakan hitungan


urutan harmonisa hingga harmonisa urutan kesebelas.
• Besarnya daya keluaran transformator total dengan memasukkan komponen
harmonisa adalah

   2
4Vs 4Vs V1
V I
n 1, 3, 5,..
n n  
n 1, 3, 5,.. 2np
  
2np Z n n 1,3,5,.. n Z n

• Harmonisa adalah suatu sinyal yang tidak diinginkan disisi keluaran


konverter, karena harmonisa mengakibatkan kinerja konverter menjadi
menurun. Untuk itu dalam hal keperluan peningkatan kinerja konverter
perlu alat yang dapat meminimisasi pengaruh harmonisa tersebut dengan
cara menempatkan tapis disisi keluarn konverter.
LANJUTAN INVERTER

• Impedansi tapis dari sisi input dan tanpa beban


adalah
n2 1 n
Zn   2
 
nr C1 n  1 r C2

dengan n = n/r, r adalah frekuensi cut off, n


adalah frekuensi harmonisa, dan n urutan
harmonisa timbul disisi keluaran inverter.
LANJUTAN INVERTER

• Kemampuan unjuk kerja suatu transformator


biasanya ditentukan dari besarnya daya keluaran
suatu transformator terhadap daya masukkannya,
atau disebut efisiensi. Formulasi dari efisiensi
dapat dituliskan;

V I n n

h n 1, 3, 5,..

Vdc  I dc
LANJUTAN INVERTER

• Untuk menghasilkan keluaran konverter sesuai


dengan spesifiknya, maka penentuan rancangan
kapasitas daya listrik yang diinginkan melaui
proses pengkalian besaran tegangan efektif
keluaran inverter dan arus keluaran ditambah arus
harmonisanya, sehingga daya rancangan adalah

 2
V1
 
n 1, 3, 5,.. n Z n

 V1 (1 / Z1  1 / 3Z 3  1 / 5Z 5  ....1 / nZ n )
2
Menentukan Harmonisa Pada Penyearah 1 Fasa

1. Penyearah 1 Fasa 1/2 Gelombang


Rangkaian penyearah 1 fasa 1/2 gelombang dengan beban induktif diperlihatkan pada
gambar 1 dibawah ini. Sebagai komponen switching digunakan thyristor yang
memungkinkan untuk mengatur besarnya sudut penyalaan (a), sekaligus berfungsi untuk
mengatur besarnya tegangan pada beban.

Gambar 1. Skema Rangkaian Penyearah 1/2 Gelombang


Gambar 2. Bentuk Gelombang Tegangan dan Arus pada
sisi AC
(a). Bentuk Gelombang Tegangan pada sisi AC
(b). Bentuk Gelombang Arus untuk Beban Induktif pada
sisiAC
a. Penyearah 1 Fasa 1/2 Gelombang dengan Sudut Penyalaan (a=00)

Persamaan arus masukkan untuk penyearah 1 fasa 1/2 gelombang dapat dinyatakan dalam
bentuk deret Fourier sebagai persamaan berikut:

Arus Idc dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

Komponen an :

Atau
an 
1
np 
Ia sin nt
p
0 
Komponen bn

Substitusi nilai Idc. an, dan bn ke persamaan arus i1(t) menghasilkan:


Ditulis dalam bentuk deret Fourier sebagai berikut:

Ploting Gelombang Harmonisa Penyearah 1 Fasa 1/2 gelombang (a=00):

Gambar 3. Gelombang Harmonisa Penyearah 1 Gambar 4. Kurva Magnitudo Harmonisa Penyearah


1Fasa 1/2 gelombang (a=00):
Fasa 1/2 gelombang (a=00):
b. Penyearah 1 Fasa 1/2 Gelombang dengan Sudut Penyalaan ( )
Bentuk gelombang arus dari penyarah 1 fasa 1/2 gelombang dengan sudut penyalaan sebesar
(a) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5. Bentuk Gelombang Tegangan dan Arus pada sisi AC Penyearah 1 Fasa1/2 Gelombang dengan Sudut Penyalaan (a)
(a). Bentuk Gelombang Tegangan
(b). Bentuk Gelombang Arus.

Persamaan arus input dinyatakan dalam bentuk deret Fourier adalah:


Arus Idc dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

Komponen an:

Atau
Komponen bn

Atau
Substitusi nilai Idc. an, dan bn ke persamaan arus i1(t) menghasilkan persamaan:

Ditulis dalam bentuk deret Fourier sebagai berikut:


Ploting Gelombang Harmonisa Penyearah 1 Fasa 1/2 gelombang (a=150):

Gambar 6. Gelombang Harmonisa Penyearah 1 Fasa Gambar 7. Kurva Magnitudo Harmonisa Penyearah 1 Fasa
1/2 gelombang (a=150):
1/2 gelombang (a=150):
DISAIN RANGKAIAN FILTER

Gambar Rangkaian Filter LC untuk kompensasi Harmonisa atau riak

• Untuk menghilangkan pengaruh harmonisa/riak pada suatu rangkaian konverter


dibutuhkan suatu filter.
• Untuk menghilangkan pengaruh harmonisa arus ke n dibutuhkan parameter
kapasitor dan induktor.
• Untuk melewatkan harmonisa ke n pada kapasitor, maka beban impedansi jauh
lebih besar dari nilai kapasitansi kapasitornya

• Kondisi ini sudah cukup memuaskan dengan hubungan


• Nilai efektif komponen harmonisa ke n yang muncul pada keluaran (Von)
dapat digunakan persamaan:

• Vn adalah diambil harmonisa yang paling besar magnitudenya.


• Sehingga dari hubungan persamaan output tegangan harmonisa dapat
ditentukan nilai induktansi yang dibutuhkan untuk menghilangkan pengaruh
harmonisa:

• Biasanya Faktor Riak diambil 5% s.d 10%


MENENTUKAN TEGANGAN OUTPUT PENYEARAH 1 FASA
GELOMBANG PENUH DENGAN METODA DERET FOURIER

Gambar tegangan input dan output penyearah satu fasa gelombang penuh

Tegangan output penyearah satu fasa gelombang penuh dengan metoda


deret fourier vout(t);
Tegangan output rata-rata (Vdc) ;

2Vm
Vdc  sin a
p
Koefisien Genap (an) ;
Koefisien Ganjil (bn) ;

Subsitusi nilai an dan bn untuk menyatakan tegangan keluaran vout(t) ;


Kita temukan bahwa harmonisa ke dua adalah salah satu nilai yang dominan dan tegangan output
efektifnya adalah;

Contoh :
Suatu filter LC digunakan untuk mereduksi kandungan harmonisa tegangan keluaran untuk
penyearah satu fasa gelombang penuh. Resitansi beban R=40 ohm, beban induktansi L=10
mH,frekuensi sumber 60Hz,
Tentukanlah nilai dari parameter filter Le dan Ce, jika faktor riakdari tegangan keluaran adalah
10%.

Penyelesaian:
Impedansi beban (Z);
Sehingga nilai parameter filter kapasitor (Ce) adalah :

Jika faktor riak tegangan keluaran penyearah 10%, solusi menentukan parameter filter induktansi (Le)
adalah;

Dengan faktor riak 10%, f = 60 Hz, Ce = 326mF dan harmonisa kedua yang dominan pada
tegangan keluaran penyearah,
Kita temukan bahwa harmonisa ke dua adalah salah satu nilai yang dominan dan tegangan output
efektifnya adalah;

Contoh :
Suatu filter LC digunakan untuk mereduksi kandungan harmonisa tegangan
keluaran untuk penyearah satu fasa gelombang penuh terkrndali dengan
a=300.. Tegangan output=100V dan aru beban 5 A, frekuensi sumber 50Hz,
Tentukanlah nilai dari parameter filter Le dan Ce, jika faktor riakdari tegangan
keluaran adalah 5%.

Penyelesaian:
Impedansi beban (Z);
UJIAN AKHIR SEMESTER - ELEKTRONIKA DAYA LANJUT
PROGRAM STUDI DI SARJANA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FT-UR
TANGGAL :13 JUNI 2011 - SIFAT UJIAN : OPEN BOOK
DOSEN PENGAMPU MK : SUWITNO, ST,MT
SEMESTER GENAP 2010/2011
• Suatu penyearah satu fasa gelombang penuh
terkendali ditrigger dengan sudut a=450, dengan
sumber tegangan arus bolak balik v(t)=220 sin t
1.Buatlah formulasi untuk menentukan tegangan
harmonisa yang muncul dari keluaran penyearah
tersebut
2.Tentukan nilai jumlah tegangan harmonisa sampai
urutan ke 11
LANJUTAN UAS

Suatu filter LC digunakan untuk mereduksi kandungan harmonisa


tegangan keluaran untuk penyearah satu fasa gelombang penuh tidak
terkendali yang tegangan masukkannya 400 sin t. Resitansi beban
R=20 ohm, beban induktansi L=25 mH,frekuensi sumber 50Hz.
Adapun rangkaian filter dapat dilihat pada gambar dibawah ini

•Tentukanlah nilai dari parameter filter Le dan Ce, jika faktor riak dari
tegangan keluaran adalah 2,55 %.
DAFTAR PUSTAKA

• Daniel M. Mitchell, ”DC-DC Switching Regulator Analysis”, Mc Graw Hill Book


Company, Copy right 1998.
• Derek A. Paice,”Power Electronics Converter Harmonics”, New York, 1996.
• Gopal K. Robey,” Power Semoconductor Controlled Drives”, Printice Hall, Second
Edition 1989.
• Muhammad H. Rashid,” Power Electronics”, Prentice Hall International Edition,
Second Edition, 1993.
• Mohan,” Power Electronics Converters, Applications, and Design “, Jhon Wiley &
Sons INC,. Third Edition, 2004.
• Peter H. Beards,” Analog and Digital Electronics”, Printice Hall, Second Edition
1991.

Anda mungkin juga menyukai