Filsafat FKM 5 Etika
Filsafat FKM 5 Etika
Filsafat FKM 5 Etika
EGOIS … Duduk ….
Hubungan Etika & Moral
• Etika dipakai
untuk yang
umum/
konseptual/
prinsipal.
• Dan moral dipakai
untuk yang lebih
khusus/ spesifik/
praktis. Misalnya: Soal Perceraian
Wilayah Etika Wilayah Moral
Tidak Boleh
Bercerai
Boleh
Prinsip Perkawinan Bercerai
adalah: Kesetiaan
Perbedaan Etika dan Moral
Etika: Bersifat Moral: Bersifat
kecakapan teoritis perintah langsung
4.Etika
memungkinkan
dialog antar
agama. Etika
dapat menjadi
dasar bagi
kerjasama
agama.
Mengapa Etika diperlukan Agama
5. Etika
memungkinkan
dialog antar
agama dengan
pandangan-
pandangan
dunia
• Etika bukan
ajaran moral juga
bukan tambahan
ajaran moral.
• Etika tidak
langsung membuat
manusia menjadi
baik. Itu tugas
ajaran moral.
• Etika adalah
sarana untuk
memperoleh
orientasi kritis
berhadapan
dengan
berbagai
moralitas
Fungsi Etika
• Orientasi kritis
diperlukan karena
kita dihadapkan
dengan pluralisme
moral.
• Jika tidak memiliki
orientasi kritis,
maka kita akan
bingung seperti
cerita “Nasrudin
yang mau menjual
keledai”.
TUJUAN BELAJAR ETIKA
• Membuat
mahasiswa
menjadi
lebih kritis
TUJUAN BELAJAR ETIKA
Kritis terhadap
Lembaga-
lembaga
Masyarakat:
Orang tua,
agama, negara
dll
TUJUAN BELAJAR ETIKA
• Pembentukan
sikap moral
sudah selesai
pada tahun-
tahun
pertama
hidup kita.
MENGAPA YANG DIAJARKAN
BUKAN MORAL?
• Pengandaian
yang mengajar
harus lebih
maju dari yang
diajar. (Etika
tidak masalah,
tetapi moral?)
MENGAPA YANG DIAJARKAN
BUKAN MORAL?
• Pelajaran
moral bisa
membuat
mahasiswa
sinis
melihat
prilaku
dosen-
dosennya.
• Etika membantu manusia untuk melihat secara kritis
moralitas yang dihayati masyarakat, etika juga
membantu merumuskan pedoman etis yang lebih
adekuat dan norma-norma baru yang dibutuhkan
karena adanya perubahan yang dinamis dalam tata
kehidupan masyarakat.
Fungsi Norma :
a. Sebelum terjadi sesuatu,dipakai sebagai pedoman/haluan untuk
menunjukan bagaimana sesuatu terjadi.
b. Sesudah terjadi sesuatu, dipakai sebagai ukuran untuk
mempertimbangkan apakah sesuatu itu terjadi seperti yang
seharusnya.
Catatan :
Tanpa adanya Norma kehidupan manusia akan kacau. Manusia tidak
menginginkan keadaan tidak senonoh dan perilaku tidak tertib. Untuk itu
perlu norma sebagai aturan mencapai ketertiban.
Kode Etik Profesi :
Pengertian Kompetensi :
“Kemampuan wartawan untuk melaksanakan kegiatan
jurnalistik yang menunjukkan tingkat pengetahuan dan
tanggung jawab sesuai tuntutan profesionalisme yang
disyaratkan”.
Kompetensi juga diartikan sebagai “kewenangan”
Tiga Katagori Kompetensi :
1.Pengetahuan (Knowledge) : - Umum
- Khusus
2. Keterampilan (Skill) : - Menulis
- Wawancara dsb
3. Dilandasi Kesadaran (Awareness),
mencakup : - Etika
- Kode Etik
- Hukum
Kode Etik Jurnalistik
Penafsiran:
a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta
sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan,
paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik
perusahaan pers.
b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai [dengan] keadaan
objektif ketika peristiwa terjadi.
c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan
setara.
d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara
sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian
pihak lain.
Penjelasan
Butir b tentang pengertian “akurat” (kata sifat) atau
“akurasi” (kata benda).
Penafsiran:
Cara-cara yang profesional adalah:
a. Menunjukkan identitas diri kepada narasumber.
b. Menghormati hak privasi.
c. Tidak menyuap.
d. Menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya.
e. Rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran
gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan
tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang.
f. Menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam
penyajian gambar, foto, suara.
g. Tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil
liputan wartawan lain sebagai karya sendiri.
h. Penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan
untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan
publik.
Penjelasan butir b,g dan h
Agaknya perlu dijelaskan beberapa pengertian, seperti
yang tercantum pada penafsiran butir b, g, dan h.
Penafsiran:
a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck
tentang kebenaran informasi itu.
b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu
pemberitaan kepada masing-masing pihak secara
proporsional.
c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi
wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif,
yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas
fakta.
d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak
menghakimi seseorang.
“Judgmental opinion” adalah murni pendapat reporter
peliput atau redaktur penyunting.
Sedangkan “interpretative opinion” hanyalah upaya
wartawan untuk menjelaskan fakta-fakta di lapangan
agar pembaca, pendengar, dan penonton memahami
duduk perkaranya.
Pembedaan ini penting agar pers masih dapat
menyajikan pemberitaan yang jelas bagi khalayak dengan
memberikan penafsiran atau informasi latar belakang
(background information) bagi fakta-fakta peristiwa atau
masalah.
Tetapi, sebaliknya, wartawan tetap tidak boleh
mencapuradukkan fakta yang ditemukan dalam kegiatan
peliputan dengan opininya sendiri.
• Pasal 4: Wartawan Indonesia tidak membuat
berita
bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
Penafsiran:
a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui
sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak
sesuai dengan fakta yang terjadi.
b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan
secara sengaja dengan niat buruk.
c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.
d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis
dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang
semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi.
e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip,
wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar
dan suara.
• Pasal 5: Wartawan Indonesia tidak
menyebutkan dan menyiarkan identitas korban
kejahatan susila dan tidak menyebutkan
identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
Penafsiran:
a. Identitas adalah semua data dan informasi yang
menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang
lain untuk melacak.
b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun
dan belum menikah.
Identitas subjek berita tidak hanya berupa nama
lengkap dan foto, melainkan apa pun yang
memudahkan khalayak melacak keberadaannya, seperti
alamat jelas, nama anggota keluarganya, dan nama rekan
kerja atau teman sekolahnya.
Penafsiran:
a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang
mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang
diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut
menjadi pengetahuan umum.
b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang,
benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi
independensi.
Hukuman moral yang keras bagi wartawan
penerima suap sehubungan dengan kegiatan
pemberitaannya telah diuraikan dalam catatan untuk pasal
2, butir g. Yaitu, serta merta melepaskan profesi
kewartawanan tanpa perlu menunggu peringatan
pertama sekalipun.
Penafsiran:
a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan
identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan
narasumber dan keluarganya.
b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran
berita sesuai dengan permintaan narasumber.
c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau
data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan
tanpa menyebutkan narasumbernya.
d. “Off the record” adalah segala informasi atau data dari
narasumber yang tidak boleh disiarkan atau
diberitakan.
Hak tolak dijamin oleh undang-undang pers yang
berlaku sekarang, yaitu hak wartawan untuk tidak
mengungkapkan narasumber anonim, rahasia, atau
konfidensial kepada siapa pun, termasuk para penegak
hukum sekalipun.
Penafsiran:
a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik
mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas.
b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.
Wartawan tidak sepatutnya bersikap “pilih kasih”
kepada narasumber dan subjek berita berdasarkan
perbedaan seperti dijelaskan dalam pasal 8, yaitu berbeda
dalam suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin,
dan bahasa.
Penafsiran:
a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan
diri dan berhati-hati.
b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan
seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan
kepentingan publik.
• Pasal 10: Wartawan Indonesia segera mencabut,
meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan
tidak akurat disertai dengan permintaan maaf
kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
Penafsiran:
a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin,
baik karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak
luar.
b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait
dengan substansi pokok.
KEJ 2006 tidak lagi mencantumkan penafsiran atau
penjelasan seperti yang dijumpai dalam KEWI 1999
bahwa “Ralat ditempatkan pada halaman yang sama
dengan informasi yang salah atau tidak akurat.”
Penafsiran:
a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok
orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan
terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan
nama baiknya.
b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk
membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan
oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang
lain.
c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang
perlu diperbaiki.
Bagaimana menempatkan tulisan berisi hak jawab di
halaman media pers cetak, yang diatur berdasarkan
kebijakan redaksi, sebagaimana dijelaskan dalam uraian
tentang pasal 10. Tanggapan yang dimaksudkan
sebagai hak jawab lazimnya tidak lebih panjang
dari tulisan yang ditanggapi.
DASAR :
Pedoman Perilaku Penyiaran ditetapkan berdasarkan pada
nilai-nilai agama,norma-norma yang berlaku dan diterima
dalam masyarakat, kode etik, standar profesi dan pedoman
perilaku yang dikembangkan masyarakat penyiaran, serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
ARAH :
Pedoman Perilaku Penyiaran ditetapkan untuk menghormati
asas manfaat, asas adil dan merata, asas kepastian hokum,
asas keamanan, asas keberagaman,m asas kemitraan, etika,
asas kemandirian, dan asas kebebasan dan tanggung jawab.
PENGHORMATAN TERHADAP SUKU, AGAMA, RAS
DAN ANTAR GOLONGAN
UMUM.
TATA KRAMA
1. ISI IKLAN
2. RAGAM IKLAN
3. PEMERAN IKLAN
4. WAHANA IKLAN
TATA CARA
1. PENERAPAN UMUM
2. PRODUKSI IKLAN
3. MEDIA PERIKLANAN
ISI IKLAN
1. HAK CIPTA
MATERI PERIKLANAN HARUS ATAS IJIN TERTULIS DARI PEMILIK ATAU
PEMEGANG MERK.
2. BAHASA
A. MUDAH DIPAHAMI OLEH KHALAYAKNYA
B. TIDAK BOLEH MENGGUNAKAN KATA-KATA SUPERLATIF “PALING” ,
“NOMOR SATU “ “TER” DSB., TANPA DIJELASKAN .
C. PENGGUNAAN KATA-KATA TERTENTU
- “100 %”, “MURNI”,”ASLI” DLL HARUS DAPAT DIBUKTIKAN DARI
OTORITAS TERTENTU
- “HALAL” SERTIFIKAT DR MUI
-”PRESIDEN”, “RAJA”, “RATU” DAN SEJENISNYA TIDAK UNTUK
KONOTASI NEGATIF
3. TANDA ASTERIK (*)
DI MEDIA CETAK TDK BOLEH UNTUK MENYEMBUNYIKAN ,
MENYESATKAN
MEMBINGUNGKAN ATAU MEMBOHONGI KHALAYAK, HANYA BOLEH
DIGUNAKAN
UNTUK MEMBERI PENJELASAN LEBIH RINCI.
4. PENGGUNAAN KATA “ SATU-SATUNYA
MENYEBUTKAN DALAM HAL APA PRODUK TERSEBUT MENJADI YANG
SATU-SATUNYA DAN HAL TERSEBUT HARUS DAPAT DIBUKTIKAN DAN
DIPERTANGGUNG-JAWABKAN.
5. PEMAKAIAN KATA “GRATIS”
TIDAK BOLEH DICANTUMKAN DALAM IKLAN, BILA TERNYATA
KONSUMEN HARUS MEMBAYAR BIAYA LAIN.
6. PENCANTUMAN HARGA
HARUS DITAMPAKKAN DENGAN JELAS,SEHINGGA KONSUMEN MENGETAHUI.
7. GARANSI
GARANSI ATAU JAMINAN ATAS MUTU SUATU PRODUK,MAKA DASAR-DASAR
JAMINANNYA HARUS DAPAT DIPERTANGGUNG-JAWABKAN
8. JANJI PENGAMBILAN UANG WARRANTY)
JIKA TERNYATA MENGECEWAKAN KONSUMEN,MAKA; SYARAT-SYARAT
PENGEMBALIAN UANG TERSEBUT HARUS DINYATAKAN SECARA JELAS DAN
LENGKAP,PENGIKLAN WAJIB MENGEMBALIKAN UANG KONSUMEN SESUAI
JANJI YANG TELAH DIIKLANKANNYA,
9. RASA TAKUT DAN TAKHAYUL
IKLAN TIDAK BOLEH MENIMBULKAN ATAU MEMPERMAINKAN RASA
TAKUT,MAUPUN MEMANFAATKAN KEPERCAYAAN ORANG TERHADAP
TAKHAYUL, KECUALI UNTUK TUJUAN POSITIF.
10. KEKERASAN
IKLAN TIDAK BOLEH SECARA LANGSUNG MAUPUN TIDAKL LANGSUNG-
MENAMPILKAN ADEGAN KEKERASAN YANG MERANGSANG ATAU MEMBERI
KESAN MEMBENARKAN TERJADINYA TINDAKAN KEKERASAN.
11. KESELAMATAN
IKLAN TIDAK BOLEH MENAMPILKAN ADEGAN YANG MENGABAIKAN SEGI-
SEGI KESELAMATAN, UTAMANYA JIKA IA TIDAK BERKAITAN DENGAN
PRODUK YANG DIIKLANKAN.
12. PERLINDUNGAN HAK-HAK PRIBADI
IKLAN TIDAK BOLEH MENAMPILKAN ATAU MELIBATKAN SESEORANG TANPA
TERLEBIH DAHULU MEMPEROLEH PERSETUJUAN DARI YANG
BERSANGKUTAN, KECUALI DALAM PENAMPILAN YANG BERSIFAT MASSAL,
ATAU SEKADAR SEBAGAI LATAR, SEPANJANG PENAMPILAN TERSEBUT
TIDAK MERUGIKAN YANG BERSANGKUTAN
13. HIPERBOLISASI
BOLEH DILAKUKAN IA SEMATA-MATA DIMAKSUD SEBAGAI PENAIK PERHATIAN ATAU
HUMOR YANG SECARA SANGAT JELAS BERLEBIHAN ATAU TIDAK MASUK
AKAL, SEHINGGA TIDAK MENIMBULKAN SALAH PERSEPSI DARI KHALAYAK YANG
DISASARNYA.
14. WAKTU TENGGANG (ELAPSE TIME)
IKLAN YANG MENAMPILKAN ADEGAN HASIL ATAU EFEK DARI PENGGUNAAN
PRODUK DALAM JANGKA WAKTU TERTENTU,HARUS JELAS
MENGUNGKAPKAN MEMADAINYA RENTANG WAKTU TERSEBUT.
15. PENAMPILAN PANGAN
IKLAN TIDAK BOLEH MENAMPILKAN PENYIA-NYIAAN,PEMBOROSAN, ATAU
PERLAKUAN YANG TIDAK PANTAS LAIN TERHADAP MAKANAN ATAU MINUMAN
16. PENAMPILAN UANG
A. HARUSLAH SESUAI DENGAN NORMA-NORMA KEPATUTAN, DALAM PENGERTIAN TIDAK
MENGESANKAN PEMUJAAN ATAUPUN PELECEHAN YANG BERLEBIHAN
B. SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA MERANGSANG ORANG UNTUK MEMPEROLEHNYA
DENGAN CARA-CARA YANG TIDAK SAH.
C. PADA MEDIA CETAK TIDAK DALAM FORMAT FRONTAL DAN SKALA 1:1.BERWARNA
ATAUPUN HITAM-PUTIH.
D. PADA MEDIA VISUAL HARUS DISERTAI DENGAN TANDA”SPECIMEN” JELAS
17. KESAKSIAN KONSUMEN (TESTIMONY)
A. HANYA DAPAT DILAKUKAN ATAS NAMA PERORANGAN, BUKAN MEWAKILI LEMBAGA,
KELOMPOK.ATAU MASYARAKAT LUAS.
B. HARUS MERUPAKAN KEJADIAN YANG BENAR-BENAR DIALAMI, TANPA MELEBIH-
LEBIHKANNYA.
C. UNTUK PRODUK-PRODUK YANG HANYA DAPAT MEMBERI MANFAAT ATAU BUKTI
KEPADA KONSUMENNYA DENGAN PENGGUNAAN YANG TERATUR DAN ATAU
DALAM JANGKA WAKTU TERTENTU, MAKA PENGALAMAN HARUS TELAH
MEMENUHI SYARAT-SYARAT KETERATURAN DAN JANGKA WAKTU TERSEBUT.
D. HARUS DAPAT DIBUKTIKAN DENGAN PERNYATAN TERTULIS YANG DITANDA
TANGANI OLEH KONSUMEN TERSEBUT.
E. IDENTITAS DAN ALAMAT PEMBERI KESAKSIAN DAPAT DIMINTA OLEH LEMBAGA
PENEGAK ETIKA.
18. ANJURAN (ENDORSEMENT)
PERNYATAN, KLAIM ATAU JANJI YANG DIBERIKAN HARUS TERKAIT DENGAN
KOMPETENSI YANG DIMILIKI OLEH PENGANJUR, HANYA DAPAT DILAKUKAN OLEH
INDIVIDU, TIDAK DIPEROLEHKAN MEWAKILI LEMBAGA ,KELOMPOK, GOLONGAN, ATAU
MASYARAKAT LUAS.
19. PERBANDINGAN
A. PERBANDINGAN LANGSUNG HANYA TERHADAP ASPEK-ASPEK TEKNIS PRODUK,
DAN DENGAN KRITERIA YANG TEPAT SAMA
B. JIKA MENAMPILKAN DATA RISET, MAKA METODOLOGI,SUMBER DAN WAKTU
PENELITIANNYA HARUS DIUNGKAPKAN SECARA JELAS, HARUS SUDAH
MEMPEROLEH PERESETUJUAN ATAU VERIFIKASI DARI ORGANISASI
PENYELENGGARA RISET TERSEBUT.
C. DIDASARKAN PADA KRITERIA YANG TIDAK MENYESATKAN KHALAYAK.
20. PERBANDINGAN HARGA
HANYA DAPAT DILAKUKAN TERHADAP EFISIENSI DAN KEMANFAATAN
PENGGUNAAN PRODUK, DAN HARUS DISERTAI DENGAN PENJELASAN
ATAU PENALARAN YANG MEMADAI.
21. MERENDAHKAN
IKLAN TIDAK BOLEH MERENDAHKAN PRODUK PESAING SECARA
LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG.
22. PENIRUAN
A.IKLAN TIDAK BOLEH DENGAN SENGAJA MENIRU IKLAN PRODUK
PESAING SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA DAPAT MERENDAHKAN
PRODUK PESAING, ATAUPUN MENYESATKAN ATAU
MEMBINGUNGKAN
KHAYALAK.
B. IKLAN TIDAK BOLEH MENIRU IKON ATAU ATRIBUT KHAS YANG TELAH
LEBIH DULU OLEH IKLAN PRODUK PESAING DAN MASIH DIGUNAKAN
HINGGA KURUN DUA TAHUN TERAKHIR.
23. ISTILAH ILMIAH DAN STATISTIK
IKLAN TIDAK BOLEH MENYALAHGUNAKAN ISTILAH-ISTILAH ILMIAH DAN
STATISTIK UNTUK MENYESATKAN KHALAYAK, ATAU MENCIPTAKAN
KESAN YANG BERLEBIHAN
24. KETIADAAN PRODUK
IKLAN HANYA BOLEH DIMEDIAKAN JIKLA TEL;AH ADA KEPASTIAN
TENTANG TERSEDIANYA PRODUK YANG DIIKLANKAN TERSEBUT
25. KETAKTERSEDIAAN HADIAH
IKLAN TIDAK BOLEH MENYATAKAN “ SELAMA PERESEDIAAN MASIH ADA”
ATAU KATA-KATA LAIN YANG BERMAKNA SAMA.
26. PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI
IKLAN TIDAK BOLEH MENGEKSPLOITASI EROTISME ATAU SEKSUALITAS
DENGAN CARA APAPUN, DAN UNTUK TUJUAN ATAU ALASAN APAPUN.
27. KHALAYAK ANAK-ANAK
A. IKLAN YANG DITUJUKAN KEPADA KHALAYAK ANAK-ANAK TIDAK BOLEH
MENAMPILKAN HAL-HAL YANG DAPAT MENGGANGGU ATAU MERUSAK
JASMANI DAN ROHANI MEREKA, MEMANFAATKAN KEMUDAHPERCAYAAN
, KEKURANGAN PENGALAMAN, ATAU KEPOLOSAN MEREKA.
B. FILM IKLAN YANG DITUJUKAN KEPADA, ATAU TAMPIL PADA SEGMEN
WAKTU SIARAN KHALAYAK ANAK-ANAK DAN MENAMPILKAN ADEGAN
KEKERASAN, AKTIVITAS SEKSUAL, BAHASA YANG TIDAK PANTAS, DAN
ATAU DIALOG YANG SULIT, WAJIB MENCANTUMKAN KATA-KATA
”BIMBINGAN ORANG TUA” ATAU SIMBOL YANG BERMAKNA SAMA.
MANFAAT KULIAH ETIKA
IP
MKK
Akademik Ilmu dan Keahlian
UNIGA Bidang Profesi
MKU
MATERI KULIAH
1. Studi Kasus Etika Seksual (Masalah poligami,
homoseksual, pergaulan bebas, pelacuran, dll)
2. Studi Kasus Etika Bisnis (Masalah perburuhan,
iklan, MLM, penggunaan formalin, dll)
3. Studi Kasus Etika Lingkungan Hidup (Masalah
pencemaran limbah, pe
4. Studi Kasus Etika Rekayasa Teknologi
(Masalah rekayasa genetika, rekayasa
lingkungan, plastik, dan lain lain)
5. Studi Kasus Etika Komunikasi/ Seni/ Budaya
(Pengaruh TV, Internet, Pornografi, globalisasi)
6. Studi Kasus Etika Politik (pilkada, korupsi,
partai agama, tokoh agama yang berpolitik dll).
PRIVASI
Pengertian Etika Komunikasi
• Etika berpengaruh penting dengan privasi
manusia. Apalagi mengingat saat ini
orang-orang sudah susah untuk membuat
privasinya masing-masing
• Privasi merupakan tingkatan interaksi atau
keterbukaan yang dikehendaki seseorang
pada suatu kondisi atau situasi tertentu.
Tingkatan privasi yang diinginkan itu
menyangkut keterbukaan atau
ketertutupan, adanya keinginan untuk
berinteraksi dengan orang lain, atau justru
ingin menghindar atau berusaha supaya
sukar dicapai oleh orang lain (Dibyo
Hartono, 1986).
• Secara umum, pengertian privasi adalah
Kerahasiaan pribadi (Bahasa Inggris:
privacy) adalah kemampuan satu atau
sekelompok individu untuk
mempertahankan kehidupan dan urusan
personalnya dari publik, atau untuk
mengontrol arus informasi mengenai diri
mereka.
Terdapat sejumlah dilema dalam praktik komunikasi untuk
menerapkan prinsip privasi dalam konten media terutama
menyangkut isu-isu, antara lain: