Aspek Pengendalian Konservasi
Aspek Pengendalian Konservasi
Aspek Pengendalian Konservasi
ANGGIAN WIRASTIKO
(20317767)
YUDISTIRA REGASVILANTO
(26317331)
POKOK PEMBAHASAN
STUDI KASUS
1. ASPEK PENGENDALIAN DESAIN
Dalam upaya konservasi, diperlukkan sebuah aspek pengendali yang berfungsi untuk mengatur maupun
sebagai pedoman dalam pelaksanaan konservasi. Semua kegiatan yang berhubungan dengan konservasi haruslah
sesuai dengan aspek-aspek tersebut.
2. Pemugaran Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan:
a. keaslian bahan, bentuk, tata letak, gaya, dan/atau teknologi pengerjaan;
b. kondisi semula dengan tingkat perubahan sekecil mungkin;
c. penggunaan teknik, metode, dan bahan yang tidak bersifat merusak; dan
d. kompetensi pelaksana di bidang pemugaran.
3. Pemugaran harus memungkinkan dilakukannya penyesuaian pada masa mendatang dengan tetap
mempertimbangkan keamanan masyarakat dan keselamatan Cagar Budaya.
4. Pemugaran yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sosial dan lingkungan
fisik harus didahului analisis mengenai dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
5. Pemugaran Bangunan Cagar Budaya dan Struktur Cagar Budaya wajib memperoleh izin Pemerintah atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.
Konservasi dalam arsitektur memiliki tolak ukur penentuan bangunan cagar budaya, seperti :
1. Umur 4. Kelangkaan 7. Keaslian
2. Estetika 5. Tetenger 8. Nilai Sejarah
3. Kejamakan 6. Keistimewaan 9. Memperkuat Kawasan
Tipe A
Desain keseluruhan bangunan tidak boleh dirubah
Pemeliharaan dan perawatan harus menggunakan material yang sama dengan bangunan asli
Fungsi bangunan tetap
Tipe B
Bagian dalam Gedung cagar budaya boleh diubah selama tidak mengubah struktur utama bangunan
Material renovasi bagian dalam bisa diubah sesuai kebutuhan
Hanya sebagian fungsi bangunan yang bisa diubah
Tipe C
Hanya bagian depan Gedung yang dipertahankan sisanya boleh diubah sesuai dengan keinginan pemilik bangunan
Penambahan bangunan boleh dilakukan dibelakang cagar budaya
Fungsi bangunan bisa diubah sesuai dengan rencana kota.
B. PEDOMAN KARAKTERISTIK KAWASAN MENURUT HAMID SHIRVANI
Dalam bukunya uang berjudul Urban Design Process, Hamid Shirvani menyebutkan
bahwa ada 8 elemen yang membentuk suatu kota, yaitu :
3. Ruang Terbuka
Elemen ini dapat menyangkut elemen keras (hardscape) seperti trotoar, jalan, dsb. dan elemen lunak (softscape) berupa
tanaman, pepohonan, pagar, penerangan, kios-kios, sculpture, jam, dsb.
7. Pendukung Kegiatan
Pendukung kegiatan harus mempertimbangkan fungsi yang dapat menggerakkan aktivitas, seperti area PKL,
pusat perbelanjaan, perpustakaan, taman rekreasi, perkantoran, dsb.
8. Konservasi
Adalah upaya yang dilakukan untuk melindungi situs sejarah selama situs tersebut penting dan signifikan
secara budaya maupun ekonomi.
Beberapa kategori konservasi :
Preservasi
Menjaga dan melestarikan bangunan kuno dari kerusakan, pembongkaran dan perubahan apapun. Dalam
preservasi, elemen asli tidak boleh diganti dengan elemen dengan lainnya.
Konservasi
Suatu strategi atau kegiatan menangani secara preventif terhadap kehancuran bangunan kuno. Memperbaikinya
agar dapat bertahan lebih lama dengan mengganti beberapa elemen yang sudah rusak dengan elemen baru seperti
aslinya.
Rehabilitasi
Mengembalikan bangunan-bangunan kuno yang tidak berfungsi menjadi lebih berfungsi dengan merestorasi
utilitas yang diperlukan dan meningkatkan esensi kegunaanya.
Revitalisasi
Merupakan bagian konservasi melalui pengembangan fungsi. Secara fisik bangunan di konservasi tetapi fungsi
yang dikembangkan biasanya berbeda dengan fungsi aslinya.
Peningkatan
Kegiatan yang dapat meningkatkan nilai, penampilan, tingkat kenyamanan, utilitas yang memenuhi standar
teknis, dan tingkat efisiensi baik secara fisik, sosial budaya, nilai ekonomi bangunan maupun kawasan kota.
2. STUDI KASUS : KAWASAN KOTA LAMA, MANADO
Letak Geografis
Letak geografis dari wilayah penelitian yaitu Kawasan Kota Lama, Manado:
10 29’30’’ Lintang Utara
1240 50’ 30” Bujur Timur
g. Penanda (Signages)
Perpapanan nama/penanda yang terdapat pada setiap segmen berupa papan penanda identitas bangunan,
papan reklame, rambu lalu lintas, dan nama jalan. Sistem pemasangan pun di setiap penanda
bangunan sama, penanda bangunan di pasang dengan cara diletakkan pada bangunan atau dinding
bangunan dengan sedemikian rupa menghadapi arus kendaraan dan jarak tidak lebih dari 15 cm dari
dinding bangunan dan dipasang tegak lurus dari bangunan
h. Konservasi (Conservation)
Kegiatan perlindungan pada suatu bangunan dalam penelitian ini hanya melihat hasil dari penelitian yang
sudah di lakukan Tonapa (2015) mengenai bangunan-bangunan yang layak di konservasi pada Kawasan Kota
Lama. Bangunan yang layak di lakukan pemeliharan dan perlindungan terhadap kerusakan menurut Tonapa
(2015) yakni bangunan Gereja Sentrum dan Tugu Perang Dunia II, Gereja Khatolik Ignatius (Samping
sekolah Don Bosco), bangunan eks. Minahasa Raad, bangunan Bioskop Benteng, Monumen Pendaratan
Batalyon Worang, dan Taman Kesatuan Bangsa.
Terima kasih ~