Titiktikatian

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA, FISIKA

DENGAN AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT


DI SUSUN OLEH
NURTIANSY SYAM G701 17
057
TIKA SURYANINGSIH G701
17162
Subpokok Bahasan
Hubungan struktur, sifat kelarutan dan aktivitas obat

Prinsip ferguson, senyawa berstruktur spesifik dan tidak


spesifik

Hubungan struktur, aspek stereokimia dan aktivitas obat

Hubungan struktur, keadaan ionisasi dan aktivitas obat


Hubungan struktur, sifat kelarutan dan aktivitas obat

Sifat kelarutan pada umumnya berhubungan dengan


kelarutan senyawa dalam media yang berbeda dan
bervariasi diantara dua hal yang ekstrem, yaitu
pelarut polar, seperti air, dan pelarut nonpolar seperti
lemak.

• Gugus-gugus yang dapat meningkatkan


kelarutan molekul dalam air disebut gugus
hidrofilik (lipofobik atau polar).
• Gugus yang dapat meningkatkan kelarutan
molekul dalam lemak disebut
gugus lipofilik (hidrofobik atau nonpola
r).
Senyawa nonpolar bersifat mudah larut
dalam lemak, mempunyai nilai koefisien
partisi lemak/air besar sehingga mudah
menembus membran sel secara difusi
pasif.
AKTIVITAS BIOLOGIS SENYAWA SERI
HOMOLOG

Pada beberapa seri homolog senyawa sukar terdisosiasi,


yang perbedaan struktur hanya menyangkut perbedaan
jumlah dan panjang rantai atom C, intensitas aktivitas
biologisnya tergantung pada jumlah atom C.
Contoh senyawa semi homolog:
1. n-Alkohol, alkilresorsinol, alkilfenol dan alkilkresol
(antibakteri).
2. Ester asam para-aminobenzoat (anestesi setempat).\
3. Alkil 4,4’-stilbenediol (hormon estrogen).
Hubungan kelarutan & aktivitas
antibakteri Hubunngan kelarutan &
aktivitas antibakteri n- alkohol primer
terhadap kuman primer terhadap
kuman Bacillus typhosus (A) &
Staphylococcus aureus (B)

Dari grafik terlihat adanya “garis kejenuhan” (C). Senyawa di bawah garis kejenuhan
menunjukkan bahwa pada kadar tersebut larut jenuhnya dapat berefek antibakteri. Di atas
garis kejenuhan senyawa tersebut tidak mempunyai kelarutan yg cukup untuk memberi efek
antibakteri. Titik potong antara garis aktifitas senyawa seri homolog & garis kejenuhan
tergantung pada daya tahan bakteri. Bakteri yg lebih kebal (resisten) butuh kadar lebih
tinggi utk membunuhnya, sehingga titik potong terjadi lebih awal.
Hubungan jumlah atom C dgn aktivitas antibakteri seri homolog
n-alifatis alkohol
Prinsip ferguson, senyawa berstruktur spesifik dan tidak spesifik

Banyak senyawa kimia dengan struktur berbeda tetapi mempunyai sifat fisik sama, seperti ester,
kloroform dan nitrogen oksida, dapat menimbulkan efek narkosis atau anestesi sistemik. Hal ini
menunjukkan bahwa sifat fisik lebih berperan dibanding sifat kimia.
Fuhner (1904), mendapatkan bahwa untuk mencapai aktivitas sama, anggota seri homolog yang
lebih tinggi memerlukan kadar lebih rendah, sesuai persamaan deret ukur sebagai berikut :

Hal tersebut terjadi pada seri homolog obat penekan sistem saraf pusat, seperti turunan alkohol,
keton, amin, ester, uretan dan hidrokarbon. Perubahan sifat fisik tertentu dari suatu seri homolog,
seperti tekanan uap, kelarutan dalam air, tegangan permukaan dan distribusi dalam pelarut yang
saling tidak campur, kadang-kadang juga sesuai dengan deret ukur.
Senyawa Berstruktur Spesifik & Tidak Spesifik

Senyawa Berstruktur Tidak Spe


sifik Senyawa Berstruktur
Spesifik
Senyawa berstruktur tidak Senyawa berstruktur spesifik
spesifik adalah senyawa dengan adalah senyawa yang
truktur kimia bervariasi, tidak memberikan efeknya dengan
berinteraksi dengan reseptor mengikat reseptor atau
spesifik, dan aktivitas aseptor yang spesifik.
biologisnya tidak secara
langsung dipengaruhi oleh
struktur kimia tetapi lebih
dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia
fisika
Hubungan struktur, aspek stereokimia dan
aktivitas obat

Pada interaksi obat-reseptor ada dua nilai yang sangat penting yang
distribusi muatan elektronik dalam obat dan reseptor, serta bentuk
konformasi obat dan reseptor. oleh karena itu aktivitas obat tergantung
pada tiga faktor struktur yang penting, yaitu :
a. Modifikasi isosterisme
b. Isomer dan aktivitas biologis obat
c. Jarak antar atom dan aktivitas biologis
Modifikasi isosterisme
Pada modifikasi isosterisme tidak ada hukum yang secara umum dapat memperkirakan
apakah akan terjadi peningkatan atau penurunan aktifitas biologis.
Meskipun demikian isosterisme masih layak dipertimbangkan sebagai dasar rancangan obat
dan modifikasi molekul dalam rangka menemukan obat baru.
contoh modifikasi isosterisme :
1. Pergantian gugus sulfida(-S-) pada sistem cincin fenotiazin dan cincin tioxanten, dengan
gugus
etilen (-CH2CH2-), menghasilkan sistem cincin dihidrodibenzazepin dan dibenzosiklo-
heptadien
berkhasiat berlawanan.
2. Turunan dialkiletilamin
R-X-CH2-CH2-N-(R')2
X= O, NH, CH2, S : senyawa antihistamin
X= COO, CONH, COS : senyawa pemblok adrenergik
3. Turunan ester etiltrimetilamonium
4. Obat antidiabetes turunan sulfonamida
5. Prokain dan prokainamid
6. Antimetabolit purin
Isomer dan aktivitas biologis
obat Isomer Geometrik dan Aktivitas Biologis
Isomer geometri atau isomer cis-trans adalah isomer yang
Isomer Optik dan Aktivitas disebabkan adanya atom-atom atau gugus-gugus yang terikat
Biologis secara langsung pada suatu ikatan rangkap atau dalam suatu
Isomer optik (Enantiomorph, sistem alisiklik tersebut membatasi gerakan atom dalam
Optical antipode) adalah isomer mencapai kedudukan yang stabil sehingga terbentuk
yang disebabkan oleh senyawa yang isomer cis-trans.
mempunyai atom C asimetrik.
Isomer Konformasi dan Aktivitas Biologis
Isomer optik mempunyai sifat kimia
Isomer konformasi adalah isomer yang terjadi karena ada
fisika sama dan hanya berbeda
perbedaan pengaturan ruang dari atom-atom atau gugus-
pada kemampuan dalam memutar
gugus dalam struktur molekul obat. Isomer konformasi lebih
bidang cahaya terpolaritas atau
stabil pada struktur senyawa non aromatik.
berbeda rotasi optiknya. Masing-
masing isomer hanya dapat
memutar bidang cahaya Diastereoisomer dan Aktifitas Biologis
terpolarisasi ke kiri atau ke kanan Diastereoisomer adalah isomer yang disebabkan oleh
saja dengan sudut pemutaran senyawa yang mempunyai dua atau lebih pusat atom
sama. asimetrik, mempunyai gugus fungsional sama dan
Isomer optik kadang-kadang memberikan tipe reaksi yang sama pula. Kedudukan gugus-
mempunyai aktivitas biologis yang gugus substitusi terletak pada ruang yang relatif berbeda
berbeda karena ada perbedaan sehingga diastereoisomer mempunyai sifat fisik, kecepatan
dalam interaksi isomer-isomer reaksi dan sifat biologis yang berbeda pula.
dengan reseptor biologis.
Jarak antar atom dan aktivitas biologis

Hubungan antara struktur kimia dengan aktivitas biologis sering


ditunjang oleh konsep kelenturan reseptor. Pada beberapa tipe kerja
biologis, jarak antar gugus-gugus fungsional molekul dapat
berpengaruh terhadap aktivitas biologis obat. Hal ini dapat
diperkirakan dari "jarak identitas" atau jarak antar ikatan-ikatan
peptida struktur protein yang memanjang.
Contoh :
1. Obat parasimpatomimetik
2. Obat kurare
3. Hormon estrogen non steroid
Hubungan struktur, keadaan ionisasi dan aktivitas obat
Ionisasi sangat pentingdalam hubungannya dengan proses penembusan
obat ke dalam membran biologis dan interaksi obat-reseptor. Untuk
dapat menimbulkan aktifitas biologis, pada umumnya obat dalam
bentuk tidak terionisasi, tetapi ada pula yang aktif adalah bentuk
ionnya.
Sebagian besar obat yang bersifat asam
lemah atau basa lemah, bentuk tidak
terionisasinya dapat memberika efek
biologis.

Obat yang Aktif dalam


Bentuk Tidak Terionisasi

Contoh : fenobatbital, turunan asam barbiturat


yang bersifat asam lemah, bentuk tidak
terionisasinya dapat menembus sawar darah
otak dan dapat menimbulkan efek penekan
fungsi sistem saraf pusat dan pernafasan.
Beberapa senyawa obat menunjukkan aktifitas
biologis yang makin meningkat bila derajat
ionisasinya meningkat. Seperti diketahui dalam
bentuk ion senyawa obat umumnya sulit
menembus membrane biologis, sehingga diduga
senyawa obat dengan tipe ini memberikan efek
biologisnya diluar sel.
Obat yang aktif
dalam bentuk
ion Bell dan Robin (1942), memberikan postulat
bahwa aktivitas antibakteri sulfonamide
mencapai maksimum bila mempunyai nilai pKa
6-8. Pada pKa tersebut sulfonamide terionisasi
± 50 %. Pada pKa 3-5, sulfonamia terionisasi
sempurna, dan bentuk ionisasi ini tidak dapat
menembus membrane sehingga aktivitas
antibakterinya rendah.
Hubungan antara aktivitas antibakteri (log
1/C) terhadap Escherichia coli (pada pH =
7) dan nilai pKa dari turunan sulfonamide.

Menurut Cowles (1942), sulfonamide menembus membrane sel


bakteri dalam bentuk tidak terionisasinya, dan sesudah mencapai
reseptor yang bekerja adalah bentuk ion.
Contoh obat yang aktif dalam bentuk ion antara lain adalah turunan
akridin dan turunan ammonium kuarterner.
TRIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai