Etika Profesi Polisi

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

ETIKA PROFESI

POLISI
Muhammad Nur 16410351
Iqbal Zaky 16410373
Muhammad iqbal 16410380
Ardhian Bagas 16410392
Mutia Khairunisa 16410400
Hastu Nuring Yudanti 16410410
Zagarino Bima 16410412
Sherlita Anggun 16410419
Iqbal Dirgantara Hasibuan 16410430
Dennis Rahmat Himawan 16410431
Pengertian Polisi Dasar Hukum
Kepolisian
Menurut Satjipto Raharjo polisi merupakan alat negara yang bertugas memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, memberikan pengayoman, dan memberikan
perlindungan kepada masyarakat.

Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa Kepolisian adalah segala hal-
ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Istilah kepolisian dalam Undang-undang ini mengandung dua pengertian, yakni


fungsi polisi dan lembaga polisi:
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia, fungsi kepolisian sebagai salah satu fungsi pemerintahan
negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan
hukum, pelindung, pengayom dan pelayan kepada masyarakat. Sedangkan
lembaga kepolisian adalah organ pemerintah yang ditetapkan sebagai suatu
lembaga dan diberikan kewenangan menjalankan fungsinya berdasarkan peraturan
perundang-undangan
Peran Kepolisian dalam Penegakan Hukum
di Indonesia

Undang-undang nomor 13 tahun 1961 tentang ketentuan-


ketentuan pokok kepolisian Negara

a. Peranan yang ideal :


Pasal 1 dan 2 yang isinya
“Kepolisian Negara dalam menjalankan tugasnya selalu
menjunjung tinggi hak-hak asasi rakyat dan hukum Negara”.

b. Peranan seharusnya :
Pasal 1 ayat 1 yang isinya adalah :
“Kepolisian Negara Republik Indonesia, selanjutnya disebut
Kepolisian Negara, ialah alat Negara penegak hukum yang
terutama bertugas memelihara keamanan didalam negeri”.
 
Fungsi Kepolisian dalam Penegakan Hukum

Di dalam Undang-undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara


Republik Indonesia peran dan fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia
yaitu:
Fungsi Kepolisian
Pasal 2 :” Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan
Negara di bidang pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegak hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat”.
Pasal 3:
(1) Pengemban fungsi Kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang dibantu oleh :
a. kepolisian khusus,
b. pegawai negri sipil dan/atau
c. bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
(2) Pengemban fungsi Kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf a,b, dan c, melaksanakan fungsi Kepolisian sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar hukum masing-masing.
Tugas dan Kewanangan Kepolisian dalam
Penegakan Hukum

Tugas Pokok Kepolisian


Pasal 13: Tugas Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam UU No.2 tahun 20002 adalah sebagai berikut:
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
b. Menegakkan hukum
c.Memberikan perlindungan,pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat. “, penjabaran tugas Kepolisian di jelaskan lagi apada
Pasal 14 UU Kepolisian RI.

Kewenangan Kepolisian
Pada Pasal 15 dan 16 UU Kepolisian RI adalah perincian
mengenai tugas dan wewenang Kepolisian RI, sedangkan Pasal
18 berisi tentang diskresi Kepolisian yang didasarkan kepada
Kode Etik Kepolisian.
Kode Etik Profesi Polisi
Dalam kode etik profesi polisi didalamnya terdapat prinsip-prinsip etika profesi,
prinsip-prinsipnya tertuang dalam pasal-pasal yang mencakup empat prinsip dibawah
ini:
1.      prinsip Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah salah satu prinsip pokok bagi kaum profesional. prinsip
tanggung jawab ini terdapat pada pasal 2, pasal 3, pasal 5, pasal 9, pasal 13, pasal 15,
pasal 16, dan pasal 20.
2.      prinsip Keadilan
prinsip ini termasuk orang yang profesional agar dalam menjalankan profesionalnya
tidak merugikan hak dan kewajiban pihak tertentu khususnya orang-orang yang
dilayaninya. Mereka juga tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap siapa pun
termasuk orang yang tidak dapat membayar jasa profesionalnya. prinsip ini tertuang
pada pasal 4 dan pasal 10.
3.      prinsip Otonomi
prinsip ini yang dituntut oleh kalangan profesional terhadap dunia luar agar mereka
diberi kebebasan sepenuhnya dalam menjalankan profesinya, prinsip ini tertuang dalam
pasal 8, pasal 14, pasal 18, dan pasal 19.
4.      prinsip Integritas Moral
Orang yang profesional adalah orang yang mempunyai integritas pribadi atau moral
yang tinggi, yang tertuang dalam pasal 1, pasal 6, pasal 7, pasal 11, pasal 12, dan pasal
17.
APA TANTANGAN DAN
HAMBATAN POLRI DALAM
MENJALANKAN PROFESINYA
YANG BERPACU PADA KODE ETIK
PROFESI POLISI?

Tantangan terbesar bagi seorang polisi sebagai penegak hukum


adalah pada godaan atau hasutan oleh pihak tertentu untuk
mempengaruhi moralitas polisi sehingga menerima suap atau dalam
bentuk pelanggaran lainnya. Hal ini kaitannya dengan prinsip-prinsip
dalam kode etik Kepolisian yaitu prinsip tanggung jawab dan prinsip
integritas moral. Tantangan profesi kepolisian yang lainnya adalah
keberadaannya yang masih dianggap oleh sebagian masyarakat
sebagai penegak hukum yang sifatnya antagonis. Sementara polisi
diperhadapkan dengan tugasnya untuk mengayomi masyarakat, untuk
selalu bersikap sabar, patuh dan bisa diajak komunikasi maka sosok
lembut yang ditampilkan
BAGAIMANA BENTUK-BENTUK
PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI
POLRI?
•Meninggalkan tugas secara tidak sah selama dari (tiga puluh) hari
berturut-turut.
Setiap pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi dikenakan sanksi moral yang
disampaikan dalam bentuk putusan Sidang Kode Etik Polri secara tertulis
kepada terperiksa ( Pasal 11 ayat 3 dan Pasal 12 ayat 1 Kode Etik Profesi
Polri). Bentuk sanksi moral yang dijatuhkan dapat berupa pernyataan putusan
yang menyatakan tidak terbukti atau pernyataan putusan yang menyatakan
terperiksa terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri.

•Melakukan perbuatan dan berperilaku yang dapat merugikan dinas


Polri.
Apabila tingkat pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Polri termasuk
dalam kualifikasi pelanggaran berat dan dilakukan berulangkali, maka
kepada terperiksa dapat dijatuhi sanksi dinyatakan tidak layak untuk
mengemban profesi/fungsi kepolisian.
BAGAIMANA REALITAS PENEGAKAN
HUKUM KODE ETIK PROFESI POLISI
TERHADAP ANGGOTA POLRI YANG
MELAKUKAN TINDAK PIDANA?
Dalam realitasnya terdapat perkara tindak pidana yang dilakukan
oleh beberapa oknum polisi yang mana terkait dengan tindak pidana
korupsi, narkotika, pemerkosaan dan penganiayaan. Contoh kasus
tindak pidana penganiayaan yang dilakukan oleh AKBP Yusuf karena
menendang ibu-ibu dan memukul seorang anak di "minimarket"
Selindung, Bangka. Tindakan tersebut dilakukan karena anak tersebut
melakukan tindak pidana pencurian. Dalam kasus tersebut AKBP
Yusuf telah melanggar pasal Pasal 7 Perkapolri 14/2011 Pasal 28 ayat
2 Perkapolri 14/2011, dan Pasal 22 ayat (1) Perkapolri 14/2011.
Berdasarkan Pasal 354 ayat (1) yang mana mengatur mengenai
penganiayaan berat dengan ancaman hukuman 8 tahun penjara,
adanya pasal 354 tersebut menyiratkan bahwa terlah terpenuhinya
unsur Pasal 22 ayat (1) Perkapolri 14/2011.
Dengan demikian, walaupun si oknum polisi sudah dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap,
oknum polisi tersebut baru dapat diberhentikan dengan tidak hormat
apabila menurut pertimbangan pejabat yang berwenang dia tidak
dapat dipertahankan untuk tetap berada dalam dinas kepolisian.
Pemberhentian anggota kepolisian dilakukan setelah melalui sidang
Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Pasal 12 ayat [2] PP 1/2003). Maka, walaupun anggota polisi juga
merupakan warga sipil, tetapi terdapat perbedaan proses penyidikan
perkaranya dengan warga negara lain karena selain tunduk pada
peraturan perundang-undangan, anggota polri juga terikat pada aturan
disiplin dan kode etik yang juga harus dipatuhi.

Anda mungkin juga menyukai