Pemeriksaan Fisik Dehidrasi, Odem, Kurang Mineral

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

PEMERIKSAAN FISIK

DEHIDRASI, ODEM, KURANG


MINERAL
T. Pangandaheng
Defenisi

Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah


cairan yang keluar lebih banyak dari pada jumlah cairan
yang masuk (Sri Ayu Ambarwati, 2003)
Dari perngertian di atas dapat disimpulkan bahwa
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan
atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran
air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum).
Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan
gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.
DEHIDARASI DAPAT TERJADI KARENA
 Kekurangan zat natrium
 Kekurangan air

 Kekurangan natrium dan air


ETIOLOGI
Dehidrasi
• Perdarahan

• Muntah

• Diare

• Hipersalivasi

• Fistula

• Ileustomy (pemotongan usus)

• Diaporesis (keringat berlebihan)

• Luka bakar

• Puasa

• Terapi hipotonik

•  Suction gastrointestinal (cuci lambung)


Dehidrasi hipotonik 
  Penyakit DM

  Rehidrasi cairan berlebih

  Mal nutrisi berat dan kronis

Dehidrasi hipertonik
  Hiperventilasi

  Diare air

  Diabetes Insipedus ( hormon ADH menurun )

  Rehidrasi cairan berlebihan

  Disfagia

  Gangguan rasa haus

  Gangguan kesadaran

   Infeksi sistemik : suhu tubuh meningkat


Jenis-Jenis Dehidrasi

 Dehidrasi hipertonik yaitu berkurangnya cairan berupa


hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi
hipertonik). Dehidrasi hipertonik ditandai dengan
tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145
mmol/liter) dan peningkatan osmolalitas efektif serum
(lebih dari 285 mosmol/liter).
 Dehidrasi isotonik atau hilangnya air dan natrium
dalam jumlah yang sama. Dehidrasi isotonik ditandai
dengan normalnya kadar natrium serum (135-145
mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (270-285
mosmol/liter).
 Dehidrasi hipotonik hilangnya natrium yang lebih
banyak dari pada air. Dehidrasi hipotonik ditandai
dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135
mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari
270 mosmol/liter.
GOLONGAN DEHIDRASI
 Dehidrasi ringan ( < 5 %) kehilangan cairan dan
elektrolit Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh
5 persen dari berat badan).
 Dehidrasi sedang ( 5- 8 %) kehilangan cairan dan
elektrolit dehidrasi sedang (jika penurunan cairan tubuh
antara 5-10 persen dari berat badan).
 Dehidrasi berat ( > 8 %) kehilangan cairan dan
elektrolit dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh
lebih dari 10 persen dari berat badan).
EDEMA
 Dalam keadaan normal cairan tubuh berada dalam
keseimbangan. Oleh karena suatu sebab keseimbangan
cairan tubuh dapat mengalami gangguan. Secara garis
besar cairan tubu8h terbagi atas dua, yaitu edema
(hipervolemik) dan dehidrasi (hipovolemik).
 Edema adalah penimbunan cairan berlebihan dianatara
sel-sel tubuh atau didalam berbagai rongga tubuh
(Robbins dan Kumar, 1995). Edema disebut juga dengan
efusi, asites. Penanaman penimbunan cairan ini
bergantung pada lokasi dimana edema itu tejadi. Edema
dapat terjadi secara lokal maupun umum.edema lokal
disebut juga edema pitting, sedangkan edema umum
disebut edema anasarka.
 Edema adalah akumulasi berlebihan fluida interstitial,
yang menyebabkan pemengkakan jaringan. Salah satu
krakteristik edema adalah ‘petting’. Jika kulit pada
daerah eema ditekan dengan jari, maka akan terbentuk
lekukan (pit) yang menteap sekitar 30 detik.
ADA LIMA MEKANISME YANG
BERHUBUNGAN SECARA UMUM
1. Peningkatan tekanan hidrostatistik kapiler. Penyebab
paling umum dari peningkatan tekan kapiler adalah
gagal jantung kongestif dimana peningkatan tekanan
vena sistemik dikombinasi dengan peningkatan volume
darah. Manifestasi ini adalah karakteristik untuk gagal
ventrikel kanan, atau gagal jantung kanan. Gagal jantung
kiri dapat juga menimbulkan peningkatan tekanan
kapiler paru.
 Penyebab lain dari peningkatan tekanan hidrostatik
adalah gagal ginjal danga peningkatan volume darah
total, peningkatan kekuatan gravitasi akibat berdiri lama,
kerusakan sirkulasi vena, dan obstruksi hati.
2. Vasodilatasi/ peningkatan permeabilitas kapiler.
Kerusakan langsung pada pembuluh darah, seperti pada
traum dan luka bakar, dapat menyebabkan peningkatan
permeabilitas hubungan endotelium. Edema lokal dapat
terjadi pada respons terhadap alergen, seperti sengatan
lebah.
3. Penurunan tekanan osmotik koloid. Bila protein plasma
didalam darah menipis, kekuatan kedalam menurun,
yang memungkinkan gerakan kedalam jaringan. Ini
menimbulakan akumulasi cairan dalam jaringan dengan
penurunan volume plasma sentral.
4. Obstruksi limfatik. Penyebab paling umum dari
obstruksi limfatik adalah pengangkatan limfo nodus dan
pembuluh darah melalui pembedahan untuk mencegah
penyebaran keganasan.
5. Kelebihan natrium atau air tubuh. Pada gagal jantung
kongestif, dan curah jantung menurun pada saat
kekuatan kontraksi menurun. Untuk mengkompensasi,
peningkatan jumlah aldosteron menyebabkan retensi
natrium dan air.
ORGAN-ORGAN TUBUH MEMILIKI RUANG INTERSTISIAL
DI MANA CAIRAN MENUMPUK.
JENIS EDEMA

1. Edema non-pitting
 Edema non-pitting terlihat pada area lipatan kulit yang
longgar seperti ruang periorbital pada wajah. Edema
non-pitting dapat terjadi setelah trombosis vena,
khususnya vena superficial. Edema persisten
menimbulkan perubhan trifik pada kulit. Perubahan ini
dapat berlanjut sampai dermatitis statis dan ulkus yang
sembuhnya sangat lambat.
 Edema ekstraseluler (pitting edema)
Edema pitting mengacu pada perpindahan
atau menyingkirnya air interstitial oleh
tekanan jari pada kulit, yang
meninggalkan cekungan. Setelah tekanan
dilepas, memerlukan beberapa menit
bagi cekungan ini untuk kembali pada
keadaaan semula.
TERIMA KASIH
Tugas Kelompok Mineral
Buat ppt dan presentasi
1. Kalsium

2. Zat Besi

3. Magnesium

4. Fosfor

5. Kalium

6. Klor

7. Natrium

8. Yodium

Materi dapat diunduh di google class

Anda mungkin juga menyukai