Patofisiologi Demensia
Patofisiologi Demensia
Patofisiologi Demensia
DEMENSIA
Patofisiologi demensia masih belum diketahui secara pasti hingga
saat ini. Secara umum terjadi berbagai proses molekular yang
menyebabkan hilangnya hubungan sinaps, kematian dan disfungsi
sel otak, gliosis, serta inflamasi.
Demensia → Kematian sel-sel saraf dan kerusakan komunikasi sel
saraf di dalam otak.
Perjalanan penyakit pada demensia adalah awitan (onset)
yang dimulai pada usia 50 dan atau 60-an dengan
perburukan yang bertahap dalam 5 atau 10 tahun, yang
akhirnya menyebabkan kematian.
PATOFISIOLOGI
DEMENSIA
• F.M. Elahi, B.L. Miller, A clinicopathological approach to the diagnosis of dementia, Neurol, 2017, 13.
• A.S. Castro, I.A. Echeverria, C.M. Bonilla, Molecular pathogenesis of Alzheimer’s disease: an update, Ann Neurosci, 2017, 24(1) 46-54. 9
PATOFISIOLOGI
ALZHEIMER
Alzheimer memiliki karakteristik neuropatologikal seperti hilangnya neuronal
selektif dan sinaps, adanya plak neuritis yang mengandung peptida Aβ dan
neurofibrillary tangles (NFTs) yang membentuk hiperfosforilasi dari protein tau.
Akumulasi Aβ (khususnya Aβ42 peptida) pada otak merupakan inisiasi terjadinya
disfungsi neuron, neurodegenerasi, dan dementia. Peningkatan Aβ42 lebih sering
mengalami agregasi dan membentuk fibril yang bersifat neurotoksik.
DEMENSIA VASKULAR
Pada demensia vaskuler menghasilkan efek fokal atau difus pada otak dan
menyebabkan penurunan kognitif.
Hipertensi dan penuan merupakan faktor risiko yang kuat pada demensia vaskular. Hal
ini disebabkan hilangnya elastisitas di 6 dinding arteri dan pengerasan pembuluh darah,
tetapi bagaimana faktor-faktor ini dapat berkontribusi terhadap disfungsi otak dan
kerusakan masih harus diteliti lebih lanjut.
Faktor risiko demensia vaskular yang utama adalah disfungsi dan kerusakan endotel,
yang pada akhirnya, dapat menyebabkan disfungsi neurovaskular, peningkatan
permeabilitas Blood Bare Barrier (BBB), dan trombosis mikrovaskular.