Kalimat Efektif

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

KALIMAT EFEKTIF

• Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan pesan,


gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan penutur atau penulis
secara singkat, jelas dan tepat sehingga dapat dipahami oleh
pendengar atau pembaca secara tepat pula sesuai dengan maksud
pembicara atau penulis.
• Jelas berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Singkat
berarti hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata. Tepat
berarti sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang
baik, yaitu strukturnya benar, pilihan kata (diksi) yang tepat, hubungan
antar bagiannya logis dan ejaannya harus benar.
• Ciri-ciri Kalimat Efektif
Untuk dapat mencapai keefektifan suatu kalimat, kalimat efektif harus memiliki
minimal ciri-ciri sebagai berikut:
1. Korehensi/Kepaduan.
2. Kesatuan Gagasan.
3. Keparalelan.
4. Kesejajaran.
5. Kehematan.
6. Penekanan/Penegasan.
7. Kecermatan.
8. Kevariasian.
9. Kelogisan
1. Koherensi / kepaduan.

Kepaduan ialah informasi yang disampaikan itu tidak terpecah-pecah. Kalimat tidak bertele-tele dan harus sistematis.

Kalimat yang padu menggunakan pola aspek- agen-verbal atau aspek-verbal-pasien. Diantara predikat kata kerja dan objek

penderita tidak disisipkan kata daripada/tentang.

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kerusakan koherensi yaitu:

1) Tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat.

Benar :  Saudara saya yang paling kecil kemarin sore menendang bola di lapangan,

dengan sekuat tenanganya.

Salah : Saudara saya yang paling kecil menendang dengan sekuat tenaganya

kemarin sore di lapangan bola.

2) Salah mempergunakan kata-kata depan, kata penghubung dan sebagainya

Benar : mengharapakan belas kasihan

Salah : mengharapkan akan belas kasihan


3) Pemakaian kata, baik karena merangkaikan dua kata yang maknanya tidak

tumpang tindih, atau hakikatnya mengandung kontradiksi.

Contoh: Banyak para peninjau yang menyatakan bahwa perang yang sedang

berlangsung itu merupakan Perang Dunia di Timur Tengah (atau banyak peninjau

atau para peninjau; makna banyak dan para tidak tumpang tindih).

4) Salah menempatkan keterangan aspek (sudah, telah, akan, belum, dsb) pada kata kerja

tanggap.

Contoh:

Baik : Saya sudah menonton film itu hingga tamat.

Kurang Baik : Saya sudah nonton film itu hingga tamat.

Tidak Baik : Film itu saya sudah tonton hingga tamat.


2. Kesatuan Gagasan

Kalimat efektif harus memiliki kesatuan gagasan dan mengandung satu ide pokok (satu pengertian lengkap). Kalimat

dikatakan memiliki kesatuan gagasan jika memiliki subjek, predikat dan fungsi-fungsi kalimat lainnya saling mendukung dan

membentuk kesatuan tunggal.

Dengan demikian, kalimat haruslah mengandung unsur subjek dan predikat sebagai unsur inti sebuah kalimat. Kehadiran

unsur-unsur lain (objek, pelengkap, ataupun keterangan) hanyalah sebagai tambahan bagi unsur inti.

Contoh: Kalimat yang jelas kesatuan gagasannya.

a. Kita merasakan dalam kehidupan sehari-hari, betapa emosi itu sering kali merupakan tenaga pendorong yang amat kuat

dalam tindak kehidupan kita (Kesatuan Tunggal).

b. Dia telah meninggalkan rumahnya jam enam pagi dan telah berangkat dengan pesawat satu jam yang lalu (Kesatuan

Gabungan).

c. Ayah bekerja di perusahaan pengangkutan itu, tetapi ia tidak senang dengan pekerjaan itu. (kesatuan yang mengandung

pertentangan).

d. Kau boleh menyusul saya ke tempat itu, atau tinggal saja disini (kesatuan pilihan).
3. Keparalelan

Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, jika kata kerja, harus kata kerja

semuanya; jika kata benda harus kata benda semuanya.

Contoh:

Salah: Harga bensin disesuaikan atau kenaikkan secara bertahap.

Benar : Harga bensin disesuaikan atau dinaikkan secara bertahap.

4. Kesejajaran

Kesejajaran adalah penggunaan bentuk- bentuk yang sama pada kata-kata yang paralel. Agar kalimat terlihat rapi dan

bermakna sama, kesejajaran dalam kalimat diperlukan.

Contoh:

Salah : Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang, busuknya makanan dan jika

hewan yang diletakkan di dalam bagasi tiba-tiba mati.

Benar : Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen,kerusakan ba rang, kebusukan makanan

dan kematian hewan.
5. Kehematan
Kehematan adalah penggunaan kata-kata secara hemat, tetapi tidak mengurangi makna atau mengubah informasi.
Ada beberapa cara melakukan penghematan:
1) Menghilangkan pengulangan subjek.
2) Menghindarkan pemakaian superordinatpada hiponimi kata.
3) Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
4) Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
1) Menghilangkan pengulangan subjek.
Salah : Karena Nina tidak diundang, Nina tidak datang ke tempat itu.
Benar : Karena tidak diundang, Nina tidak datang ke tempat itu.
2) Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Contoh :
Salah : Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Benar : Di mana engkau menangkap pipit itu?
3) Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Contoh :
Salah : Roni sudah naik ke atas gunung sejak pagi tadi.
Benar : Roni sudah naik gunung sejak pagi tadi.
4) Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh :
Salah : Para tamu-tamu memasuki aula pertemuan.
Benar : Para tamu memasuki aula pertemuan.
6. Penekanan / ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok
kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau
penegasan pada penonjolan itu.
Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat, yaitu :

1) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).

2) Membuat urutan kata yang bertahap

3) Melakukan pengulangan kata (repetisi).

4) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan

5) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).

1) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).

Contoh: Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

2) Membuat urutan kata yang bertahap

Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.

3) Melakukan pengulangan kata (repetisi).

Contoh: Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

4) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.

Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.

5) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).

Saudaralah yang bertanggung jawab.


7. Kecermatan
Cermati adalah kalimat yang dihasilkan tidak menimbulkan tafsir ganda dan harus tepat diksinya. Prinsip
kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Agar tercapai kecermatan dan ketepatan diksi,
harus memperhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini :
1) Hindari penanggalan awalan
2) Hindari peluluhan bunyi/ c /
3) Hindari bunyi / s /, / p /, / t /, dan/ k / yang tidak luluh
4) Hindari pemakaian kata ambigu
Contoh kalimat ambigu, atau kalimat yang mengandung ambiguitas sebagai berikut:
Mayat itu diloncati kucing hidup.
Kalimat tersebut bisa berarti:
Mayat diloncati oleh kucing hidup.
Mayat diloncati kucing kemudian hidup.
Habib berenang di laut mati.
Habib berenang di laut yang namanya laut mati.
8. Kelogisan

Kelogisan adalah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang

berlaku.

Contoh :

Salah : Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.

Benar : Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini.

Kesalahan-kesalahan dalam menyusun kalimat efektif

1. Pleonastis

2. Kontaminasi

3. Salah pemilihan kata

4. Salah nalar

5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)


1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu.
Contoh:
a. Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.
b.Kita harus saling tolong-menolong.
Kalimat ini seharusnya: Kita harus saling menolong
atau : Kita seharusnya tolong-menolong.
2. Kontaminasi
Contoh : Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Seharusnya : Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan.
3. Salah pemilihan kata

Contoh : Saya mengetahui kalau ia kecewa.

Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.

4. Salah nalar

Contoh : Bola gagal masuk gawang.

Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.

5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)

Contoh : Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.

Seharusnya: Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja

Bahasa daerah

Contoh : Anak-anak sudah pada datang.

Seharusnya: Anak-anak sudah datang.

Anda mungkin juga menyukai