Komter Pada Tenaga Kesehatan

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 40

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA TENAGA

KESEHATAN

Sri Mulyani

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS JAMBI
2020
LATAR BELAKANG

Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan mempengaruhi


kepuasan pasien
Ukuran utama penilaian mutu adalah sikap dan perilaku pelayanan

yang ditampilkan oleh petugas


Perilaku dan sikap baik dari ptugas kesehatan dapat menutupi
kekurangan sarana dan prasarana pada pelayanan kesehatan
LATAR BELAKANG

Dunia medis menggunakan teknik komunikasi sebagai alat


untuk membantu dalam mempercepat penyembuhan pasien
Komunikasi merupakan hal penting dalam penyampaian
pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Kemampuan berkomunikasi sangatlah dekat dengan profesi

terapis, dan karenanya mereka harus memberikan layanan


kepada pasien tanpa meminta imbalan apapun.
Keterampilan komunikasi dengan pasien dan

pencapaian komunikasi terapeutik positif adalah


bagian penting dan integral dari perawatan kesehatan
modern, serta profesi keperawatan secara keseluruhan
Dalam konteks kesehatan, komunikasi dikenal

sebagai komunikasi terapeutik.


Komunikasi terapeutik digunakan oleh sejumlah tenaga kesehatan
Pasal 11 UU No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan, yang

dikelompokkan dalam tenaga kesehatan adalah tenaga medis,


tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan,
tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga
kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga terapi fisik, tenaga
keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan
tradisional, dan tenaga kesehatan lain..
PENGERTIAN

Komunikasi merupakan suatu proses melalui


seseorang (komunikator) menyampaikan


stimulus dengan tujuan mengubah atau
membentuk perilaku orang lain (komunikan).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi

yang direncanakan secara sadar dan


bertujuan dan kegiatannya difokuskan
untuk kesembuhan pasien, dan merupakan
komunikasi profesional yang mengarah
pada tujuan untuk penyembuhan pasien.
KOMUNIKASI DOKTER DAN PASIEN

 Pasal 1 Undang-undang No. 29 Tahun 2004 Tentang


Praktik Kedokteran, definisi pasien adalah setiap
orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan
yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada dokter atau dokter gigi
 Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi antar pribadi
 Komunikasi antarpribadi terjadi antara minimal dua orang

atau lebih terhubung dengan cara tertentu


 Komunikasi antarpribadi merujuk pada proses pengiriman

dan penerimaan pesan antara dua individu atau antar


individu dalam kelompok dan terdapat dampak dan umpan
balik dari proses tersebut
 Komunikasi antar pribadi dalam dua kelompok, yaitu
komunikasi antar pribadi dan non antarpribadi
- Komunikasi antar pribadi merujuk pada aturan
yang berkonteks psikologis, yaitu kesepakatan antara
dua orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut
- non-antarpribadi  merujuk pada aturan kultural dan
sosiologis
 Komunikasi dokter-pasien:
non-antar pribadi
 merujuk pada aturan kultural
dan sosiologis
 Reaksi dokter dengan pasien, dirujuk pada peran masing-
masing, atau keanggotaan dalam kelompok sosialnya.
 Seorang dokter, memiliki pola-pola perilaku, nilai, norma
serta aturan dalam berkomunikasi, begitu juga pasien.
 Cara seseorang berkomunikasi dapat diprediksi karena
masing-masing memegang aturan dalam kelompok
perannya tersebut. Keduanya secara secara timbal balik
mengatur pertukaran pesan berdasarkan aturan
kelompoknya.
Panduan Komunikasi Dokter-Pasien
1. Calgary-Cambridge Observation Guide (CCOG), yang
ditemukan oleh Suzanne Kurtz dkk tahun 2005.
- Menggambarkan proses interaksi dokter dengan pasien.
- Mengevaluasi komunikasi dokter-pasien.
Detail dan sangat teknis, yaitu terdiri dari 56 poin

(6 kategori dalam proses konsultasi rutin dan 15 poin


opsional ketika memberikan penjelasan dan perencanaan
. Mendukung fokus pada komunikasi nonverbal
Panduan Komunikasi Dokter-Pasien
2. SPIKES yang ditemukan oleh Walter F. Baile dkk.
(Baile et al., 2000).
 Berfokus pada bagaimana dokter
menyampaikan kabar buruk pada pasien dan
keluarganya
 Berfokus pada pentingnya mendengarkan
(Murdoch et al., 2019)
SPIKES meliputi enam langkah

1.setting up the interview (persiapan wawancara dengan

pasien)
2.perception (memahami sudut pandang pasien)

3.invitation (memahami harapan keingintahuan pasien)

4. knowledge (menginformasikan pada pasien)

5. emotion (memahami dan merespons dengan tepat emosi

pasien)
6.strategy and summary (mendiskusikan pilihan tata laksana

dan tindakan lebih lanjut)


3. teknik Komunikasi Terapeutik dari Gail
Wiscarz Stuart dan Sandra J. Sundeen (Stuart
& Sundeen, 1995, 2007).
1.Tahap persiapan/pra interaksi

2.Tahap perkenalan/orientasi

3.Tahap kerja

4.Tahap terminasi
Tahap persiapan dan tahap perkenalan yang
dikemukakan oleh Gail Wiscarz Stuart dan Sandra J.
Sundeen (Stuart & Sundeen, 1995, 2007)
Dua proses awal ini dapat dikategorikan pada tahap

menginisiasi sesi dan tahap pengumpulan informasi.


Tahap kerja dan tahap terminasi dapat disetarakan

dengan pemeriksaan fisik, penjelasan dan perencanaan,


serta menutup sesi pertemuan pada konsep CCOG.
Tahapan SPIKES, tahap persiapan dan perkenalan

yang dikembangkan oleh Stuart dan Sundeen dapat


dikelompokkan dalam tiga tahap pertama SPIKES:
• SPI: Setting up the interview (persiapan

wawancara dengan pasien)


• Perception (memahami sudut pandang pasien)

• Invitation (memahami harapan keingintahuan

pasien)
Pada tahap kerja dan tahap terminasi, meskipun
tidak setara, dapat dikelompokkan dalam langkah
SPIKES terutama di tiga langkah terakhir yaitu KES:
• menginformasikan pada pasien

• memahami dan merespons dengan tepat emosi

pasien
• mendiskusikan pilihan tata laksana dan tindakan

lebih lanjut.
Beberapa penelitian menyarankan bahwa komunikasi
terapeutik sebaiknya dilakukan oleh orang yang benar-benar
ahli di bidang komunikasi agar menghindarkan anggapan
pasien bahwa mereka sebagai bahan percobaan dalam
perawatan.
Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti juga diperlukan

untuk menghindari kesalahpahaman.


Empat fase komunikasi terapeutik wajib dijalankan oleh terapis

sebelum melakukan terapi, dan terapis sebaiknya


mengutamakan kebutuhan pasien.
Peningkatan kepuasan personal dan profesional
dari pasien akan membuat dokter dan pasien
bahagia.
Pelayanan yang baik, sangat diharapkan dan

bahkan menguntungkan semua pihak.


Dalam konteks kesehatan sangat perlu

diperhatikan etika dalam melakukan praktik


kedokteran atau pelayanan kesehatan.
KOMUNIKASI PERAWAT - PASIEN

Komunikasi perawat dalam memberikan asuhan


keperawatan tidak terlepas dari (sikap dan perilaku)
yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien
Komunikasi therapeutic merupakan suatu kewajiban

yang harus dilakukan oleh perawat dalam upaya


menjalankan peran dalam proses penyembuhan atau
pemulihan kondisi pasien
Keluhan yang sering disampaikan pasien yang tidak puas:

Kurangnya komunikasi dari perawat dan ketidak jelasan akan proses


perawatan
Mengeluhkan lamanya waktu menunggu perawat setelah proses masuk
ruangan perawatan
Lamanya perawat menjawab panggilan pasien
Sikap perawat yang tidak bersahabat
- Kurang memberikan pendidikan kesehatan untuk perawatan
dirumah
- Perawat kurang perhatian
- Perawat tidak menjelaskan tentang program pengobatan dan proses
penyakit
Keuntungan perawat yang memiliki ketrampilan
berkomunikasi secara terapeutik Menurut Profesor
Achir Yani (2014)
Mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien

Mencegah terjadinya masalah legal,

Memberikan kepuasan professional dalam pelayanan

keperawatan,
Meningkatkan citra profesi keperawatan dan rumah

sakit.
Empat aspek dalam komunikasi therapeutic
1. aspek kesejatian
2. aspek empati
3. aspek respek atau hormat
4. aspek konkret
Semakin tinggi setiap aspek maka akan semakin
tinggi pula komunikasi terapeutik yang terjalin.
Komunikasi therapeutic berupa verbal dan non verbal
Hambatan yang sering terjadi dalam
komunikasi perawat-pasien:
1. Bahasa yang dipergunakan perawat tidak

jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu


2. Pesan yang disampaikan belum jelas bagi

perawat
3. Perawat dalam berkomunikasi dipengaruhi

oleh perasaan dan situasi emosional


Dampak buruk komunikasi yang tidak baik:
 Menimbulkan kesalahpahaman antara perawat dengan

pasien
 Keluarganya dan pasien tidak puas

 Pasien dapat melakukan tindakan-tindakan yang dapat

menghambat kerja petugas kesehatan


 Pasien tidak mau kembali ke instalasi karena

ketidakpuasan
 Pasien merasa sia-sia telah mengeluarkan biaya demi

kesembuhannya
 Kepuasan pasien merupakan tujuan pelayanan
kesehatan.
 Manfaat pelayanan terbaik bagi pelanggan adalah
pelanggan puas dan interaksi positif.
Manfaat mengetahui kepuasan pasien dalam menerima
pelayanan kesehatan:
 Mengetahui untuk menentukan kualitas dan mutu

pelayanan kesehatan
 Memahami kebutuhan dan keinginan pasien

 Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga

karena akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa


pilihannya
Dampak jika pasien tidak puas terhadap pelayanan
perawat  mereka akan memberitahukan dua kali lebih
hebat kepada orang lain tentang pengalaman buruknya.

Upaya menciptakan dan mengelola suatu system untuk


memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan
mempertahankan pasiennya
KOMUNIKASI BIDAN-PASIEN

 Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memberikan


pelayanan secara optimal kepada pasiennya. Salah satu
tugas bidan adalah memberi bantuan persalinan kepada
pasien yang membutuhkan
 Dalam memberikan pelayanan bidan memiliki standar
praktek yang merupakan pola/tuntunan bagi
anggotannya didalam memberikan pelayanan
kebidanan.
 Standar praktek pelayanan berbentuk prosedur tetap
untuk pelayanan antenatal (sebelum persalinan),
intranatal (persalinan) dan nifas secara normal,
pelayanan keluarga berencana dan untuk pelayanan
kebidanan dengan kasus patologis (darurat)
 .
Tugas bidan antara lain adalah memberikan bimbingan,
asuhan dan penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan,
nifas dan menolong persalinan dengan tanggung
jawabnya sendiri serta memberikan asuhan pada bayi
baru lahir.
Pelayanan dalam praktek kebidanan berdasar Pasal 46
ayat (1) meliputi:
1. Pelayanan kesehatan ibu
2. Pelayanan Kesehatan anak
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana
4. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan
wewenang
5. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan
tertentu.
Dua macam hubungan yang lahir dari pelayanan praktek
kebidanan:
1. Hubungan Hukum
terjadi antara bidan dan pasien adalah suatu perikatan
yang melahirkan hak dan kewajiban di masing-
masing pihak.
Kewajiban bidan adalah memberikan pelayanan
kebidanan, hal ini adalah hak dari pasien. Sedangkan
hak bidan yang merupakan kewajiban pasien adalah
memberikan imbalan jasa..
2. Hubungan Terapeutik
Merupakan satu set iklim atau situasi yang diciptakan
diantara orang-orang yang memerlukan dan
memberikan bantuan dalam setting pelayanan
kesehatan untuk mencapai suatu tujuan tertentu

Komunikasi Terapeutik
Komunikasi Terapeutik bidan-pasien:
Hubungan interpesonal antara bidan dengan pasien,
dalam hubungan ini bidan dan pasien memperoleh
pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki
pengalaman emosional pasien
Komunikasi Terapeutik bidan-pasien:
 Membantu pasien beradaptasi terhadap stres

 Mengatasi gangguan psikologis,

 Mengatasi gangguan belajar

 Belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.

 Bidan dan pasien memperoleh pengalaman belajar

bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman


emosional pasien.
 Dalam komunikasi terapeutik bidan berperan sebagai
komunikator untuk menyampaikan informasi tentang kondisi
pasien yang secara medis telah diperiksa oleh bidan.
 Pasien sebagai komunikan akan menerima informasi mengenai
kondisinya dari bidan.
 Pada saat bidan menjadi komunikan maka bidan akan menerima
informasi tentang apa saja yang dirasakan oleh pasien mengenai
kondisi tubuhnya yang dirasakannya, pasien disini menjadi
komunikator.
 Apabila komunikasi tersebut dapat terjalin dengan baik maka
risiko persalinan dan masalah kesehatan terkait kebidanan dapat
dihindarkan.
 Penelitian Yusnita (2012), ada hubungan antara komunikasi
teurapetik bidan dengan kecemasan ibu bersalin di ruang
kebidanan dan bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Pidie Tahun 2012 (P value = 0.004)..

Anda mungkin juga menyukai