Atresia Ani, Hisprung Baru

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 70

KEPERAWATAN ANAK DENGAN ATRESIANI

DISAMPAIKAN
OLEH
Suswinda yuli sutomo
DIFINISI
Atresiani adalah kelainan
kongenital pd anus dan rectum
dimana pembentukan anus tidak
terbentuk dan akhir lubang
rectum buntu

Atresiani adalah tidak komplitnya


perkembangan embrionik pd
distal anus atau tertutupnya
anus secara abnormal
ETIOLOGI
Secara pasti belum diketahui
dengan jelas
Merupakan anomali
gastrointestinal dan genitourinaria.
PATOLOGI :
Terdapat dua tipe, yaitu letak tinggi
yg mana terdapat penghalang diatas
otot levator ani. Tipe letak rendah
adalah adanya pengahalang
dibawah otot levator ani
Terjadi stenosis anal krn adanya
penyempitan pada kanal anorektal
Terjadi atresia ani krn tidak ada
kelengkapan migrasi dan
perkembangan struktur kolon antara
7 dan 10 minggu dlm perkembangan
fetal
Terusannya PATOLOGI :
Tidak ada pembukaan usus besar
yg keluar anus menyebabkan fecal
tdk dpt dikeluarkan shg intestinal
mengalami obstruksi
KOMPLIKASI
Obstruksi intestinal

MANIFESTASI KLINIK
Kegagalan lewatnya mekonium setelah
lahir
Tidak ada stenosis kanal rectal
Adanya membran anal
Fistula eksternal pd perineum
Bayi muntah-muntah pd 24 – 48 jam
setelah lahir
PEMERIKSAAN DIAKNOSTIK
 Pemeriksaan fisik rectum:
kepatenan rectal dapat dilakukan
colok dubur dng menggunakan
termometer atau jari kelingking

 Pada memeriksaan radiologi dng


posisi tegak serta terbalik dpt
dilihat sampai dimana terdapat
penyumbatan

 Ultrasound dan CT Scan untuk


menentukan irsi.
PENATA LAKSANAAN
 Stenosis ani
 Anus membraencus
 Pembedahan :
a.Kolostomy, tranversum
kolost
b.Sigmoiektomi / kolostomy
di sigmoid
PENATALAKSANAAN PERAWATAN
PENGKAJIAN
Kaji bayi setelah lahir ,
pemeriksaan fisik
Tanpa mekonium dalam 24 jam
setelah lahir
Gunakan termometer rektal u/
menetukan kepatenan rektal
Adanya dalam tinja dalam urine
dan vagina
Kaji psikososial keluarga
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko kekurangan volume cairan b/d
muntah pre operasi
2. Gangguan kebutuhan eliminasi BAB b/d
gangguan pengeluaran feses ( atresia
ani )
3. Gangguan psikologis cemas b/d
kurangnya pengetahuan keluarga
tentang keadaan anaknya
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman nyeri b/d adanya luka
colostomy
5. Resiko terjadinya infeksi pd luka
colostomy b/ d sifat acid dari feses
SELAMAT BELAJAR
ASUHAN KEPERAWATAN
HIRSCHPRUNG
DISAMPAIKAN
OLEH

Suswinda yuli sutomo


DIFINISI HIRSCHPRUNG
1. Berdasarkan panjangnya segmen
yg terkena dapat dibedakan 2
type :
a. Penyakit hirschprung segmen
panjang kelainan dpt melebihi
sigmoid, bahkan dpt mengenai
seluruh colon atau usus halus
b. Penyakit hirschprung segmen
pendek segmen aganglionis dr
anus sampai sigmoid
2. Penyakit hirschprung disebut juga
konginetal aganglionik atau megacolon
yaitu tidak adanya sel ganglion dlm
rectum atau sebagian tidak ada colon
ETIOLOGI
Sering pada anak
dengan Down syndrome
Kegagalan sel neural
pada masaimbrio dalam
dinding usus, gagal
eksistensi kraniokaudal
pada myenterik dan
submukosa dinding
plexus.
PATOFISILOGI
 Persyarafan para simpatik yg tidak sempurna pd
bagian usus yg aganglionik mengakibatkan
peristaltik abnormal ,shg terjadi konstipasi dan
obstruksi
 Tidak adanya ganglion disebabkan kegagalan
dalam migrasi sel ganglion selama perkembangan
embriologi.Karena sel ganglion tersebut bermigrasi
pada bagian kaudal saluran gastrointestinal,kondisi
ini akan memperluas sehingga proksimal dari anus.
 Semua ganglion dalm usus berguna untuk
mengontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik
secara normal.
 Penyempitan pada lumen usus,tinja dan gas akan
terkumpul di bagian progsimal dan terjadi abstruksi
dan menyebabkan di bagian colon tersebut melebar
(megacolon)
GAMBARAN KLINIS
 Kegagalan lewatnya mekonium dalam
24 jam pertama kehidupan
 Perut kembung dan muntah berwarna
hijau
 Konstipasi kronik mulai bulan pertama
kehidupan dengan terlihat tinja seperti
pita.
 Obstipasi usus dalam periode neonatal
 Pada anak besar,kadang terdapat
diare
 Nyeri abdomen dan distensi
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Pemeriksaan rectum
 Pemeriksaan dengan barium enema
 Pemeriksaan rectal biopsi

KOMPLIKASI
Abstruksi usus
Ketidak seimbangan cairan dan
elektrolit cairan dan elektrolit
Konstipasi
PENALAKSANAAN TERAPEUTIK
 Penggunaan pelembek tinja
 Irigasi rectal,Irigasi colon
dengan NS setiap hari
sebelum dilakukan operasi
 Pembedahan colostomy
 Pemberian cairan dan
antibiotika
.

PENATALAKSANAAN PERAWATAN
Pengkajian
 Riwayat tinja seperti pita dan bau busuk
 Riwayat pengeluaran mekonium dalam
24 jam pertama setelah bayi lahir
 Pengkajian status nutrisi dan status
hidrasi
 Pengakajian status bising usus untuk
melihat poloa bunyi hyperaktif pada
bagian proksimal karena obstruksi
 Pengkajian psikososial keluarga
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi
 Gangguan rasa nyaman nyeri b/d
distensi abdomen
 Difisit volume cairan
berhubungan dengan muntah
 Gangguan BAB berhubungan
intoleransi cairan sekunder
terhadap obtruksi colon
POST OPERASI
1. Resiko terjadi nekrosis jaringan b/d
pemotongan jaringan sekunder terhadap
kolostomi
2. Resiko infeksi b/d terbukanya barier tubuh
(kulit) terhadap kuman feses
3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b/d
iritasi asam feses
4. Cemas keluarga b/d kurang pengetahuan
mengenai prosedur kolostomi
INTERVENSI
Dx Pre Operasi
 Berikan sentuhan /gendong bayi bila
menangis
 Kolaborasi pemberian analgesic
 Monitor input dan output cairan
 Kaji Hr,Bp,BB tiapa hari
 Observasi adanya muntah / diare
 Observasi aliran cairan infus
 Kaji status usus
 Auskultasi suara usus
 Palpasi abdomen tiap 4 jam
 Rubah posisi tiap 2 jam
DX POST OPERASI
 Rawat stoma dengan teknik aseptik
 Rawat stoma setelah pengeluaran feses
 Kaji tanda2 nekrosis
 Rawat stoma dengan teknik aseptik
 Monitor tanda2 infeksi
 Colaborasi pemberian obat antibiotik
 Kaji warna stoma ,perdarahan dan kaji
kerusakan sekeliling area insisi pembedahan
 Gunakan kantong stoma yang hypoalergi
 Rawat stoma dengan teknik aseptik
 Hindarkan pembersihan dengan alkohol
 Bersihkan segera stoma setelah
pengeluaran feses
 Bantu orang tua dalam mengenali
cemasnya
 Ber kesempatan pada orang tua u/
mengungkapkan cemasnya
 Informasikan tentang keadaan anaknya
Definisi
Omfalokel adalah sembulan isi kantong
yang berisi uisus dan visera abdomen
melalui defek dinding abdomen pada
umbilikus

Penyebab
Kegagalan usus kembali kerongga
abdomen .pada janin usia 10 minggu
1. PATOFISIOLOGI
1. Pada janin usia 5-6 minggu isis
abdomen terletak diluar embrio di rongga
selom
2. Pada usia 10 minggu akan terjadi
pengembangan
lumen abdomen shg usus dari ekstre
peritonium
akan masuk ke rongga perut
3. Bila proses ini terhambat,maka akan
terjadi
kantong di pangkal umbilikus yang
berisi usus
,lambung dan kadang hati
4. Dindingnya tipis,terdiri dari lapaisan
peritonium
dan lapisan anion yang keduanya bening
shg isi
kantong tampak dari luar.
Manifestasi klinis
Umbilikus terlihat menonjol
Sembulan isi kantong yang berisi usus dan visera
abdomen

Komplikasi
Komplikasi dini merupakan infeksi pada kantong
yang mudah terjadi pada permukaan yang
telanjang

Tindakan Medis
Dilakukan operasi ,bila usia anak 5-10 bln
Penatalaksanaan Keperawatan
Pengkajian
Inspeksi kecacatan pada
saat lahir
Kaji besar kecilnya
kantong omfalokel
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Resiko tinggi infeksi b/d defek
dinding abdomen
2.Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d
intoleransi makanan
3.Inefektifnya pola nafas b/d defec
abdomen
4. Gangguan psikologis (cemas)
keluarga b/d.Kurangnya
pengetahuan keluarga tentang
penyakit anaknya
Definisi
Meningokel adalah benjolan berisi
selaput meningen dan cairan
serebrospinal

Insiden
Sering ditemukan di negara Asia
tenggara seperti
Indonesia,Malaysia,Birma,Thailand
Kejadian diperkirakan 1 setiap 5000
bayi lahir hidup
Patofisiologi
1. Pada stadium dini poembentukan
saraf ,di bagian tengah lempeng
neural yang kemudian membentuk
pipi neural
2. Pipa neural inilah yang kemudian
menjadi jaringan otak mielum
3. Proses penutupan pipa neural ini
berlangsung selama minggu ke 4
kehidupan embrio
4.Gangguan proses inio menyebabkan
defek pipa neural yang digolongkan
sebagai disrafisme kranial dan spinal
Gambaran klinis
1. Benjolan yang sejak lahir makin besar
dan umumnya terletak di garis tengah
2. Besar garis tengah antara 1-10 cm
Kulit penutup tipis ,licin, dan tegang
Normal/tebal dan tidak rata
3. Konsistensi bila lebih banyak cairan
akan teraba padat dan berdungkul
4. Bila ditekan akan kempes
5. Bila menangis /mengejan benjolan
teraba menegang
6. Jarak antara orbita melebar keadaan
ini disebut hipertelorisme
Penatalaksanaan

1. Dilakukan pembedahan dengan


alasan kosmetik
2. Pembedahan dengan cara
ekstrakranial /transkranial
3. Pembedahan dilakukan pada usia
5-6 bln
4. Dikerjakan lebih dini ,bila
meningokel pecah,terancam,atau
cepat membesar
ASUHAN PERAWATAN PASIEN
DENGAN HIDROSEFALUS

Disampaikan
Oleh
Suswinda yuli sutomo
DIFINISI
Hidrosefalus merupakan penumpukan
cairan serebrospinalis secara aktif yg
menyebabkan dilatasi sistem ventrikel
otak
PATOFISIOLOGI
 HIdrosefalus terjadi karena gangguan
absorbsi CSF dlm subarachonoid dan
adanya obstruksi dlm ventrikel yg
mencegah CSF masuk kerongga
subarachonoid karena infeksi
neoplasma, perdarahan atau kelainan
bentuk perkembangan otak janin
 Cairan terakumulasi dalam ventrikel dan
mengakibatkan dilatasi ventrikel dan
penekanan organ-organ yg
terdapatdalam otak
KOMPLIKASI
 Peningkatan tekanan intra kranial
 Kerusakan otak
 Infeksi : Septikemia, endokarditis,
infeksi luka, nipritis, meningitis
 Shun tidak berfungsi dengan baik
akibat
ETIOLOGI
 Penyebab Hidrosefalus terbagi dua
yaitu:
 Konginital : disebabkan gangguan
perkembangan janin dalam rahim
 ( misalnya malformasi atau infeksi
intra uterine
 Didapat : disebabkan oleh infeksi
neoplasma atau perdarahan.
MANIFESTASI
Dibedakan menjadi dua :
1. Masa bayi
 Kepala memabesar
 Fontanel anterior menonjol
 Vena pada kulit kepala dilatasi dan terlihat
jelas pada bayi menangis.
 Terdapat bunyi krackedpot (tanda
macewen)
 Mata melihathat kebawah (tanda
settingsun)
 Mudah terstimulasi
 Kemampuan makan kurang
 Spatik pada ekstremitas bawah.
2. Masa kanak-kanak
 Sakit kepala
 Papil edema
 Strabismus
 Mudah terstimulasi
 Apatis
 Bingung
 Ataxia
 Letargi
PERIKSAAN DIAGNOSTIK
Lingkar kepala pada masa bayi
Ct, kepala dan MRI

Penatalaksanaan
 Non pembedahan:
Pemberian acetazolamide
Isosorbide atau forosemid

 Pembedahan :
Pengangkatan neoplasma
Pemasangan shunt.
PENATALAKSANAAN PERAWATAN
Pengkajian
 Riwayat keperawatan
 Kaji adanya pembesaran kepala bayi
 Kaji lingkar kepala
 Kaji ukuran ubun-ubun
 Kaji tanda-tanda vital khususnya
pernapasan
 Kaji pola tidur, perilaku dan interaksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan meningkatnya
volume cairan serebro spinalas,
meningkatnya tekanan intrakranial.
2. Resiko injory berhubungan dengan
pemasangan shunt
3. Perubahan persepsi sensori b/d adanya
tindakan u/ mengurangi tekanan
intrakranial.
4. Resika infeksi b/d efek pemasangan shunt.
5. Perubahan proses keluarga b/d kondisi
yang mengancam kehidupan anak
6. Anstipasi berduka b/d kemungkinan
kehiolangan anak.
ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK LABIO/
PALATOSKISIS

Disampaikan
Oleh
Suswinda yuli sutomo
Labio/ palatoskisis adalah
merupakan konginetal anomali yg
berupa adanya kelainan bentuk
pada struktur wajah
Etiologi
 Kegagalan fase imbrio penyebabnya
belum diketahui
 Fakto heriditer
 Dapat dikaitkan dengan abnormal
kromosom,mutasi gen.
 Pengaruh obat : fenobar bital hamil
muda
PATOFISIOLOGI
 Kegagalan penyatuan atau perkembangan
jaringan lunak & atau tulang selama fase
embrio pada semester pertama.
 Bibir sumbing adalah terbelahnya / bibir &
atau hidung karena kegagalan proses
nasal media & maksilaris untuk menyatu
selama masa kehamilan 6-8 minggu
 Palato skisis adalah celah pada garis
tengah palato yg disebabkan oleh
kegagalan penyatuan susunan palato pd
masa kehamilan 6-12 minggu
 Penggabungan komplit garis tengah atas
bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan
Manifestasi Klinis
Pada labio skisis :
 Distorsi
 Tampak sebagian atau keduanya
 Adanya celah pada bibir
Pada palato skisis :
 Tampak ada dua celah pada tekak
 Adanya rongga pada hidung
 Distorsi pada hidung
 Teraba ada celah atau terbukanya langit 2
saat diperiksa dengan jari
 Kesukaran dalam menghisap atau makan
 Anak waktu minum mudah tersedak
Komplikasi
 Gangguan bicara dan pendengaran
 Terjadinya otitis media
 Aspirasi
 Distress pernafasan

Pemerikasaan Diagnostik
 Foto rontgen
 Pemeriksaan fisik
 MRI untuk evaluasi abnormal
Penatalaksanaan Terapeutik
Penatalaksanaan tergantung pada beratnya
kecacatan
Pemberian nutrisi yang adekuat
Mencegah komplikasi
Pembedahan
Pada palato dilakukan waktu 6 bulan dan
5 tahun, ada juga 6 bulan dan 2 tahun
Pada labio pembedahan usia 2-3 hari atau
usia beberapa minggu
Mencegah kolaps maxilaris
Merangsang pertumbuhan tulang
Membantu perkembangan bicara
PENATALAKSANAAN PERAWATAN

PENGKAJIAN
 Inspeksi kecacatan pada saat lahir
 Kemampuan menghisap,menelan,dan
bernafas
 Palpasi dengan menggunakan jari
 Mudah tersedak
 Distres pernafasan dng aspirasi
 Riwayat keluarga dengan penyakit anak
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh B/D ketidak mampuan menelan
 Resiko aspirasi B/D ketidak mampuan
mengeluarkan sekresi sekunder dari
palato skisis
 Resiko infeksi B/D insisi pembedahan
 Kurang pengetahuan tehnik pemberian
makan
 Nyeri B/D insisi pembedahan
 Tidak efektif bersihan jalan nafas B/D efek
anatesis,edema setelah pembedahan
,sekresi
HYPOSPADIA

Suswinda yuli sutomo


HYPOSPADIA

 Adalah suatu kelainan konginital


anomali yang mana uretra bermuara
pada sisi bawah penis atau perineum
ETIOLOGI
 Penyebab yg jelas belum diketahui
 Faktor genetik
 Lingkungan / pengaruh hormonal
PATOFIOLOGI
 Hipospadia terjadi karena tidak lengkapnya
perkembangan uretra dalam utero
 Hypospadia paling umum adalah lubang
uretra bermuara pada tempat frenum, sedang
frenumnya tidak terbentuk, tempat normalnya
meatus urinarius ditandai pada glans penis
sebagai celah buntu
 Hypospadia dimana lubang uretra terletak
pada perbatasan penis dan skrutum , ini
berkaitan dengan chordee konginetal
KOMPLIKASI
 Infertiliti
 Resiko hernia inguinalis
 Gangguan psikologis
Manifestasi klinik
 Terbukanya urethral pada saat lahir,
posisi ventral atau dursal.
 Adanya chordee( penis melengkung
kebawah dng / tanpa ereksi
 Adanya lekukan pada ujung penis
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan fisik

Penata Laksanaan Terapeutik


 Pembedahan epispadia perbaikannya
fokus pada rekontruksi leher blader
 Pemasangan kateter, tujuannya
pembedahan, membuat normal fungsi
perkemihan, fungsi sexsual, dan
perbaikan untuk kosmetik pada penis
Penata Laksanaan Perawatan
Pengkajian
 Pemeriksaan genetalia
 Palpasi abdomen untuk melihat distensi
bleder
 Kaji fungsi perkemihan
 Ada lekukan diujung penis
 Melengkungnya penis kebawah dengan atau
tanpa ereksi
 Terbukanya uretral pada ventral
 Pengkajian setelah pembedahan,
pembengkakan, dysuria, drainage
Diagnosa Keperawatan
 Kurang pengetahuan ortu b/d
prosedur pembedahan, perawatan
setelah operasi
 Resiko infeksi b/d pemasangan kateter
 Nyeri b/d pembedahan
 Kecemasan ortu prosedur pembedahan
 Resiko injury b/d pemasangan kateter

Anda mungkin juga menyukai