Plasma Nutfah Kel 4

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 48

PLASMA NUTFAH

KELOMPOK IV
AULIA UTARI PULLER
EDI K SIMANULLANG
ERVELIANA ROSA GULTOM
MAULIDA RIZKI LUBIS
MERI KRISTINA MANURUNG
RIFKAH NAFTHALI TARIGAN
WAHYUNI MAYUSARI
PENDIDIKAN BIOLOGI DIK C 2013
Metode Pelestarian Plasma Nutfah

Secara Insitu

Cara melestarikan plasma nutfah di dalam komunitasnya.

Cara pelestarian ini pada umumnya cocok untuk jenis-jenis tanaman liar, sebab

untuk pelestarian jenis tanaman liar sering timbul adanya kesukaran-kesukaran

yang disebabkan oleh faktor adaptasi terhadap daerah dan iklim yang baru,

faktor hama dan penyakit dan daur hidup.

(Hartati , 2013)

Dalam bidang pertanian, plasma nutfah banyak dikaji dan
dikoleksi dalam rangka :

- Meningkatkan produk pertanian


- Penyediaan pangan karena plasma nutfah merupakan sumber
gen yang berguna bagi perbaikan tanaman seperti gen untuk
ketahanan terhadap penyakit, serangga, gulma dan gen untuk
ketahanan terhadap cekaman lingkungan abiotik.

(Hartati , 2013)
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam
Melaksanakan Pelestarian Plasma Nutfah

Pengkajian teknologi pelestarian


Penyediaan tenaga ahli
Pembangunan sarana dan prasarana

(Edi , 2011)
Permasalahan pelestarian plasma nutfah

Adanya kebijakan pembangunan yang kurang memperhatikan kelestarian


lingkungan.
 Berkurangnya lahan pertanian karena pertambahan penduduk Indonesia
sehingga menyebabkan perluasan permukiman.
Terjadinya eksploitasi hutan yang tidak memperhatikan kelestarian plasma
nutfah yang ada di hutan tersebut sehingga banyak jenis-jenis pohon yang
mengalami erosi genetika.
 Timbulnya teknologi modern yang sering mengakibatkan terdesaknya
bahan alam oleh bahan sintesis, sehingga membahayakan kelestarian plasma
nutfah tertentu.
(Hartati , 2013)
Upaya Pelestarian Plasma Nutfah
Upaya Pelestarian Plasma Nutfah

 
 

Menyediakan sumber gen untuk kepentingan perbaikan


varietas melalui program pemuliaan.
 Mengidentifikasi sifat-sifat genetik meliputi botanis,
agronomis, fisiologis, adaptasi maupun ketahanan hama penyakit
dan mutu hasil sehingga diketahui sifat-sifat yang diperlukan.
 Merawat materi plasma nutfah agar tetap hidup dan tidak
berubah.

(Hartati , 2013)
Sistem Nasional Pelestarian Ex Situ yang Ada Dapat
Digambarkan Sebagai Berikut :

1. Kebun raya indonesia, bertanggung jawab pada jenis


botani, jadi diutamakan penempatan kelengkapan koleksi
tanaman pribumi yang ada di indonesia. Karena
keterbatasan lahan atau areal kebun maka masih
diperlukan adanya tambahan terhadap koleksi botani yang
ada dalam kebun raya itu yang dapat ditanam diberbagai
tipe tapak pelestarian lainnya. Keanekaragaman plasma
nutfah tidak menjadi mandat kebun raya sebab koleksi
lebih ditunjukkan kepada keragaman jenis botani.

( Edi,2015)
2. Kebun plasma nutfah, seperti pada PUSPITEK Serpong dan Cibinong
menekankan pada tumbuhan yang berpotensi ekonomi. Oleh karena
itu disana ditanam populasi jenis untuk menangkap keanekaragaman
plasma nutfah. Kebun koleksi khusus seperti kebun Bone-Bone untuk
kelapa dan kebun Grati untuk mangga, tergolong dalam kelompok ini.
Arboretum merupakan koleksi botani yang khusus hanya diisi dengan
koleksi jenis pepohonan. Karena sifatnya dapat pula keanekaragaman
pohon diwakili di dalamnya, sehingga arboretum dapat berfungsi
sebagai kebun pohon-pohon hutan.

3.Taman hutan raya adalah arboretum yang diberi fungsi tambahan


sebagai suatu tempat rekreasi. Memiliki sifatnya itu tapak ini paling
tepat dikelola pihak departemen kehutanan.
( Edi,2015)
4. Kebun raja (bukan kebun raya) adalah penerus budaya bangsa
dalam membina paru-paru kota yang diisi dengan beraneka
tetumbuhan setempat. Karena itu kebun raja sangat cocok untuk
ditangani oleh propinsi, untuk memungkinkan pemerintah daerah
setempat dapat memanfaatkan plasma nutfah daerahnya untuk
berbagai macam keperluan.

5. Kebun kampus seyogyanya sebagai suatu kebun koleksi untuk


keperluan pendidikan serta laboratorium lapangan guna pendidikan
perplasmanutfahan. Sebaiknya juga hanya ditanam jenis setempat
untuk mempertinggi kemampuan mahasiswa mengenal akan
khazanah flora lokal, dengan demikian dapat menjadi sumber daya
nabati yang mendukung daerahnya.

( Edi,2015)
6. Kebun koleksi adalah kebun yang ditangani lembaga-
lembaga penelitian yang umumnya berisi koleksi plasma
nutfah jenis unggul masa lalu serta perangkat plasma nutfah
lainnya yang langsung dapat dimanfaatkan dalam perakitan
jenis unggul baru.

7. Kebun binatang mencoba meliputi semua macam dan tipe


kebun tumbuhan di atas hanya membatasi diri pada binatang
liar dan hewan peliharaan. Disamping itu bukannya tidak
mungkin menggabungkan kebun binatang dengan kebun raja,
karena pada mula sejarahnya keduanya menyatu.

( Edi,2015)
Selain yang tersebut diatas perlu pula dipertimbangkan bank
kelestarian biji, baik jaringan, sel , DNA, sperma dan yang lainnya
yang memerlukan investasi tinggi. Lebih lanjut diungkapkan bahwa
kriteria yang dipakai untuk memilih isinya adalah :

1) Memiliki potensi ekonomi yang pasti.


2) Sudah mengalami erosi
3) Jumlah populasinya rendah, sehingga memang
terhitung langka.
4) Yang penyebarannya sangat terbatas.

( Edi,2015)
KETERBATASAN DALAM PELAKSANAAN KEBUN
PLASMA NUTFAH

• Pemeliharaan mahal.
• Terbatas pada kondisi iklim tertentu.
• Masalah serangan hama dan penyakit.
• Bukan merupakan penyimpanan jangka
panjang.

( Edi,2015)
Dari hasil saresehan plasma nutfah dan sistem nasional 1990 terdapat beberapa saran dari para
pesertanya, diantaranya adalah untuk koleksi yaitu :

• Diperlukan adanya koordinasi sistem pengelolaan koleksi, yang pada


pokoknya diklasifikasi dalam koleksi utama (biasanya ditangani lembaga-
lembaga penelitian sebagai penanggung jawabnya dan koleksi
komplementer (yang dapat ditangani oleh perguruan tinggi).
• Pengadaan dan pembinaan koleksi di perguruan tinggi hendaklah
disesuaikan dengan minat, spesialisasi dan kegiatan penelitian mayoritas
staf perguruan tinggi yang bersangkutan. Untuk itu, bentuk koleksi kerja
dianggap paling sesuai. Koleksi yang ingin dibina perguruan tinggi
hendaklah disesuaikan dengan program penghijauan kampus.

( Edi,2015)
• Ditekankan perlunya pemanfatan jalan tol sebagai salah satu kawasan
penanmpungan pelestarian keanekaragaman hayati ex-situ yang dapat
berfungsi secara efektif dalam jangka panjang seperti yang digagaskan
P3 Bioteknologi LIPI tahun 1988 untuk cetak biru jalan Cawang-
Cikampek. Kemungkinan untuk melakukan penataan yang berestetika
tinggi membuka peluang penggunaan jenis liar apa saja (jadi bukan
hanya tanaman hias) sebagai penghias jalan negara itu.

• Kepada setiap PHP dihimbau agar menyisihkan 200-300 ha hutan utuh


dalam kawasan operasinya untuk berfungsi sebagai bank biji guna
menjamin terjadinya regenerasi hutan alam secara wajar dan alamiah.
Kawasan yang disisihkan ini dapat pula berfungsi sebagai gudang
plasma nutfah dan sekaligus menjadi tempat jenis-jenis yang terancam
mendapatkan tempat suaka.

( Edi,2015)
Pemanfaatan Plasma Nuftah Melalui Bioteknologi
 

Kekayaan plasma nutfah yang terdapat di alam memiliki potensi untuk

dimanfaatkan dalam industri pertanian. Oleh sebab itu saat ini plasma nutfah

harus banyak dikaji lebih dan dikoleksi dalam rangka meningkatkan produksi

pertanian seperti tanaman padi dan penyediaan pangan. Hal ini dilakukan

karena plasma nutfah merupakan sumber gen yang berguna bagi perbaikan

tanaman seperti gen untuk ketahanan terhadap penyakit, serangga, gulma,

dan juga gen untuk ketahanan terhadap cekaman lingkungan abiotik yang

kurang menguntungkan seperti kekeringan. (Y. Purwanto,2000)


Plasma nutfah merupakan kekayaan alam yang sangat
berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk mendukung pembangunan nasional.
Di lain pihak, bioteknologi dapat memanfaatkan semua gen
dari organisme hidup tanpa ada batasan taksonomi. Hal ini
disebabkan karena transfer gen pada bioteknologi tidak
dilakukan dengan melalui penyerbukan silang. Bioteknologi
memiliki peluang untuk mengakses kekayaan plasma nutfah
yang tidak dapat dilakukan melalui pemuliaan tanaman secara
konvensional. Sehingga bioteknologi diharapkan dapat
digunakan sebagai pelengkap pemuliaan tanaman
konvensional.

(Y. Purwanto, 2000)


Contoh Pemanfaatan Plasma Nutfah Untuk Menanggulangi Masalah-Masalah Pertanian .
Peningkatan produktivitas tanaman padi telah dilakukan melalui

pembuatan varietas unggul hasil pemuliaan tanaman konvensional.

Namun pemuliaan tanaman konvensional yang dilakukan dengan

memindah silangkan berbagai variasi tanaman melalui proses

penyerbukan memiliki keterbatasan dalam mendapatkan gen-gen

yang dikehendaki. Hanya gen-gen yang berasal dari tanaman yang

berkerabat dekat secara seksual (sexually compatible) yang dapat

dimanfaatkan. Gen yang dapat dimanfaatkan hanya terbatas pada

sekelompok kecil variasi genetik.

(Ariyanti Dianita, 2012)


PENGELOLAAN SECARA EKSPLORASI DAN
KONSERVASI
Di masa depan, plasma nutfah akan lebih
penting peranannya dalam pembangunan
mengingat kebutuhan dunia akan bahan-
bahan hayati untuk obat, varietas baru
tanaman pertanian dan ternak, proses
industri, dan pengolahan pangan semakin
meningkat.
(Kusumo, 2002)
Tujuan dari pengelolaan plasma nutfah adalah
melestarikan, mengembangkan, dan memanfaatkannya
secara berkelanjutan, baik pada ekosistem darat maupun
laut, kawasan agroekosistem dan kawasan produksi, serta
program konservasi ex siu. Upaya pengelolaan ini harus
disertai dengan pemeliharaan sistem pengetahuan
tradisional dan pengembangan sistem pemanfaatan
plasma nutfah yang dilandasi oleh pembagian keuntungan
yang adil.

(Kusumo, 2002)
Eksplorasi
Pengertian eksplorasi secara umum adalah pelacakan atau
penjelajahan. Dalam plasma nutfah tanaman dimaksudkan pula
sebagai kegiatan mencari, mengumpulkan, dan meneliti jenis
plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahannya.
Plasma nutfah yang ditemukan perlu diamati sifat dan asalnya.
Apabila bibitnya berhasil dilestarikan di tempat koleksi baru (di
luar habitat alaminya) disebut pelestarian ex situ.

(Kusumo, 2002)
Eksplorasi dan koleksi plasma nutfah disertai dengan
menggali keterangan dari petani yang berkaitan dengan
kriteria preferensi petani terhadap varietas tanaman
yang bersangkutan. Keterangan dari petani sangat
bermanfaat untuk mengetahui alasan petani tetap
menanam varietas yang bersangkutan, sifat varietas yang
diinginkan petani, hambatan adopsi varietas unggul, dan
informasi awal dari varietas yang dikumpulkan.

(Kusumo, 2002)
CONTOH
Untuk eksplorasi ikan dilakukan dengan cara pencarian
dan pengumpulan di dalam maupun di luar habitatnya.
Ikan koleksi dikaitkan dengan program domestikasi
dengan pengumpulan informasi habitatnya, karakteristik
morfologi dan biokimia, sifat reproduksi, jenis makanan
dan kebiasaan makan, dan sifat-sifat biologi lainnya.

(Kusumo, 2002)
Konservasi
Dalam pengelolaan keanekaragaman plasma nutfah dikenal dua

macam pelestarian, yaitu in situ dan ex situ. Cara pertama bersifat

pasif, karena dapat terlaksana dengan hanya mengamankan tempat

tumbuh alamiah sesuatu jenis. Dengan demikian, jenis-jenis tersebut

diberi kesempatan berkembang dan bertahan dalam keadaan

lingkungan alam dan habitatnya yang asli, tanpa campur tangan

manusia. Cara kedua dilakukan dengan lebih aktif, yaitu

memindahkan sesuatu jenis ke suatu lingkungan atau tempat

pemeliharaan baru.

(Kusumo, 2002)
Konservasi In Situ
Banyak jenis tumbuhan unik yang terdapat dalam kawasan konservasi

bersifat langka dan mempunyai status rawan ataupun genting. Di antara

jenis-jenis tersebut banyak tumbuhan yang bernilai ekonomi telah

diperdagangkan secara luas tetapi belum dibudidayakan sehingga secara

genetik dikhawatirkan mengalami erosi, bahkan statusnya mendekati

titik krisis, misalnya rotan manau, cendana, ramin, purwoceng serta

ratusan jenis tumbuhan lainnya. Untuk mencegah kepunahan jenis-jenis

tersebut usaha-usaha pelestariannya perlu mendapat perhatian khusus.

(Kusumo, 2002)
Untuk ternak, yang dimaksud dengan pelestarian in
situ adalah semua kegiatan untuk mempertahankan
populasi ternak hidup yang dapat berkembang biak
secara aktif pada kondisi agroekosistem di mana
mereka dikembangkan, atau secara normal
didapatkan, bersamaan dengan aktivitas usaha ternak
yang dilaksanakan saat ini dan tidak mendatangkan
jenis lain untuk menjaga kemurniannya.
(Kusumo, 2002)
Konservasi Ex Situ
Konservasi ex situ dapat dilakukan secara in vitro dengan memanfaatkan

teknik kultur jaringan. Teknik ini digunakan untuk penyimpanan plasma

nutfah dalam jangka panjang dengan beberapa keuntungan di antaranya

lebih ekonomis karena menggunakan tempat relatif kecil, lebih aman

dari risiko kehilangan koleksi karena terhindar dari tekanan lingkungan

seperti serangan patogen dan bencana alam. Tanaman yang dikoleksi

secara in vitro dapat berupa biakan dalam bentuk kultur meristem atau

tunas dalam jumlah sampai dengan 10 botol setiap aksesi.

(Kusumo, 2002)
Pemeliharaan yang dilakukan terhadap koleksi biakan in vitro berupa
subkultur, dilakukan secara periodik tergantung kepada jenis tanaman
dan jenis biakan. Untuk konservasi jangka pendek dalam kondisi
kultur normal, subkultur biasanya dilakukan setiap 4-6 minggu sekali.
Melalui penyimpanan dalam pertumbuhan minimal dengan
menambahkan penghambat pertumbuhan seperti ABA (asam
absisat ), cycocel (CCC) atau dengan cara mengurangi sumber karbon
ke dalam media tumbuh, meningkatkan tekanan osmotik dengan
penambahan manitol/sorbitol, mengurangi cahaya, dan menurunkan
suhu inkubasi, subkultur hanya perlu dilakukan sekali dalam 12 bulan.

(Kusumo, 2002)
PENGADAAN BENIH
Kegunaan penyimpanan benih.Biji yang diperoleh
dari hasil produksi tanaman dapat dipergunakan untuk
konsumsi atau diperuntukkan sebagai benih untuk
menyambung generasi berikutnya.
Benih yang diperuntukkan pada perbanyakan
tentunya membutuhkan penyimpanan untuk musim
tanam berikutnya atau bahkan untuk persediaan dimasa-
masa mendatang.

(Edi, 2015)
Beberapa faktor yang mempengaruhi
penyimpanan benih
• 1.Pengaruh genetik
• 2.Pengaruh kondisi sebelum panen
• 3.Pengaruh Struktur dan kondisi benih
• 4.Benih keras
• 5.Kemasan Benih
• 6.Ukuran benih
• 7.Dormansi benih
• 8.Kadar air benih
(Edi, 2015)
Pengaruh Lingkungan Penyimpanan Terhadap
Masa Simpan Benih

Pengaruh lingkungan penyimpanan benih terhadap masa

simpan benih khususnya suhu dan kelembaban yang akan

mempengaruhi kadar air benih tersebut. Justice dan Bass

(1990) menyatakan terdapat hubungan yang erat antara suhu

dan kadar air benih.

(Edi, 2015)
Pada praktek penyimpanan, sampai batas – batas
tertentu, suhu dan kadar air benih dapat diatur. Sifat
dan tingkat pengaturannya tergantung dari tujuannya.
Sebagai contoh benih rami yang disimpan pada kadar
air 6,2 % pada suhu 10 C berdaya 96 % setelah
disimpan 12 tahun, sedang benih yang disimpan pada
kadar air 9,5 % pada suhu 10 C sama sekali kehilangan
viabilitasnya selama periode yang sama.

(Edi, 2015)
Mengenai pengaruh cahaya belum banyak
laporan yang mengungkapkan pengaruh pada
benih yang disimpan. Harrington (1972) dalam
Justice dan Bass, (1990) menyatakan terdapat
pengarh ultraviolet pada waktu sebelum panen
dan mempercepat kemnduran benih simpan.

(Edi, 2015)
Pengelompokkan Benih / Biji dari Sifat atau Perilaku
Konservasi

1. Ortodok, tahan disimpan pada suhu rendah (sampai 196 C) Dan


pengeringan sampai taraf 5-6 % kadar airnya
2. Disimpan pada suhu yang relatif masih tnggi 10 – 25 C (Imelda dan
Soestina, 1992) lebih lanjut diungkapkan sifat umum benih rekal-straan
adalah :
- Kandungan airnya relatif tinggi (contoh: cengkeh, pala, rambutan, nangka,
durian.
- Ukuran biji relatif besar
- Benih mudah berkecambah ketika dipanen awal
- Kelompok jenisnya bersifat berbuah tahunan/perennial
( Edi, 2015)
Suhu
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan
viabilitas benih, selama penyimpanan yang dipengaruhi oleh
kadar air benih , suhu dan kelembaban nisbi ruangan.
Pada suhu rendah, respirasi berjalan lambat dibanding suh
tinggi . Dalam kondisi tersebut, viabilitas benih dapat
dipertahankan lebih lama. Kadar air yang aman untuk
penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar selama 6-10
bulan adalah tidak lebih dari 11 %
(Purwanti, 2004)
Menurut Harrington (1972), Penyimpanan benih yang
berkadar air tinggi dapat menimbulkan resiko terserang
cendawan.
Hasil penelitian Setyastuti Purwanti (2004) Penyimpanan
benih kedelai hitam dan kantong plastika maupun kaleng
pada suhu rendah dan tinggi selama 6 bulan masih
mempunyai daya tumbuh dan vigor yang tinggi (>90%),
hanya pada suhu tinggi sudah mulai menurun menjadi
80% dan bebrbeda nyata dengan kedelai kuning
(Purwanti, 2004)
Laju kenaikan kadar benih kedelai pada suhu rendah
berlangsung lebih lambat dari pada suhu tinggi yaitu
rata-rata 0,3 % perbulannya. Oleh karena itu pada suhu
rendah, aktivitas enzim terutama enzim respirasi dapat
ditekan. Matinya sel-sel meristematis dan habisnya
cadangan makanan dan degradasi enzim dapat
diperlmbat, sehingga viabilitas dan vigor masih tinggi.
(Purwanti, 2004)
Kelembaban

Benih memiliki sifat higroskopis, apabila disimpan pada


kelembaban yang tinggi , benih akan menyerap uap air
sampai kadar air benih seimbang dengan kelembaban
ruang simpan. Sebaliknya bila benih disimpan pada
kelembaban yang rendah , benih akan mengeluarkan uap
air smapai antara benih dengan kelembaban disekitarnya
tercapai keseimbangan.
(Purwanti, 2004)
Pengaruh kelembaban secara tidak langsung dapat
menyebabkan meningkatnya aktivitas mikroorganisme.
Aktivitas mikroorganisme akan meningkat seiring dengan
meningkatnya kelembaban ruang simpan. Disisi lain, benih
yang mempunyai kadar air tinggi akan melakukan respirasi
dengan aktif, sehingga menyebabkan vigor benih dalam
penyimpanan menurun.

(Purwanti, 2004)
Contoh – Contoh Plasma
Nutfah

 Plasma Nutfah Tanaman Hias


Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam setiap
kelompok makhluk hidup yang merupakan sumber sifat
keturunan yang dapat dirakit untuk menciptakan jenis unggul
atau kultivar baru.
Plasma nutfah tanaman hias memiliki prospek untuk
berkembang dalam pembangunan florikultur di indonesia. Hal
ini dikarenakan secara nasional maupun internasional
kebutuhan akan jenis dan varietas baru tanaman hias semakin
meningkat.

(Harahap, 2011)
Eksplorasi dan koleksi

Eksplorasi dan koleksi berguna untuk meningkatkan


sumber daya genetik (SDG), juga untuk perbanyakan dalam
skala terbatas untuk skala penelitian.
Untuk memperkaya SDG, perlu dilakukan eksplorasi dan
koleksi plasma nutfah pada daerah sentra produksi, pada
daerah yang masyarakatnya menggunakan komoditas tersebut
(tanaman obat, untuk kegiatan ritual), pada wilayah pertanian,
lereng perbukitan, lahan rawa (untuk tanaman hias liar).

(Harahap, 2011)
KARAKTERISASI PLASMA
NUTFAH TANAMAN HIAS
Karakterisasi diperlukan untuk mengetahui sifat morfologi,
fisiologi, komponen hasil, golongan umur berbunga dan umur
panen suatu spesies plasma nutfah baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
Sifat kualitatif merupakan ciri utama suatu spesies /
varietas, karena sifat tersebut tidak dipengaruhi oleh
lingkungan. Sifat kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen,
penampilan sifat tersebut merupakan interaksi antara pengaruh
faktor genetik dengan lingkungan

(Harahap, 2011)
PLASMA NUTFAH TANAMAN PANGAN

1. Padi (Oryza sativa)


Padi digunakan sebagai makanan pokok, tepung untuk kue,
mie, bahan makanan bayi. Budidaya dapat dilakukan pada
daerah sawah, dataran tinggi, lahan kering (gogo), rawa
(pasang surut). Balitbio gen mempunyai koleksi 3500 nomor
aksesi padi (padi sawah, gogo, pasang surut).
2. Jagung (Zea mays)
Jagung merupakan sumber karbohidrat sesudah padi. Juga
digunakan sebagai sayuran baby corn, makanan ringan (popo corn),
klobot keringnya dimanfaatkan sebagai pembungkus wajid.
Jenis jagung opaque yang mengandung tryptophan dan lysin
dimanfaatkan sebagai sumber makanan untuk meningkatkan gizi.
Balitbio gen mempunyai koleksi 875 nomor aksesi jagung.
(Harahap, 2011)
Plasma Nutfah Pada Buah – Buahan

1. Kerabat durian (Durio spp.)


Keanekaragaman jenis Durio dilaporkan sekitar 30 jenis, 14 jenis
endemik di Borneo, 3 jenis endemik di Semenjung Malaya dan 1 jenis di
Sumatera. Durio yang unggul baik kualitas maupun produksi buahnya.
Harapannya dari hasil seleksi individu-individu jenis terpilih melalui usaha
pemuliaan akan dapat diperoleh buah-buahan dari kerabat durian yang
kurang berduri, berdaging buah kering dan berwarna merah-kuning, serta
berasa manis gurih.
2. Kerabat manggis (Garcinia spp.)
Manggis dari Indonesia merupakan salah satu buah tropika terbaik
dan yang paling disukai di dunia. Permintaan pasar global terhadap
komoditas buah manggis terus meningkat karena kelezatan buahnya.
Namun permasalahan utama yang dihadapi dalam budi daya manggis
antara lain adalah lambatnya laju pertumbuhan, panjangnya dormansi
mata tunas serta adanya getah kuning pada buahnya. Oleh karena itu
faktor-faktor yang menjadi kendala dalam budi daya tersebut harus dapat
diminimalisasi. Salah satunya adalah dengan cara plasma nutfah.
(Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor, 2004)
3. Kerabat mangga (Mangiferaspp.)
Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman
mangga di dunia. Hal ini disebabkan karena Indonesia di
samping kaya dengan keanekaragaman jenis, tingkat diversitas
genetiknya juga sangat tinggi. Kalimantan sebagai bagian dari
salah satu pulau besar di Indonesia mempunyai
keanekaragaman jenis dan plasma nutfah buah-buahan mangga
yang tinggi. Di kawasan pulau ini dapat ditemukan berbagai
macam buah-buahan dari kerabat mangga mulai yang
berukuran mini (sebesar jari jempol manusia) sampai yang
berukuran besar (sebesar buah kelapa) ataupun yang berdaging
buah rasa asam sampai manis serta yang sedikit beraroma
sampai yang beraroma sangat harum.

(Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor, 2004)


7. Kerabat rambutan (Nephelium spp.)
Kalimantan juga merupakan pusat keanekaragaman rambutan. Di
kawasan pulau ini dapat ditemukan berbagai macam buah-buahan dari
kerabat rambutan mulai yang berukuran kecil sebesar kelereng sampai
yang berukuran sebesar kepalan tangan, atau yang kulit buahnya rata
sampai yang berambut panjang serta yang rasanya asam sampai yang
manis. Dalam upaya untuk mendapatkan buah rambutan yang berkualitas
bagus dan produksi buahnya tinggi maka dapat dilakukan dengan cara
memadukan antara sifat-sifat baik yang dimiliki oleh setiap kelompok
populasi jenis.
8. Buah – buahan lain
Masih cukup banyak jenis buah-buahan asli indonesia yang bernilai
ekonomi dan berpotensi untuk dikembangkan ataupun yang secara genetik
merupakan aset yang tidak ternilai dan perlu mendapat perhatian untuk
pengembangannya. Beberapa di antaranya adalah kerabat menteng
(Baccaurea spp.). Dari hasil penelitian ini ditemukan 20 jenis Baccaurea, 7
jenis telah dibudidayakan dan sisanya masih tumbuh secara liar di hutan-
hutan.

(Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor, 2004)


6. Sukun (Artocarpus altilisFobs.)
Sukun (Artocarpus altilisFobs.) merupakan tanaman yang
hidup di daerah tropis basah dan sudah lama dikenal oleh
sebagian masyara-kat di Indonesia. Tanaman sukun tumbuh
baik pada semua jenis tanah, terutama di dataran rendah
beriklim basah sampai kering.
Nectar pada kultivar sukun tanpa biji dihasilkan oleh
bunga jantan, sehingga serangga pencari nectar hanya
berkunjung ke bunga jantan.Keragaman sumber daya genetik,
baik antar maupun dalam spesies, perlu terus ditingkatkan,
pengumpulan keragaman kekayaan plasma nutfah ini juga
berfungsi sebagai cadangan gen. Hal ini penting bagi pemulia
tanaman dalam upaya perbaikan varietas sukun. Eksplorasi
perlu dilakukan untuk mengetahui keragaman ge-netik yang
penting artinya dalam perakitan varietas unggul.
(Media Komunikasi Komisi Nasional Sumber Daya Genetik, 2009)
4. Markisa (Passifloraspp.)

Markisa (Passifloraspp.) termasuk dalam famili


Passifloraceae yang berasal dari Amerika Selatan. Jenis
markisa yang dibudidayakan di Indonesia meliputi markisa
asam dengan kulit buah berwarna ungu disebut siuh atau
purple passion fruit(P. edulisf. edulisSims), markisa asam
dengan kulit buah berwarna kuning disebut juga rola atau
yellow passion fruit (P. edulis Sims f. flavicarpaDeg.), markisa
konyal atau markisa manis (P. ligularis Juss), dan erbis atau
giant granadilla(P. quadrangularisL.). Markisa asam berkulit
buah ungu hanya dapat tumbuh dan berkembang baik di
daerah subtropis dan dataran tinggi tropis, sedangkan jenis
kuning dapat beradaptasi di dataran rendah tropis (

(Karsinah, F. H. Silalahi,dkk, 2007)

Anda mungkin juga menyukai