Pleno Modul 1 Blok 2.4
Pleno Modul 1 Blok 2.4
Pleno Modul 1 Blok 2.4
Skenario 1
Sakit Tenggorokan
Fahri 11 tahun, berobat ke dokter di puskesmas dengan keluhan demam tiba-tiba, nyeri
menelan dan nyeri tenggorokan. Ibunya semakin khawatir melihat adanya benjolan disekitar
leher yang muncul pada saat Fahri sakit. Pada pemeriksaan orofaring ditemukan tonsil yang
kemerahan dan disertai dengan eksudat. Pada palatum molle terlihat kemerahan. Dokter
kemudian memberikan terapi obat antibiotik, antipiretik, dan analgetik serta menyarankan
pasien untuk minum yang banyak dan istirahat yang cukup.
Di puskesmas yang sama, ada bayi laki-laki 1 bulan yang mengalami infeksi saluran nafas
atas dengan stridor. Stridor ini terdengar pada saat inspirasi dan akan semakin parah pada saat
bayi menangis. Dokter curiga pasien ini mengalami Laryngomalacia sehingga dokter
menyarankan merujuk pasien ini ke Rumah Sakit untuk penanganan dan pemeriksaan lebih
lanjut.
Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada Fahri dan bayi tersebut?
Jump 1
1. Eksudat : Cairan tinggi protein dan berisi debris sel yang keluar dari
pembuluh darah merupakan hasil dari proses peradangan.
9. Mengapa dokter mencurugai bayi tersebut terkena laryngomalasia dan apa penyebanya?
A; karena ditemukan adanya stridor.
Penyebab: Kelainan kongenital (genetik atau embriogenik)
- teori anatomi
- teori neuromuscular
10. Bagaimana tatalaksana pada bayi tersebut?
A; Ringan: Tidur telungkup dan tidak di tidurkan pada bagian yang lunak serta
tidak menggunakan bantalan .
11. Apa diagnosis Fahri dan bayi tersebut? Serta apa diagnosis bandingnya?
A; Fahri: Faringitis
DD:- Tonsilofaringitis
- Agranulositosis
Bayi usia 1 bulan: Laryngomalacia
DD: -Trakeomalasia
-Stenosis laring dan trakea.
Jump 4
Gangguan Sistem Respirasi
Kongenital Didapat
Manifestasi
Epidemiologi Etiologi Patofisiologi
Klinis
Diagnosis &
Pemeriksaan Tatalaksana
DD
Jump 5
1. Kelainan Non-neoplastik kongenital saluran nafas atas
2. Kelainan Non-neoplastik didapat saluran nafas atas
LO 1 Kelainan Non-Neoplastik
Kongenital Saluran Nafas Atas
Laringomalasia
Definisi
Laringomalasia merupakan suatu kelainan dimana terjadi kelemahan struktur
supraglotik sehingga terjadi kolaps dan obstruksi saluran nafas. Laringomalasia
merupakan penyebab utama stridor pada bayi.
Etiologi
Penyebab utama laringomalasia masih belum diketahui secara pasti. Tetapi karena
tingginya insiden gangguan neuromuskuler pada bayi dengan laringomalasia, beberapa
peneliti mempercayai bahwa gangguan ini merupakan bentuk hipotonia laring. Peneliti
lain berpendapat bahwa penyakit refluks gastroesofageal yang ditemukan pada 63%
bayi dengan laringomalasia, mungkin berperan, karena menyebabkan edema
supraglotis dan mengubah resistensi aliran udara, sehingga menimbulkan obstruksi
nafas.
Manifestasi Klinis
- Pada beberapa bayi tidak menimbulkan gejala sampai anak mulai aktif
(sekitar 3 bulan) atau dipicu oleh infeksi saluran nafas. Stridor yang
terjadi bersifat bervibrasi dan bernada tinggi. Stridor akan bertambah
berat sampai usia 8 bulan, menetap sampai usia 9 bulan dan bersifat
intermitten dan hanya timbul bila usaha bernafas bertambah seperti
saat anak aktif, menangis, makan, kepala fleksi atau posisi supinasi.
Setelah itu keadaan makin membaik. Rata-rata stridor terjadi adalah
selama 4 tahun 2 bulan. Tidak ada korelasi antara lama
berlangsungnya stridor dengan derajat atau waktu serangan.
Patofisiologi
Etiologi
• Epstein-Barr Virus, coxsakie, adenovirus, rhinovirus, retrovirus, respiratory syncitial
virus (RSV), parainfluenza virus.
Manifestasi Klinis
• Dapat timbul berupa nyeri tenggorok, konjungtivitis, rhinorea, batuk, suara serak,
dengan demam subfebris.
• Faringitis viral pada anak dapat muncul dengan gejala atipikal seperti muntah, nyeri
perut, pernapasan lewat mulut dan diare
• Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis ataupun lesi ulseratif intra-
oral
• Pada faringitis yg disebabkan Epstein Bar Virus (EBV) dapat ditemukan produksi
eksudat yg banyak.
Tatalaksana
• Terapi antibiotik tidak diperlukan, istirahat, minum cukup, dan kumur
dengan air hangat, serta kompres dingin di leher dapat membantu
mengurangi nyeri
• Analgetika dapat diberikan antivirus metisoprinol 60-100 mg/kg pada
dewasa dan pada anak kurang dari 5 tahun diberikan 50 mg/kg dibagi
dalam 4-5 kali pemberian
B. Faringitis Bakterial
Etiologi
• Faringitis bakterialis paling sering disebabkan grup A streptokokus beta
hemolitikus
Epidemiologi
• Terjadi 15-30% kasus anak dan 5-15% dari kasus dewasa
Manifestasi Klinis
• Gejala klinis tidak selalu dapat langsung membedakan faringitis viral dengan
faringitis bakterialis, kultur atau rapid antigen detection test (RADT) dapat
digunakan untuk membedakannya
Tatalaksana
• Pasien yg diyakini memiliki faringitis bakterialis, harus ditatalaksana
dengan antibiotik
• Gejala klinis pada umumnya akan membaik dalam 24-48 jam sejak
konsumsi antibiotik pertaman namun perlu ditekankan bahwa
penggunaan antibiotik harus hingga 10 hari untuk mengeradikasi bakteri
Komplikasi
• Beberapa komplikasi yg dapat ditimbulkan oleh faringitis yg disebabkan
streptokokus beta hemolitikus grup A berupa Endokarditis, meningitis,
otitis media, pneumonia, abses peritonsilar, limfadenitis servikal, demam
reumatik, dan glomerulonefritis post-streptococus.
Faringitis Kronik
• Biasanya disebabkan karena pajanan iritan dalam waktu yg lama
• Adapun faktor predisposisi terjadinya proses radang kronik berupa rinitis
kronik, sinusitis, perokok lama, atau pasien yg terbiasa bernafas dengan
mulut karena sumbatan hidung (contoh: deviasi septum)
Tonsilitis
• Peradangan pada tonsil palatina yg ditandai dengan peradangan
tonsil, sakit tenggorok, gangguan menelan dan pembesaran ringan
kelenjar limfe
Tonsilitis Akut
A. Tonsilitas Viral
• Menyerupai common cold yg disertai nyeri tenggorok
• Penyebab tersering virus Epstein Barr dan disebut juga tonsilitis
mononukleus infeksiosa
• Haemofilus influenza virus menyebabkan tonsilitis akut supuratif
• Dapat pula disebabkan virus coxachie dimana ditemukan luka-luka kecil
pada palatum dan tonsil yg terasa sangat nyeri
Tatalaksana
• Istirahat dan minum air cukup, dapat diberikan analgetik, jika berat dapat
diberikan antivirus
B. Tonsilitis Bakterial
• Menyebabkan 15-30% kasus faringotonsilitis
• Paling sering disebabkan bakteri streptococus bea hemoliticus grup A,
streptococus viridans, dan streptococus piogenes
Tatalaksana
Prinsip tatalaksana tonsilitis adalah sebagai berikut:
• Menjaga hidrasi
• Kontrol nyeri dan demam
• Obat kumur untuk menjaga higienitas mulut
• Antibiotik spektrum luas
Tonsilitis Kronik
• Juga disebabkan oleh polibakterial seperti streptococus alfa dan beta
hemolitikus, S.aureus, H.influenza dan bacteriodes
• Beberapa faktor yg menjadi faktor predisposisi terjadinya tonsilitis
kronik mencakup pajanan radiasi , kebiasaan kebersihan mulut yg buruk,
rokok, perubahan cuaca, dan penggunaan obat-obatan
Tatalaksana
• Diberikan terapi suportif berupa pemberian obat kumur untuk menjaga
kebersihan mulut.