Ikterik
Ikterik
Ikterik
Faktor Neonatus
1. Prematuritas
2. Faktor genetik
3. Polisitemia
4. Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-
alkohol, sulfisoxazol)
5. Rendahnya asupan ASI
6. Hipoglikemia
H.Pemeriksaan Penunjang
Kadar bilirubin serum (total)
Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah
tepi
Penentuan golongan darah dan Rh dari ibu dan
bayi
Pemeriksaan kadar enzim G6PD
Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji
fungsi tiroid, uji urin terhadap galaktosemia.
Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan
pemeriksaan kultur darah, urin, IT rasio dan
pemeriksaan C reaktif protein (CRP).
I. Penatalaksanaan
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen
bayi dengan Hiperbilirubinemia diarahkan untuk
mencegah anemia dan membatasi efek dari
Hiperbi lirubinemia.
Pengobatan mempunyai tujuan :
1. Menghilangkan Anemia
2. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit
Tersensitisasi
3. Meningkatkan Badan Serum Albumin
4. Menurunkan Serum Bilirubin
a) Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombi
nasi dengan transfusi pengganti untuk menurun
kan bilirubin. Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika
sinar mengoksidasi Bilirubin dapat dikeluarkan
melalui urine.
b) Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan
adanya faktor-faktor:
Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan
atau 24 jam pertama.
Tes Coombs Positif
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak
Suseptible (rentan) terhadap sel darah merah terha
dap antibodi maternal.
Menghilangkan sel darah merah untuk yang
Tersensitisasi (kepekaan)
Menghilangkan Serum Bilirubin
c) Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk
menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi
bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif baik
diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari
sampai beberapa minggu sebelum melahirkan.
J.Komplikasi
Komplikasi Terjadi kernicterus yaitu kerusakan otak
akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak
dengan gambaran klinik:
a. Letargi/lemas
b. Kejang
c. Tak mau menghisap
d. Tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya
opistotonus
e. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat terjadi
spasme otot, epistotonus, kejang
f. Dapat tuli, gangguan bicara, retardasi mental.
Daftar Pustaka
Markum, A.H (1991). Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak. JiliI. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
Jakarta.
Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa Keperawatan
Aplikasi pada Praktek Klinik. Terjemahan Tim
PSIK Unpad. Jakarta: EGC.
Klaus and Forotaff. (1998). Penatalaksanaan
Neonatus Resiko Tinggi. Edisi 4. Jakarta: EGC.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH