Novel ini menceritakan kisah Srintil, seorang gadis yatim piatu di Dukuh Paruk yang diangkat menjadi ronggeng desa. Ia jatuh cinta pada Rasus, tetapi Rasus pergi meninggalkannya. Srintil kemudian menerima tawaran untuk mengisi acara di kantor kecamatan. Acara itu ternyata digunakan untuk propaganda politik yang menimbulkan bencana bagi desa. Novel ini menggambarkan kehidupan masyarakat pe
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
75 tayangan38 halaman
Novel ini menceritakan kisah Srintil, seorang gadis yatim piatu di Dukuh Paruk yang diangkat menjadi ronggeng desa. Ia jatuh cinta pada Rasus, tetapi Rasus pergi meninggalkannya. Srintil kemudian menerima tawaran untuk mengisi acara di kantor kecamatan. Acara itu ternyata digunakan untuk propaganda politik yang menimbulkan bencana bagi desa. Novel ini menggambarkan kehidupan masyarakat pe
Novel ini menceritakan kisah Srintil, seorang gadis yatim piatu di Dukuh Paruk yang diangkat menjadi ronggeng desa. Ia jatuh cinta pada Rasus, tetapi Rasus pergi meninggalkannya. Srintil kemudian menerima tawaran untuk mengisi acara di kantor kecamatan. Acara itu ternyata digunakan untuk propaganda politik yang menimbulkan bencana bagi desa. Novel ini menggambarkan kehidupan masyarakat pe
Novel ini menceritakan kisah Srintil, seorang gadis yatim piatu di Dukuh Paruk yang diangkat menjadi ronggeng desa. Ia jatuh cinta pada Rasus, tetapi Rasus pergi meninggalkannya. Srintil kemudian menerima tawaran untuk mengisi acara di kantor kecamatan. Acara itu ternyata digunakan untuk propaganda politik yang menimbulkan bencana bagi desa. Novel ini menggambarkan kehidupan masyarakat pe
Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 38
MENIKMATI NOVEL
Setelah mempelajari materi ini kamu
diharapkan dapat: Menangkap maksud pengarang terhadap kehidupan dalam novel Menerangkan maksud pengarang terhadap kehidupan dalam novel Perbedaan novel sejarah dan novel Novel Sejarah Ceritanya diangkat dari kisah sejarah, mitos, atau legenda yang pernah ada di tengah- tengah masyarakat. Novel yaitu suatu bentuk dari sebuah karya sastra, merupakan kisah atau cerita fiksi dalam bentuk tulisan/kata- kata dan memiliki unsur instrinsik dan juga unsur ekstrinsik. Mengapa membaca novel lebih baik dari menonton film yang diambil dari novel? Ceritanya Lebih Lengkap
Maksud disini adalah beberapa film pasti ada
yang diadaptasi dari buku atau novel . Dan ceritanya tidak lengkap dengan cerita aslinya . Inilah sebabnya kenapa buku lebih bagus , karena dengan membaca isi cerita yang lebih lengkap bisa membuat anda tahu jawaban dari adegan - adegan filmnya yang tidak masuk akal atau bisa juga tahu adegan mana yang tidak ditampilkan di filmnya . So , lebih lengkap ceritanya , lebih paham jalan ceritanya . Berimajinasi
Jika anda menonton film , anda pasti
hanya melihatnya dan terasa terhibur saja . Tetapi , jika anda membaca buku atau novel , anda bisa berimajinasi untuk menggambarkan setiap adegan yang tertulis di buku atau novel sesuka anda . Hal ini banyak disukai oleh orang imajinatif , karena mereka bisa menggambarkan sendiri keseruannya . Melatih Kemampuan Berpikir
Salah satu manfaat ini sering dialami oleh
saya saat membaca buku atau novel . Terkadang , saya harus membacanya dengan teliti agar paham maksud adegan di cerita tersebut apa . Dan disinilah , dimana membaca dapat meningkatkan pemahaman dan memori anda , yang awalnya tidak paham menjadi paham setelah berpikir . Meningkatkan Konsentrasi
Orang yang suka membaca buku atau
novel memiliki otak yang lebih fokus . Oleh karena itu , para pembaca akan memiiki kemampuan untuk memiliki perhatian penuh pada cerita dan memahami isi cerita tersebut . Pencarian Jati Diri
Tidak hanya isi cerita yang lebih lengkap, novel juga
menjelaskan karakter suatu tokoh dengan lebih mendalam. Pasalnya, dalam novel (terutama tokoh utama) selalu memaparkan pikiran-pikiran atau kata- kata yang cuma berputar dalam otak mereka. Dalam film, kita cuma bisa menebaknya lewat ekspresi wajah sang aktor sehiingga tidak mendapatkan gambaran maksimal. Kita pun akan memahami suka-duka yang dialami suatu karakter. Alhasil, kita lebih mudah jatuh cinta atau benci sama karakter yang ada dalam novel. Makanya, Lifehack bilang kalau membaca novel sama dengan mencari jati diri, karena bisa-bisa ada salah satu tokoh yang menginspirasi kita berkat tindakannya maupun pola pikirnya. Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari Pembaca pernah menonton film Sang Penari yang dirilis pada 2011 lalu? Film tersebut merupakan film yang diangkat dari novel berjudul Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Novel ini dibuat oleh Ahmad Tohari sebagai trilogi sejak tahun 80-an, dengan judul Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Biang Lala. Namun pada terbitan-terbitan terbaru, ketiga novel ini dijadikan satu dengan judul Ronggeng Dukuh Paruk saja. SINOPSIS SINGKAT CERITA Buku pertama Buku satu yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan ketika anak-anak Dukuh Paruk yang sedang bermain, antara lain Rasus, Srintil, Warta dan Dasun. Mereka melihat bakat Srintil ketika menari. Sakarya, tetua di Dukuh Paruk, pun melihat bakat itu. Ia yakin bahwa Srintil cucunya telah kerasukan indang ronggeng. Indang adalah semacam wangsit yang dimuliakan di dunia peronggengan. Ia pun menceritakan hal itu pada Kertareja, dukun ronggeng di dukuh tersebut. Pagelaran pun diselenggarakan, orang-orang Dukuh Paruk yang telah lama menanti hadirnya seorang ronggeng di dukuh tersebut berkumpul untuk menyaksikan. Diceritakan telah belasan tahun sejak ronggeng terakhir di Dukuh Paruk meninggal belum ada lagi penggantinya. Ronggeng sendiri adalah satu-satunya hal yang membuat pedukuhan tersebut merasa hidup di tengah keterasingan, kemelaratan, dan kebodohan yang turun temurun di Dukuh Paruk. Pertunjukkan ronggeng Srintil malam itu seakan membuat orang-orang Dukuh Paruk lupa terhadap pageblug yang menimpa Dukuh Paruk sebelas tahun sebelumnya. Bahwa bapak Srintil, Sentayib, telah membawa petaka dengan banyak korban, termasuk ronggeng terakhir Dukuh Paruk. Sentayib adalah penjual tempe bongkrek, pada suatu pagi Ia tak menyadari bahwa tempenya telah tercampur dengan zat beracun karena bokor tembaga. Hal tersebut membuat banyak orang di dukuh paruk meninggal. Sentayib membela diri dengan membuktikan sendiri memakan tempe bongkrek buatannya itu di depan para warga yang telah mengepungnya di rumah. Ia pun tewas bersama istrinya, meninggalkan Srintil yang masih bayi. Sejak itu Srintil menjadi yatim piatu dan diasuh oleh kakeknya Sakarya. Rasus, laki-laki yang berusia empat belas tahun. Ia adalah teman bermain Srintil, karena sesama korban petaka tempe bongkrek mereka akrab karena sesama yatim piatu. Tetapi setelah pertunjukan malam itu ia merasa menjauh dari Srintil. Kehadiran Srintil sendiri bagi Rasus telah mengobati kerinduan terhadap sosok perempuan di hidupnya, entah itu sebagai kecintaan, atau sebagai pengganti citra emak yang belum pernah ia rasakan. Namun, meski ia mendapat perhatian, Rasus semakin lama semakin menyadari bahwa Srintil bukan miliknya seorang, sekarang Srintil adalah milik Dukuh Paruk seluruhnya. Hingga di suatu malam di makam Ki Secamenggala, makam leluhur Dukuh Paruk yang menjadi kiblat kebatinan mereka, Srintil berhasil diupacara untuk menjadi ronggeng. Ada syarat lain dalam peronggengan, syarat terakhir seorang gadis sah menjadi ronggeng adalah dengan Bukak-Klambu. Bukak-klambu adalah semacam sayembara yang terbuka bagi laki-laki manapun. Laki-laki yang dapat menyerahkan sejumlah uang yang ditentukan oleh dukun ronggeng akan dapat menikmati keperawanan Srintil. Ya, Sayembara keperawanan. Rasus pun kecewa mengetahui ada hukum menjijikkan seperti itu yang akan dilakukan Srintil untuk menjadi seorang ronggeng. Ia minggat, Ia pergi bekerja ke pasar dawuan, sebuah kota kecamatan di daerah tersebut. Ia mengasingkan diri di sana. Di pasar tersebut ia semakin terbuka pengetahuannya. Ia baru menyadari bahwa di luar dukuh paruk, mencubit pipi seorang perempuan saja bisa jadi masalah. Ada yang berceletuk ketika ia melakukan itu, “Di sini memang pasar. Perempuan yang datang berbelanja kemari tidak semua berasal dari Dukuh Paruk. Seorang sundal pun jika ia bukan perempuan dukuh paruk, akan marah bila tersentuh pipinya di depan orang banyak. Meski hanya pura-pura, namun demikianlah adanya”. Semakin jauh dari Dukuh Paruk semakin Rasus dilanda nilai-nilai baru dalam hatinya. Bahwa selama ini di Dukuh Paruk sikap cabul begitu wajar, tidak demikian ditempat lain. Rasus kemudian mendapat pekerjaan lain dari militer didaerah tersebut sebagai pengangkut barang-barang. Setelah lama ia bersama para tentara, ternyata ia juga diperbantukan untuk hal-hal lain. Suatu kali ia juga dapat membantu para tentara untuk menumpas perampokan di Dukuh Paruk, dukuh nya sendiri. Pada malam itu Ia dibangga- banggakan oleh penduduk dukuh paruk. Dengan pikiran sederhana bahwa Rasus dapat menjadi pelindung dukuh paruk. Malam itu ia tidur ditemani Srintil yang tampak semakin cantik dan kaya. Dari obrolan mereka dapat ditangkap bahwa Srintil mulai menginginkan hadirnya seorang anak. Ia meminta itu pada Rasus. Pergulatan batin tampak terlihat dari Srintil yang mulai mempertanyakan eksistensinya sebagai perempuan yang utuh, bukan sebagai ronggeng atau perempuan dukuh paruk. Buku Kedua
Bagian buku kedua berjudul Lintang
Kemukus Dini Hari menceritakan kesedihan Srintil karena ditinggal Rasus. Kesedihan itu selain membuatnya mogok tak ingin meronggeng juga membuatnya merenungi banyak hal. Ia mulai terganggu dengan pertanyaan dalam hatinya, “Mengapa diriku seorang ronggeng?”. Pertanyaan itu hadir atas perkiraan Srintil bahwa: kalau ia bukan ronggeng, Rasus takkan meninggalkannya. Pada sore itu, Srintil mendapat tamu dari panitia Agustusan. Ia ditawari untuk mengisi acara di kantor kecamatan. Sebuah kebanggaan bagi dukuh paruk yang terpencil itu. Kegembiraan berkecamuk di Dukuh Paruk. Srintil menerima untuk meronggeng kembali pada peringatan agustusan hari itu. Di hari itu nampaknya hanya Sakarya yang tidak larut dalam kegembiraan. Dalam filsafatnya yang sederhana, bahwa segalanya berpasang- pasangan, termasuk kegembiraan yang berlebihan ini. Pastilah pasangannya adalah kesusahan. Tahun itu adalah Agustus tahun 1963, orang-orang Dukuh Paruk melihat bahwa pada panggung malam itu banyak orang berpakaian merah, di sana sini juga terbentang kata-kata “rakyat korban kaum penindas”, “revolusi”, “kesenian rakyat” dan kata-kata lain yang tidak dikenal oleh orang-orang di dukuh Paruk. Acara dimulai dengan agitasi dan propaganda yang membakar semangat para pendengarnya. Acara berlangsung meriah. Setelah acara malam itu, Ronggeng dukuh paruk mulai banyak diajak naik pentas ketika acara propaganda-propaganda. Sebuah kebanggan bagi Dukuh Paruk bahwa mereka menjadi selaris itu, meski mereka tak tahu menahu mengenai agenda apa yang dibawa para orator itu. Sampai suatu ketika berita-berita tidak mengenakkan masuk melibatkan Dukuh Paruk. Bahwa katanya di Jakarta para tentara sedang saling bunuh. Banyak orang ditangkap, termasuk orang-orang dukuh Paruk yang terlibat dalam proganda-propaganda. Rumah- rumah penduduk dukuh Paruk dibakar. Tragedi ini menimbulkan banyak sekali konsekuensi. Menjadikan dukuh yang terpencil itu menjadi semakin diasingkan. Buku Ketiga
Buku ketiga berjudul Jantera Bianglala.
Menceritakan kondisi Dukuh Paruk pasca tragedi pembakaran rumah-rumah, dan sekarang tanpa Ronggeng dan Pemimpin, karena baik Srintil, Sakarya, dan Kertareja ikut ditangkap oleh tentara pada waktu itu. Walaupun beberapa bulan kemudian Sakarya dan Kertareja dibebaskan, tidak demikian dengan Srintil. Ia tetap ditahan. Suatu ketika, Dukuh Paruk didatangi oleh seorang dengan seragam tentara. Semua orang dukuh Paruk sembunyi ketakutan. Baru setelah tahu kalau tentara itu adalah Rasus dan masih mengganggap dirinya orang dukuh paruk, mereka baru berani menyambutnya. Ia kembali ke dukuh itu untuk menjenguk neneknya yang semakin tidak sehat. Beberapa hari Rasus di dukuh paruk, neneknya meninggal. Rasus hendak kembali melaksanakan tugasnya sebagai tentara, namun Ia dipesani oleh orang- orang dukuh Paruk untuk membantu membebaskan Srintil. Rasus pun Pamit. Tak lama kemudian Srintil pulang. Ia menjadi begitu berbeda dari Srintil yang sebelumnya. Pengalaman menjadi seorang ronggeng tenar dipenjara membuat sifat Srintil menjadi lebih pendiam. Sang Penari www.youtube.com/watch?v=R2HScJEkB8I Film “Sang Penari “ adalah film yang diambil dari novel “Ronggeng Dukuh Paruk”