Teknik & Filosofi Persinyalan Mekanik
Teknik & Filosofi Persinyalan Mekanik
Teknik & Filosofi Persinyalan Mekanik
S U S U
.
(-)
+ + + +
- - - Arus Induktor 220V / 12 Hz
Spul A
Permanen magnit
Angker
S U S U S U S Perubahan polaritas kutub Spul B
Spul B
+ + +
- - - - Arus Induktor 220V / 12 Hz
SISTEM BLOK 1
Blok Kedudukan normal
2 5 sepur
Terkunci
Blok ke B KETERANGAN Tunggal
a Bebas A
1 a – b terputus 1
2 a – c terhubung 5
b c
a
a – b terhubung
a – c terputus
b c
Stasiun A Stasiun B
SISTEM BLOK 2
Blok Kedudukan normal
2 5 sepur
Bebas
Blok ke B Tunggal
Terkunci A
1 1
2 5
Min 10
putaran
Stasiun A Stasiun B
SISTEM BLOK 2
A memberi warta berangkat kepada B
2 5 sepur
Terkunci
Blok ke B Tunggal
Bebas A
21 1
5
Min 10
putaran
Stasiun A Stasiun B
SEKAT PENEKAN HENDEL MEKANIK
Gambar.1 Gambar.2
Gambar.4
Gambar.3
TINGKAPAN BLOK JALUR TUNGGAL SISTEM BLOK A
Lonceng panggil
Knop panggil
tingkapan kontak rel
Knop tekan
Nama Tingkapan
Induktor
PURWANTO DW
Plat petujuk pelayanan
28
28
TINGKAPAN BLOK JALUR GANDA SISTEM BLOK III
Kunci listrik arus bolak-b
Kruk sinyal
PURWANTO DW
FILOSOFI BLOK MEKANIK JALUR GANDA
A B
HUBUNGAN BLOK : 1. Pertukaran warta KA terjadi antara PPKA “A” dengan PPKA “B”
2. Warta “Aman “ yang diterima PPKA “A” menyatakan bahwa petak
jalan ( A – B ) yang akan dilalui KA ybs “Aman”.
3. Sinyal berangkat dapat ditarik “Aman” adalah sebagai bukti kepada
Pengendali sarana KA bahwa petak jalan yang akan dilalui “Aman”
PURWANTO DW
Sinyal ulang
Sinyal langsir (dalam posisi boleh melakukan gerakan langsir)
HISTORIS PEMASANGAN DAN FUNGSI SINYAL MUKA MEKANIK
I. Pada saat puncak kecepatan KA max 45 Km/jam. 1. Sinyal masuk dipasang tanpa sinyal muka.
2. Masinis mencari-cari lokasi sinyal masuk.
X
. 3. Masinis sering mengerem mendadak,
kadang-kadang melanggar sinyal masuk.
A
II. Pada saat puncak kecepatan KA max 60 Km/jam. `` 1. Didepan sinyal masuk dipasang patok T
yang berfungsi Sebagai tanda bahwa
pada lokasi dipatok T tersebut Sinyal
masuk terlihat jelas.
2. Sebagai rambu bahwa pada jarak
tertentu Kereta api telah mendekati
X
. sinyal masuk.
3. Patok T bersifat statis tidak dapat
T A memberikan indikasi kepada Masinis
tentang kedudukan sinyal masuk
sudah dilayani atau belum.
PURWANTO DW
III. Pada saat puncak kecepatan KA max 80 Km/jam. a. Dipasang sinyal muka yang berfungsi:
- Memberikan Aspek / indikasi kepada
. Masinis bahwa sinyal masuk sudah
dilayani atau belum.
Am A
- Sebagai rambu bahwa pada jarak
tertentu KA akan mendekati sinyal
masuk.
Pelayanan sinyal muka dilayani satu
hendel bersamaan dengan sinyal
masuk. Yang berarti bahwa setiap
pelayanan sinyal masuk maka sinyal
A.I /Am muka ikut tertarik.
b. Pada realisasi pelayanannya
ternyata berat karena satu hendel
menggerakan dua lengan sinyal serta
A.II/Am bertambah panjangnya kawat tarik.
c. Keluhan dari bidang Operasi tersebut
ditindak lanjuti yaitu dengan memisah
kan hendel sinyal muka dengan hendel
sinyal masuk, dan dilayani masing-
masing dengan satu hendel.
PURWANTO DW
IV Pada puncak kecepatan KA 90 Km/jam atau lebih 1. Sinyal muka dilayani dengan satu hendel
pelayanann KA masuk ke Sepur belok
X
. sinyal muka sering tidak ditarik,karena
biasanya ditahan ”semboyan 7” dulu
I
Am A II disinyal masuk lalu setelah masinis
membunyikan ” semboyan 35” barulah
600 m 500 m
sinyal masuk ditarik aman.
AI 2. Dampak hal tsb diatas adalah lama-
kelamaan Masinis akan berpersepsi
AI bahwa apabila KA masuk kesepur
AII belok sinyal muka tidak ditarik.
Demikian juga PPKA karena KA nya
AII telah melewati sinyal muka, maka
PPKA berpendapat sinyal muka tidak
Am perlu ditarik. Hal inilah menyebabkan
Am terjadinya kesalahan persepsi yang
berkelanjutan.
1100 m
3. Kesalahan ini bila tidak diluruskan maka
akan berpotensi menyebabkan terjadi
nya kecelakaan.
PURWANTO DW
WESEL
Fungsi :
Jaminan Penguncian lidah wesel :
Petunjuk arah wesel :
wesel
FUNGSI1. Untuk mengarahkan perjalanan KA atau langsiran ke jalur lurus atau
belok
JENIS WESEL : 1. Wesel biasa : Wesel kiri, Wesel kanan
2. Wesel Inggris : Wesel Inggris kiri, Wesel Inggris Kanan.
3. Wesel Symetris
SUDUT WESEL : Dinyatakan dengan “Tangens sudutnya”
< 1: 8 ; < 1: 10 ; < 1: 12 ; < 1; 16 ; < 1: 20 dan seterusnya.
a
TANGENS =
b
< 1 : 10 jika a = 1m dan b = 10m < 1 : 12 jika a = 1m dan b = 12m
Material persinyalan Mekanik
NAMA KOMPONEN WESEL ( Tampak belakang ) 26
JENIS WESEL KIRI
JARUM WESEL
Material persinyalan Mekanik
NAMA KOMPONEN WESEL ( Tampak depan )
Lidah wesel
Lidah wesel
Koppel stang
Frame wesel
Penguncian lidah wesel jenis Arrow lock ( lidah rapat )
Penguncian lidah wesel jenis Arrow lock ( lidah buka )
PENGGERAK DAN PENGUNCIAN LIDAH WESEL
PURWANTO DW
II. Penguncian Lidah Wesel
a. Penguncian lidah wesel dengan kunci jamin/clauss
b. Penguncian lidah wesel dengan claw
c. Penguncian lidah wesel dengan arrow lock
d. Penguncian lidah wesel penguncian dalam.
PURWANTO DW
•Wesel disebut terlanggar apabila dilewati Sarana KA dari C ke A.
A B
Penggerak wesel
PURWANTO DW
Bandul penggerak wesel terlayan setempat
PURWANTO DW
PENGONTROL KEDUDUKAN WESEL
R1
.
..
3
1 3
o
II
Am A 2o
I
AII
AII
AI
AI
KW3
PENGONTROL KEDUDUKAN WESEL
1, W.1 dilayani setempar dengan bandul wesel
2. W.2,W.3 terlayan pusat dilayani dengan hendel wesel. BKW1
3. W1 kedudukan normal dikontrol dengan buka kancing
hendel dalam kedudukan normal wesel terkancing
4. W.2 kedudukan normal dikontrol dengan sekat. Apabila
hendel sinyal ditarik maka sekaligus menyekat wesel.
PURWANTO DW
WESEL TERLAYAN PUSAT DENGAN PENGGERAK RODA WESEL NS INTERNAL LOCKING
SEKAT / KANCING
JIDAR B
STANG WESEL
PURWANTO DW
Roda wesel NS dan sekat tegak tunggal
PURWANTO DW
FLANK PROTECTION / PENJAGA SAMPING
I
.
X
5 6
II Y
D
1. Berupa wesel :
Rute berangkat ke Y dari jalur II, wesel 5 disyaratkan berkedudukan kearah badug.
I
.
X
23
J 22B
II Y
J 12B 13
Rute berangkat ke Y dari jalur II, wesel 23/13 disyaratkan berkedudukan kearah lurus.
I
.
X
J 42B 23A
II Y
J 22B 23B
III Z
J 12B 13
Rute berangkat ke Y dari jalur I, wesel 13,23A,23B disyaratkan berkedudukan
kearah belok.pada kondisi demikian KA juga dapat diberangkatkan dari J22B ke Z
PURWANTO DW
JALUR EFEKTIF
Definisi
•Jalur efektif adalah jalan rel untuk menempatkan rangkaian sarana KA pada batas yang
“aman” dari kemungkinan tertumbur/terserempet oleh pergerakan KA atau langsiran
dari jalur lain.
•Jalur efektif dapat dibatasi oleh : sinyal, patok bebas wesel, bantalan putih, rambu batas
berhenti KA, ataupun trek sirkit/axle counter.
•Panjang jalur efektif ideal adalah 270 m dengan asumsi (12 kereta x 20m) + (2 lok x 15m)
= 240m + 30m = 270m atau dibulatkan menjadi 300m.
•Panjang Jalur efektif tiap-tiap emplasemen harus dicantumkan pada daftar penggunaan
sepur / jalur KA ataupun dalam RPS (Reglemen Pengamanan Setempat), hal ini untuk
mengantisipasi penempatan suatu KA yang akan bersilang/disusul terkait dengan
panjang rangkaian KA yang bersangkutan.
PURWANTO DW
SEPUR EFEKTIF PADA SISTEM PERSINYALAN MEKANIK
PURWANTO DW
Sepur efektif pada sistem persinyalan Elektrik
x y
PURWANTO DW
JALUR EFEKTIF PERSINYALAN MEKANIK
Panjang efektif jalur I
I
1 2
II
1. KA Harus berhenti dijalur efektif apabila jalur lainnya akan digunakan untuk bersilang / penyusulan
Panjang efektif jalur I
1 2
2. Rangkaian KA boleh berhenti keluar jalur efektif apabila menunggu "Aman" atau Tunggu KA didepannya
masuk Stasiun Tujuan.
3. Apabila rangkaian KA lebih panjang dari pada jalur Efektifnya, maka Rangkaian belakang boleh berhenti
keluar jalur efektif tetapi Lokomotifnya tidak boleh melewati / melanggar sinyal berangkat.
Panjang efektif jalur I
I
1 2 3
II
4. Apabila wesel 2 menghadap kedalam, maka panjang efektif I lebih pendek dari pada panjang efektif jalur II
2
I
1 3 4
II
5 .Apabila wesel 2 menghadap keluar maka panjang efektif I lebih pendek dari pada panjang efektif jalur II
.
JALUR EFEKTIF PERSINYALAN MEKANIK
2
I
1 3 4
II
6. Apabila ada perlintasan yang memotong jalur efektif maka, panjang jalur efektif menjadi seperti gambar
karena jika ada persilangan / penyusulan maka KA yang bergenti jangan sampai menutup perlintasan
3
I
2 4
II
Panjang efektif jalur II
1 5
III Panjang efektif jalur III
3
3
1 4
II Panjang efektif jalur II
2 5
I
Panjang efektif jalur I
5
I
4 6
II
1 3 7 9
III
2 8
IV
Panjang efektif jalur III dan IV
JALUR EFEKTIF PERSINYALAN ELEKTRIK
I
11 13
II
23
I
11 13
II
23B
I 23A
Panjang efektif jalur I kearah kiri
11 13
II
23B
I Panjang efektif jalur I kearah kiri 23A
11 13
II
I 23
3
11A 13A
II
11B Panjang efektif jalur II kearah kanan 13B
I
Panjang efektif jalur I kearah kanan
43
I
21A 21B 23A 23B
II
III
11A 11B 13A 13B
IV
Panjang efektif jalur III dan IV ke arah kanan
41A 43
41B
I
Panjang efektif jalur II ke arah kiri
11C 13A
11A 11B III
Panjang efektif jalur III ke arah kanan 13B 13C
11A IV
Panjang efektif jalur IV ke arah kiri
MENENTUKAN PATOK BEBAS WESEL
1. MENENTUKAN PATOK BEBAS WESEL SECARA MATEMATIS.
1950mm
195
0m
2. Tarik garis A-C m
L
4. Tarik garis DC AD sepanjang 1950mm
5. Geser garis BC sehingga BC berpotongan
dengan garis AC dititik C.
6. Geser garis DC sehingga DC berpotongan
dengan garis AC dititik C.
7. Titik C itulah patok bebas wesel.
PURWANTO DW
PENJELASAN DAN FUNGSI, SEPUR LUNCUR, SEPUR TANGKAP, SEPUR SIMPANG, SEPUR SIMPAN,
DAN LUNCURAN
2. Sepur Tangkap
- Sepur Tangkap ialah sepur - Sepur tangkap berfungsi
badug yang terpasang untuk menangkap sarana
sebelum masuk suatu KA yang meluncur / larat
emplasemen apabila sepur dari arah tanjakan supaya
tersebut terhubung dengan tidak meluncur kearah
jalan KA dengan tanjakan sepur raya atau sepur KA
8 permil atau lebih. di emplasemen.
- Kedudukan normal jalur
KA harus mengarah ke
sepur tangkap yang
kondisinya harus selalu
kosong (tidak boleh
diduduki sarana KA).
PURWANTO DW
Sepur tangkap r mil
p e
Sepur tangkap > 8
j akan
Tan
II
1 O 3
O 2O
.
I
r mil
8 pe
Sepur tangkap III n>
an jaka
O T
O
II
O
O O
I
. PURWANTO DW
NO JENIS PENJELASAN FUNGSI
3 Sepur Simpang - Sepur Simpang ialah jalur - Untuk bongkar muat
KA yang menyimpang dari barang kebutuhan industri.
sepur raya baik di - Dapat terhubung dengan
emplasemen atau di jalan jalur-jalur rel untuk
bebas yang dilindungi oleh pemeliharaan Sarana
alat pengamanan. /prasarana KA atau jalur-
- Sepur simpang bukan sepur jalur untuk langsiran.
KA
- Sepur simpang dapat
berada di emplasemen
ataupun di jalan bebas.
PURWANTO DW
No JENIS PENJELASAN FUNGSI
LUNCURAN - Luncuran ialah: Track/ sepur yang - Memberikan jaminan
dipersiapkan untuk mengamankan KA keamanan terhadap KA
yang sedang proses masuk apabila tidak yang sedang proses masuk,
5.a KA . . 2 dapat diberhentikan didepan titik yang apabila tidak dapat
X Y
1
≥100 m disyaratkan. (patok bebas/sinyal sepur diberhentikan pada titik
Luncuran keluar/rambu batas berhenti KA), yang disyaratkan, baik
5.b yang berupa: patok bebas
KA . . 3 4
X
1 2 . . Y - Panjang luncuran minimum100m dihitung yang berfungsi sebagai
dari titik yang disyaratkan dan dianggap batas sepur KA, sinyal
≥100 m
Luncuran
cukup untuk jarak pengereman semenjak sepur keluar ataupun
masinis mulai melakukan pengereman. rambu batas berhenti KA.
5.c I
Y
X
1 2
II 4 .. 5
- Pada gambar 5c, KA masuk dari X ke
III 3 Sep II dapat dilakukan bersamaan dengan
m 100≥ ≥100 m z KA berangkat ke Y. Badug sep III kiri
Luncuran Luncuran
dapat disebut sepur luncur, juga dapat
5.d digunakan sebagai luncuran KA masuk
. ≥100 m
X I L dari Y atau Z.
II Y
≥100 m
L - Pada gambar 5e untuk KA masuk dari X
5.e Long Siding
y ke sep I/II luncuran dapat ditiadakan
L=O karena Track berikutnya adalah tanjakan
X II
Tanjakan ≥ 8 %o
≥100 m I - Pada gambar 5f sepur simpang dapat
5.f .
Luncuran
- digunakan sebagai luncuran dari X masuk
. 3
ke sep II asalkan jarak bantalan putih
. I terhadap perintang R ≥ 100 m dan wesel 2
.
II 2
SSP.PG …. terlayan pusat
R
≥100 m
Bantalan putih
Luncuran
PURWANTO DW
Persyaratan umum sistem persinyalan
• Terpenuhinya azas keselamatan ( fail safe ), artinya jika terjadi
suatu kerusakan / gangguan pada system persinyalan, maka
kerusakan tersebut tidak boleh menimbulkan bahaya bagi
perjalanan Kereta api
1. Kondisi normal .
Am A D
CATATAN:
1. KA jalan langsung harus lewat jalur lurus.
2. Peralatan Interlocking dilengkapi “Kruk jalan langsung”
3. Peragaan sinyal A,Am tidak berbeda antara KA masuk berhenti dijalur lurus, dengan KA berjalan langsung.
4. Pada emplasemen besar dengan 3 jurusan atau lebih dan tidak ada jalur lurusnya, maka untuk kebutuhan
kelancaran operasional KA, Interlocking mekanik dapat didesain KA berjalan langsung lewat jalur belok.
contoh : Empl Manggarai, Jatinegara sewaktu masih Mekanik.
PEMASANGAN PATOK T DAN SINYAL PENDAHULU MASUK
PADA PERSINYALAN MEKANIK
. 1. Sinyal masuk tidak terlihat dari sinyal
muka.
A 2. Patok T dipasang pada lokasi dimana
sinyal masuk terlihat dengan jelas.
3. Jarak patok T terhadap sinyal masuk
tidak ditentukan tergantung dilokasi
T dimana sinyal masuk dapat terlihat.
PURWANTO DW
Mj.10