Bayi Ikterus

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIK KEBIDANAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN IKTERUS PATOLOGI


DI RUMAH SAKIT HARAPAN PEMATANGSIANTAR
 
 

EMMI SIANTURI
2090016
 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM PROFESI FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
 
Pendahuluan
Latar Belakang
Ikterus Neonatorum merupakan salah satu
fenomena klinis yang paling sering ditemukan
pada bayi baru lahir. Lebih dari 85% bayi cukup
bulan yang kembali dirawat dalam minggu
pertama kehidupan disebabkan oleh keadaan
ini. Bayi dengan hiperbilirubinemia tampak
kuning akibat akumulasi pigmen bilirubin yang
berwarna kuning pada sklera dan kulit
Ikterus neonatorum tidak selamanya fisiologis,
akan tetapi bila tidak segera ditangani dengan
baik akan menimbulkan cacat seumur hidup atau
bahkan kematian. Demikian juga ikterus patologi
yaitu ikterus yang timbul apabila kadar bilirubin
total melebihi 12 mg/dl, apabila tidak ditangani
dengan baik akan menimbulkan komplikasi yang
membahayakan karena 3 bilirubin dapat
menumpuk diotak yang disebut dengan kern
ikterus yang merupakan komplikasi ikterus
neonatorum yang paling berat.
Tujuan
Tujuan Umum
Dilaksanakannya Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru
Lahir di RS Harapan Pematangsiantar dgn penerapan
manajemen asuhan kebidanan sesuai dgn wewenang bidan

Tujuan Khusus
1. Dilaksanakannya pengumpulan data dasar pada bayi baru lahir
dengan Ikterus Neonatorum di Rumah Sakit Harapan
Pematangsiantar.
2. Dirumuskannya diagnosa/maslah aktual bayi baru lahir dengan
Ikterus Neonatorum di Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar.
3. Dirumuskannya diagnosa/masalah potensial bayi baru lahir
dengan Ikterus Neonatorum di Rumah Sakit Harapan
Pematangsiantar.
4. Diidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi
pada bayi baru lahir dengan Ikterus Neonatorum di
Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar.
5. Ditetapkannya rencana tindakan asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir dengan Ikterus Neonatorum di Rumah
Sakit Harapan Pematangsiantar.
6. Dilaksanakannya tindakan asuhan yang disusun pada
bayi baru lahir dengan Ikterus Neonatorum di Rumah
Sakit Harapan Pematangsiantar.
7. Diketahuinya hasil tindakan yang telah dilakukan pada
bayi baru lahir dengan Ikterus Neonatorum di Rumah
Sakit Harapan Pematangsiantar.
8. Didokumentasikannya semua temuan dan tindakan yang
telah diberikan pada bayi baru lahir dengan Ikterus
Neonatorum di Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar.
Kajian Teori
Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari usia
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan
lahirnya 2500 gram sampai dengan 4000 gram, lahir langsung
menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan)
yang berat
Neonatal adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan
usia 28 hari, disebut juga bayi baru lahir. Pada masa neonatal,
bayi rentan sekali terhadap penyakit yang berpengaruh untuk
kelansungan hidup kedepannya
Penilaian Bayi Baru Lahir APGAR Score
Pengertian Ikterus
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan
kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi
produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin

Ikterus sering kali muncul pada bayi yang baru lahir


karena penumpukan bilirubin yang berlebihan di
dalam darah dan jaringan, yaitu 60% pada bayi cukup
bulan (aterem) dan 80% pada bayi tidak cukup bulan
(prematur)
Klasifikasi Ikterus

1. Ikterus fisiologi
Ikterus fisiologi adalah warna kekuningan pada
kulit yang timbul yang timbul pada hari ke-2
sampai ke-3 setelah lahir yg tidak mempunyai
dasar patologis dan akan menghilang dengan
sendirinya pada hari ke-10
2. Ikterus patologi
Ikterus Patologi adalah ikterus yang mempunyai
dasar patologi atau kadar bilirubinnya mencapai
suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia
Ikterus patologi memiliki tanda-tanda, antara lain sebagai
berikut :
Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan, serum
bilirubin total lebih dari 12 mg/dl.
Peningkatan bilirubin 5 mg/dl atau lebih dari 24 jam.
Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg/dl pada bayi < 37
minggu (BBLR) dan 12,5 mg/dl pada bayi cukup bulan.
Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibiltas darah,
defisiensi enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) dan
sepsis.
Ikterus yang disebabkan oleh bayi kurang dari 2000 gram yang
disebkan karena usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dan
kehamilan pada remaja, masa gestasi kurang dari 36 minggu,
asfiksia, hipoksia, syndrome gangguan pernapasan, infeksi,
hipoglikemia, hiperkopnia dan hiperosmolitas darah sepsis
Manifestasi Klinik
Kulit jaundice (kuning) Pemeriksaan abdomen
Sklera ikterik terjadi bentuk perut yang
Peningkatan konsentrasi membuncit
Feses berarna seperti dempul
bilirubin serum 10 mg % pada
neonatus yang cukup bulan dan pemeriksaan neurologis
dapat ditemukan adanya
dan 12,5 mg% pada neonatus
kejang
yang kurang bulan
Epistotonus (posisi tubuh
Kehilangan berat badan
bayi melengkung)
sampai 5% selam 24 jam yang Terjadi pembesaran hati
disebabkan oleh rendahnya
Tidak mau minum ASI
intake kalori
Letargi
Asfiksia
Reflex moro lemah atau
Hipoksia
Sindrom
tidak ada sama sekali
gangguan pernapasan
Penilaian Bayi Ikterus
Kajian Kasus
Manajemen asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan ikterus patologi
di Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar
Tanggal 07 Februari 2021
Langkah 1 (Identifikasi data dasar )
b.Keluhan Utama
 Ibu pasien mengatakan kehawatiran dengan kulit bayinya
berwarna kuning sejak tanggal 06 Februari 2021.
 Ibu pasien mengatakan bahwa bayinya malas menyusui sejak
tanggal 06 Februari 2021.

c. Riwayat Obstetri
 Ibu pasien mengatakan bahwa ini merupakan anakanya yang
ketiga dan tidak ada riwayat keguguran sebelumnya.
 Ibu pasien mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 27
April 2020.
 Ibu pasien mengatakan selama hamil tidak pernah sakit dan
menderita penyakit apapun.
 Ibu pasien mengatakan salama hamil tidak pernah
mengkonsumsi obat apapun dan jamu.
d. Riwayat Persalinan
Ibu pasien mengatakan melahirkan bayinya
yang ketiga pada tanggal 04 Februari 2021,
pukul 13.20 WIB, di Rumah Sakit Harapan,
ditolong oleh Dokter Obgyn, secara SC, bayi
lahir tunggal, keadaan bayi baru lahir segera
menangis dan warna kulit bayi kemerahan.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
 Ibu pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada
penyakit menurun seperti DM, hipertensi dan
tidak ada penyakit menular seperti TBC hepatitis
dan riwayat PMS.
 Ibu pasien mengatakan dirinya dan anak-anak
sebelumnya tidak ada yang mengalami penyakit
kuning.

f. Riwayat kesehatan pasien di RS


Perawat perinatologi di RS Harapan mengatakan
KU bayi lemah, refleks menghisap lemah, kulit
bayi berwarna kuning
g. Pola Kebiasaan Pasien
 Pola nutrisi
Jenis nutrisi yang diberikan adalah ASI dan susu formula sebanyak 40
cc setiap 3 jam sekali secara oral dengan cara disendoki.

 Pola eliminasi
Pasien BAK rata-rata 5-7 kali dalam sehari warna jernih dan BAB 4 -5
kali sehari warna kuning dempul.

 Pola aktivitas
Gerakan pasien cukup aktif.

 Pola Kebersihan diri


Pasien dimandikan sebanyak 1 kali sehari tiap pagi hari.

 Pola istirahat
Pasien tidur dalam sehari rata-rata ±19 jam yaitu tidur malam ±10 jam
dan tidur siang ±9 jam.
h. Riwayat psikologis, sosial dan ekonomi orang tua
Ekspresi wajah ibu dan keluarga nampak cemas.
Ibu menggunakan kartu BPJS untuk membayar biaya
perawatan.

i. Data Spiritual Orang Tua


Ibu dan keluarga berdoa agar bayinya selamat.
Ibu dan keluarga rajin melaksanakan shalat 5 waktu

j. Pemerikasaan
KU bayi lemah
Kesadaran composmentis
Gestasi 40 Minggu
Tanda-tanda vital
 Frekuensi jantung : 135x/i
 Pernapasan : 35x/i
 Suhu : 36,8°C
Pemeriksaan head to toe
Rambut tipis, berwarna hitam dan tidak ada caput
Kepala :
sucsadenum
Wajah : Tidak ada oedema.
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera ikterik
Hidung : Tidak ada sekret.
Mulut : Bibir kering, tidak ada kelaina
Telinga : Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen
Pemeriksaan head to toe
Leher : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Dada : Pernapasan sesuai dengan gerakan dada.
Tali pusat sudah puput, tidak ada tandatanda
Abdomen :
infeksi.
Genetalia : Tidak ada kelainan
Anus : Terdapat lubang pada anus.
Jari - jari lengkap, tidak ada kelainan, terpasang
Ekstremitas atas : infus dextrosa 10% 15 TPM pada tangan sebelah
kiri.
Ekstremitas bawah : Jari-jari lengkap, tidak ada kelainan.
Kulit : Nampak kuning.
Refleks
Kuat, apabila dikagetkan lengan dan kaki
Refleks moro :
terangkat.
Refleks Kuat, apabila benda diletakkan ditelapak kaki
:
grasping bayi secara spontan bayi akan menggenggam
Refleks Lemah, pada saat diberi susu tidak dapat
:
sucking menghisap secara aktif
Refleks Lemah, apabila menyentuh pipi bayi akan
:
rooting menoleh sentuhan
Refelks
: Lemah, bayi tidak dapat menelan secara aktif
swallowing
Pengukuran antropometri
Berat Badan Sekarang : 3.500 gram
Panjang Badan Sekarang : 50 cm
Lingkar Kepala : 32 cm
Lingkar Dada : 31 cm
Lingkar Perut : 31 cm
Lingkar Lengan : 12 cm

Eliminasi
Urin : Sehari BAK 8-10 kali
Mekonium : Sehari 4-6 kali, warna kuning dempul,
konsistensi
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal, 07 Februari 2021
Bilirubin Direk : 1.0 mg/dl
Bilirubin Total : 31.0 mg/dl
SGOT : 29 u/I
Gamma GT : 105 u/I
Langkah II ( Identifikasi diagnosa atau
masalah aktual )

1. Diagnosa aktual : Bayi ”B”, BCB, SMK,


dengan ikterus patologi
a. BCB,SMK
Data dasar
Data subjektif :
 Ibu mengatakan HPHT tanggal 27 April
2020
 Ibu mengatakan melahirkan tanggal, 04
Februari 2021, pukul 13.20 WIB
Data objektif :
Berat Badan Lahir : 3.600 gram
Panjang Badan Lahir : 50 cm

b.Ikterus Patologi
Data Dasar
Data Subjektif :
Ibu pasien mengatakan kulit bayinya terlihat kuning
Ibu pasien mengatakan bayinya malas minum.
Data Objektif :
Kulit bayi terlihat kuning
Refleks menghisap dan menelan lemah
Hasil pemeriksaan LAB pada tanggal, 07 Februari 2021
Bilirubin Direk : 1.0 mg/dl
Bilirubin Total : 31.0 mg/dl
SGOT : 29 u/I
Gamma GT : 105 u/I
2. Masalah aktual : Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi
Data dasar
Data subjektif
Ibu pasien mengatakan bayinya malas
menyusui sejak tanggal, 06 Februari 2021
Data Objektif :
Refleks isap dan menelan bayi lemah
Langkah III (identifikasi diagnose atau maslah potensial)

Diagnosa potensial : Kern icterus


Data Subjektif :
Ibu pasien mengatakan kulit bayinya terlihat kuning
Ibu pasien mengatakan bayinya malas minum
Data Objektif :
Kulit bayi terlihat kuning
Refleks menghisap dan menelan lemah

Hasil pemeriksaaan LAB pada tanggal, 07 Februari 2021


Bilirubin Direk : 1.0 mg/dl
Bilirubin Total : 31.0 mg/dl
SGOT : 29 u/I
Gamma GT : 105 u/I
Langkah IV ( Perlunya tindakan segera atau kolaborasi
)

Kolaborasi dengan dokter spesialis anak


untuk fototerapi dan pemberian obat-obatan
Langkah V ( Merencanakan asuhan yang
menyeluruh)

Intervensi
Tanggal , 08 Februari 2021, Pukul 12.30 WIB
 Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi
 Observasi KU bayi dan tanda-tanda vital tiap 3 jam
Rasional : Untuk memantau keadaan pasien dan
mencegah terjadinya komplikasi.
 Berikan intake ASI dan susu formula tiap 3 jam
Rasional : Untuk menurunkan kadar bilirubin dengan
memberikan cukup ASI atau susu formula karena
bilirubin dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan
feses dan urin.
Jaga Kehangatan bayi
Rasional : Untuk mempertahankan suhu bayi
Lakukan pemberian injeksi

Ceftazidime 150mg/12 jam/IV


Rasional : Sebagai antibiotik untuk mencegah
terjadinya infeksi pada bayi.
Lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis
anak untuk melakukan tindakan fototerapi
Rasional : Untuk menurunkan kadar bilirubin
dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk
larut dalam air untuk disekresikan melalui
empedu atau urin.
Berikan informasi dan dan penjelasan
tentang hasil pemeriksaan pada keluarga bayi
“B” tentang kondisi bayi “B”saat ini.
Rasional : Untuk meningkatkan pemahaman,
menurunkan rasa takut agar keluarga
mengetahui kondisi bayi “B” saat ini.
Lakukan informed consent atau persetujuan
dengan pihak keluarga untuk dilakukan
tindakan fototerapi
Rasional : Sebagai bukti tertulis keluarga
menyetujui tindakan medis yang akan
dilakuka.
Lakukan tindakan fototerapi (fototerapi sinar diberi
selama 24 jam dan istirahat 2 jam).
Rasional : Untuk menurunkan kadar bilirubin dengan
mengubah bilirubin menjadi bentuk larut dalam air
untuk disekresikan melalui empedu atau urin.

Langkah VI ( Melaksanakan Perencanaan dan


Penatalaksaan )
Tanggal 08 Februari 2021, Pukul 12.30 WIB
Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.

Hasil : Terlaksana, tangan telah dicuci


Mengobservasi KU bayi dan TTV tiap 3 jam

Hasil : KU bayi lemah


Tanda-tanda vital
Frekuensi jantung : 135x/i
Pernapasan : 35x/i
Suhu : 36,8°C
Memberikan intake ASI atau susu formula tiap 3 jam.
Hasil : Terlaksana, telah diberikan intake ASI 40 cc per
3 jam melalui mulut dengan cara disendoki.
Menjaga kehangatan bayi.
Hasil : Terlaksana, mengganti popok dan baju bayi jika
basah
Melakukan pemberian injeksi
Ceftazidime 150mg/12 jam/IV
Hasil : Telah diberikan secara IV
Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak
Hasil :Terlaksana, dokter spesialis anak menginstruksikan untuk
melakukan tindakan fototerapi.
Memberikan informasi dan dan penjelasan tentang hasil
pemeriksaan pada keluarga bayi “B” tentang kondisi bayi “B”saat
ini
Hasil : Terlaksana, ibu pasien mengerti
Melakukan informed consent atau persetujuan dengan pihak
keluargauntuk dilakukan tindakan fototerapi/3 jam
Hasil : Terlaksana, pihak keluarga menyetujui untuk tindakan
fototerapi
Melakukan tindakan fototerapi 2 x 24 jam (fototerapi sinar diberi
selama 24 jam dan istirahat 2 jam)
Hasil : Terlaksana, pasien telah diletakkan tanpa mengenakan
pakaian dibawah sinar fototerapi, tutup mata dan alat kelamin bayi
dengan menggunakan kain kasa.
Langkah VII ( Evaluasi )
Tanggal 08 Februari 2021, Pukul 12.30 WIB
KU bayi sedang
Tanda-tanda vital
Frekuensi jantung : 140x/i
Pernapasan : 35x/i
Suhu : 36,5°C
Kebutuhan nutrisi bayi sudah terpenuhi ditandai dengan
bayi minum ASI 40 cc per 3 jam melalui mulut dengan
cara disendoki.
Popok bayi sudah diganti
Telah diberikan injeksi Ceftazidime 150mg/12 jam/IV
Tindakan fototerapi masih dilakukan
Pembahasan
Pengumpulan Data Dasar
 Dari hasil pengkajian dan pemeriksaan yang dilakukan pada
kasus bayi “B” dengan ikterus patologi melalui anamnesa
didapatkan ibu pasien mengatakan khawatir dengan keadaan
kulit bayinya berwarna kuning sejak tanggal 06 Februari 2021,
ibu pasien mengatakan bayinya malas menyusui sejak tanggal
06 Februari 2021, ibu pasien mengatakan bayinya lahir cukup
bulan dan pada saat dilakukan pemeriksaan KU bayi lemah,
kulit dan sklera bayi terlihat kuning refleks menghisap dan
menelan lemah dan pada saat dilakukan pemeriksaan LAB
pada tanggal 07 Februari 2021 didapatkan hasil bilirubin total
31,0 gr/dl.
 Sehingga pada tahap ini tidak terjadi kesenjangan antara teori
dan kasus nyata.
Identifikasi Diagnosa Atau Masalah Actual
 Dari hasil pengkajian dan pemeriksaan yang
dilakukan pada kasus bayi “B” KU bayi lemah,
kulit dan sklera bayi terlihat kuning refleks
menghisap dan menelan lemah dan pada saat
dilakukan pemeriksaan LAB pada tanggal 07
Februari 2021 didapatkan hasil bilirubin total
31,0 mg/dl.
 Sehingga pada kasus bayi “B” ditegakkan
diagnosa bayi lahir cukup bulan, sesuai dengan
masa kehamilan, ikterus patologi dengan
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Identifikasi diagnosa atau masalah potensial
 Pada kasus bayi “B” telah dilakukan observasi penanganan umum
dan penanganan segera dengan terapi sinar sehingga masalah
potensial (kern ikteus) tidak muncul. Hal ini dikarenakan
penanganan yang tepat dan baik dan pada pemeriksaan kadar
bilirubin semakin hari semakin menurun.
 Sehingga pada tahap ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan
kasus nyata

Langkah IV (Perlunya tindakan segera atau kolaborasi)


 Pada kasus bayi “N” dengan ikterus patologi dilakukan kolaborasi
dengan dokter spesialis anak untuk dilakukan fototerapi dan
pemberian obat-obatan.
 Sehingga pada tahap ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan
kasus nyata dilapangan.
Langkah V ( Merencanakan asuhan yang menyeluruh)
 Pada kasus bayi “B” dengan ikterus patologi perencanaan
yang dilakukan antara lain: cuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi, observasi KU bayi dan tanda-tanda vital
tiap 3 jam, berikan intake ASI atau susu formula tiap 3 jam,
jaga kehangatan bayi, lakukan pemberian injeksi Ceftazidime
150mg/12 jam/IV, lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis
anak untuk melakukan tindakan fototerapi, memberikan
informasi dan penjelasan tentang hasil pemeriksaan pada
keluarga bayi “B” tentang kondisi bayi “B” saat ini, lakukan
informed consent atau persetujuan dengan pihak keluarga
untuk dilakukan tindakan fototerapi, lakukan tindakan
fototerapi 2X 24 jam (fototerapi sinar diberi selama 24 jam
dan istirahat 2 jam).
 Sehingga pada tahap ini tidak terjadi kesenjangan antara teori
dan kasus nyata.
Langkah VI (Melaksanakan perencanaan dan
penatalaksanaan)
 Pada kasus bayi “B” dengan ikterus patologi,
penatalaksanaan yang dilakukan pada tanggal 08 Februari
2021 adalah cuci tangan sebelum dan sesudah memegang
bayi untuk mencegah infeksi, mengobservasi KU bayi dan
TTV tiap 3 jam, memberikan intake ASI atau susu formula
tiap 3 jam, menjaga kehangatan bayi, melakukan pemberian
injeksi ampicilin 135 mg/12 jam/Iv dan injeksi Ceftazidime
150mg/24 jam/IV dan melakukan kolaborasi dengan dokter
spesialis anak untuk tindakan fototerapi 2 x 24 jam
(fototerapi sinar diberi selama 24 jam dan istirahat 2 jam).
 Sehingga pada tahap ini tidak terjadi kesenjangan antara
teori dan kasus nyata.
Langkah VII (Evaluasi)
 Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi “B”
dengan ikterus patologi selama 3 hari yakni 07 Februari
2021 sampai dengan 09 Februari 2021 dengan 3 kali
kunjungan. Pada kunjungan pertama tanggal 07 Februari
2021, masalah yang dialami klien akan diatasi dengan
memberikan nutrisi ASI dan pemberian susu formula
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi untuk
meransang refleks isap dan menelan pada bayi serta
melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak
untuk dilakukan tindakan fototerapi dan pemberian obat-
obatan
 Sehingga pada tahap ini tidak terjadi kesenjangan antara
teori dan kasus nyata dilapangan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai