Kolesistitis Akut

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 37

CASE BASED DISCUSSION

KOLESISTITIS AKUT
PEMBIMBING:
DR. I NENGAH WINATA, SP. B
OLEH:
AVINDHADEVIANAPRABAWATIE
(014.06.0048)

SMF BEDAH RUMAH SAKIT UMUM KLUNGKUNG


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
RSUD KLUNGKUNG
2020
PENDAHULUAN
Peradangan akut dinding kandung empedu atau disebut juga dengan kolesistitis akut biasanya
terjadi akibat sumbatan duktus sistikus oleh batu

Sekitar 10 – 20% warga Amerika menderita kolelitiasis (batu empedu) dan sepertiganya juga
menderita kolesistitis akut. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita, usia tua dan lebih sering
terjadi pada orang kulit putih.

Pada wanita, terutama pada wanita – wanita hamil dan yang mengkonsumsi obat – obat
hormonal, insidensi kolesistitis akut lebih sering terjadi. Beberapa teori mengatakan hal ini
berkaitan dengan kadar progesteron yang tinggi yang menyebabkan statis aliran kandung
empedu.

pasien kolesistitis akut umumnya perempuan, gemuk dan berusia di atas 40 tahun, tetapi
menuruit Lesman LA, dkk,
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
■ Nama : LID
■ Usia : 43 Tahun
■ Jenis Kelamin : Perampuan
■ Status Perkawinan : Sudah Menikah
■ Agama : Kristen
■ Alamat : Manado, Sulawesi Utara, Indonesia.
■ Tanggal MRS : 05 Agustus 2020
■ No RM : 754321
LAPORAN KASUS
B. Anamnesis
■ Keluhan Utama : Nyeri perut kanan atas
■ Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang perempuan berusia 43 tahun datang ke IGD RS Siloam Manado dengan keluhan utama
nyeri perut kanan atas yang semakin berat sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan
terus menerus, tidak menjalar. keluhan nyeri telah dirasakan pasien 2 hari SMRS, terutama dirasakan
setelah pasien makan makanan berlemak (daging) dan jarang mengkonsumsi sayuran. Pasien juga
mengeluh mual dan muntah yang berisi makanan tanpa ada darah. Terdapat keluhan demam yang
tidak terlalu tinggi . Pasien mengatakan warna air seninya seperti air teh, Pasien menyadari bahwa
bola mata menjadi terlihat kuning ketika lihat dikaca. keluhan nyeri dada/sesak napas (-), batuk(-),
keringat malam (-), penurunan BB (-), Riwayat nyeri BAK/anyang-anyangan (-).
■ Riwayat Penyakit Dahulu :-
■ Riwayat Penyakit keluarga :-
■ Riwayat Pengobatan :-
-
LAPORAN KASUS
■ Riwayat Alergi : -
■ Riwayat Sosial : Konsumsi makan-makanan yang berlemak dan jarang makan
sayur-sayuran.
Pemeriksaan Fisik
■ Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
■ Kesadaran/GCS : E4V5M6 (Compos Mentis)
■ Tanda Vital
– Tekanan Darah : 110/70 mmHg
– Respiration Rate : 22 x/menit
– Denyut Nadi : 80 x/menit
– Suhu Aksila : 38 °C
– SpO2 : 98%
– BB : 162 m2
– TB : 65 kg
– IMT : 24.8 kg/m2
Status Generalis  
Kepala - normochepali, alopecia (-), warna rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut.

Mata - konjungtiva tampak kuning (+/+), sclera ikterik (+/+), edema palpebra (-/-), reflex
pupil isokor (+/+), pupil bulat, edema palpebra (-)

THT - Telinga : Normotia, serumen ( -/-) discharge( -/-)

- Hidung : Discharge (-/-), deformitas (-/-), deviasi septum nasi (-/-), nafas cuping hidung

(-), mukosa hiperemis (-/-)

- Mulut : Mukosa pucat (-), sianosis (-), lid ah kotor (-), tonsil T1-T1, far.ing hiperemis
(-)
Leher : - Pembesaran kelenjar getah bening (-)

- Pembesaran kelenjar tiroid (-)

- Nyeri menelan (-)

- Deviasi trakea (-)

Thorax :  
  Pulmo :  
    Inspeksi : bentuk dada simetris, normochest, tidak tampak ketertinggalan
gerakan dinding dada kanan dan kiri,

    Palpasi : fremitus vokal antar dinding dada kanan dan kiri sama, pernapasan thorakoabdominal,
retraksi interkostal (-/-)

HD HS
    Perkusi :
Lap. Paru atas Sonor sonor
Lap paru tengah Sonor sonor
Lap paru bawah sonor sonor
AUSKULTASI

HD HS

Lap. Paru atas Vesikuler (+), rh (-), wh Vesikuler (+), rh (-), wh


(-) (-)

Lap. Paru tengah Vesikuler (+), rh (+), wh Vesikuler (+), rh (-), wh


(-) (-)

Lap. Paru bawah Vesikuler (+), rh (-), wh Vesikuler (+), rh (-), wh


(-) (-)
Jantung
Inspeksi iktus kordis tidak terlihat  

Palpasi iktus kordis teraba di ICS 5 linea Midclavicularis sinistra melebar


(-)  

Perkusi
Batas kanan jantung di ICS 5 linea parasternalis dextra

Batas atas jantung di ICS 2 linea parasternalis sinistra

Batas pinggang jantung di ICS3 line parasternalis sinistra

Batas kiri jantung di ICS 5 linea midclavicula sinistra


 
Auskultasi : Suara Jantung 1 Tunggal reguler

Suara Jantung 2 Tunggal reguler

Murmur (-)
Abdomen  

  Inspeksi Distensi (-), asites (-).

  Auskultasi Peristaltik (+), 10x/menit

  Perkusi Timpani diseluruh region abdomen

  Palpasi Nyeri tekan pada abdomen bagian kanan atas (+), hepatomegali (-), splenomegali (-).

*Murphy Sign (+)


Ekstremitas

  Akral Hangat + +
+ +

  Edema - -
- -

  Sianosis Tidak ada

  CRT < 2 detik

 
Resume
Pasien Wanita 43 tahun keluhan nyeri perut kanan atas yang semakin berat sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan terus menerus, tidak menjalar. Mual
dan muntah yang berisi makanan tanpa ada darah, Demam yang tidak terlalu tinggi.
warna air seninya seperti air teh, Pasien tidak menyadari bahwa bola mata menjadi
terlihat kuning.
Dari pemeriksaan present yaitu didapatkan suhu : 38 °C, IMT : 24.8 kg/m 2 pemeriksaan
fisik generalis didapatkan konjungtiva tampak kuning (+), Sklera (+) dan pemeriksaan fisik
abdomen kanan atas (+), Murphy sign (+). Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik
bahwa dari keluhan pasien tersebut mengarahkan diagnosis sementara yaitu kolesistitis
Akut, dan untuk memastikan diagnosis pasti perlu dilakukan pemeriksaan penunjang.
DIAGNOSIS BANDING

■ Kolesistitis Akut
■ Kolangitis Akut
■ Koledokolitiasis
■ Pankreatitis Bilier Akut
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hb 14.0 g/dL 13.0-18.0
Eri 5.00 x10^6/uL 4.50-6.50
Leu 8,3 x10^3/uL 3.80-10.60
Trombo 68 x 10^3/uL 150-440
Ht 20.3 % 40.0-52.0
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 5 % 1-3
Neutrofil 54 % 40-70
Limfosit 30 % 20-40
Monosit 11 % 2-8
MCV 78 fL 80-100
MCH 29 Pg 26-34
RDW-CV 16.6 %  
- KIMIA

Glukosa Darah Sewaktu 95 mg/dL <140

Ureum 22,7 mg/dL 15.0-50.0

Creatinin 0.83 mg/dL 0.50-0.90

SGOT 183.0 U/L/37’C s/d 31

SGPT 148.5 U/L/37’C s/d 31

Bilirubin total 8.11 mg/dL s/d 1.00

Bilirubin direk 7.55 mg/dL s/d 0.25

Bilirubin indrirek 0.56 mg/dL s/d 0.75


Ultrasonografi

 KETERANGAN :
Hepar : tidak membesar, echoparenchym homogen,
tidak tampak nodul
Lien, Pancreas : tidak membesar, tidak tampak nodul
Gall Bladder : tidak tampak membesar, dinding menebal,
tak tampak batu
Buli2 dan uterus : kesan normal
Abdomen kanan kiri : tidak tampak massa atapun infiltrat
Kesan : Kolesistitis
DIAGNOSIS KERJA

■ Kolesistitis Akut
PENATALAKSANAAN

Non-farmakologi
■ Istirahat
■ Diet rendah lemak
■ Hindari makanan beserat tinggi yang bisa menimbulkan gas
 Bakteri yang menginfeksi saluran empedu dapat menghasilkan gas yang
menyebabkan perut pasien terasa penuh (kembung). Jika pasien mengkonsumsi makanan
bergas, maka akumulasi gas dalam perut pasien dapat bertambah.
■ Foley kateter
Farmakologi
■ Infus NACL 0,9 %
■ Cefoperazone 3x1 gram iv
■ Metronidazol 3x500 mg iv
■ Paracetamol 3 x 500 mg p.o
■ Lanzoprazole 2 x 30 mg p.o

Pembedahan
 Kolesistektomi
TINJAUAN PUSTAKA
KOLESISTITIS AKUT

Definisi
Radang kandung empedu (kolesistitis akut) adalah reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu yang
disertai dengan keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan demam. 1
EPIDEMIOLOGI

Dari mereka yang dirawat di rumah sakit karena penyakit traktus bilier, sebanyak 20%
mengalami kolesistitis akut, dan jumlah kolesistektomi yang dilakukan secara perlahan
meningkat, terutama pada lansia. Distribusi jenis kelamin untuk batu empedu adalah 2-3
kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria, sehingga insiden kolesistitis kalkulus
juga lebih tinggi pada wanita. Kadar progesteron yang tinggi selama kehamilan dapat
menyebabkan empedu stasis, sehingga insiden penyakit kandung empedu pada wanita
hamil juga tinggi. Kolesistitis akalkulus dijumpai lebih sering pada pria usia lanjut.
ETIOLOGI

Kolesistitis disebabkan oleh obstruksi dari duktus sistikus, biasanya oleh batu empedu,
yang mengakibatkan distensi dan inflamasi kimia atau bakterial setelahnya dari vesika
biliaris. Pada sebanyak 95% kasus kolesistitis akut, terdapat batu empedu (kolesistitis
kalkulus) dan 5% tidak terdapat batu empedu (kolesistitis akalkulus). Kultur positif dari
cairan empedu atau dinding kandung empedu ditemukan pada 50-75% kasus kolesistitis
akut. Penyebab kolesistitis akalkulus belum jelas dan dapat multifaktorial. Kadang suatu
infeksi bakteri dapat menyebabkan terjadinya peradangan.
KLASIFIKASI
Kolesistitis Kolesistitis
akut Kolesistitis kalkulosa Kronis
akut  peradangan Kelanjutan dari
akut kandung kolesistitis akut yang
empedu yang berulang.
mengandung batu.

Kolesistitis
akalkulosa akut 
peradangan akut pada
kadung empedu yang
tidakmengandandung
batu
PATOFISIOLOGI
kasus kolesistitis melibatkan batu di saluran sistikus (kolesistitis kalkulus), dan 10%
sisanya merupakan kasus kolesistitis akalkulus. Faktor yang mempengaruhi timbulnya
serangan kolesistitis akut adalah stasis cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding
kandung empedu. Kolesistitis kalkulus akut disebabkan oleh tersumbatnya duktus sistikus
hingga menyebabkan distensi kandung empedu.
■ Sumbatan ini disebabkan : batu kolesterol dan batu pigmen
Batu kolesterol  empedu yang di supernaturasi dengan kolesterol dilarutkan dalam
daerah hidrofobik micelle  kristalisasi  prepitasi lamellar kolesterol  matriks batu.
Batu pigmen (kecil,keras, warna hijau – hitam)  berhubungan dengan sekresi
pigmen yang meningkat atau pembentukan pigmen abnormal yang mengendap didalam
empedu.
Batu empedu yang mengobstruksi duktus sistikus  cairan empedu menjadi stasis dan
kental,kolesterol , dan lesitin  menjadi pekat  merusak mukosa kandung empedu diikuti
reaksi inflamasi atau peradangan dsn supuras.
membesarnya ukuran kantong empedu  aliran darah dan drainase limfatik 
terganggu  terjadinya didinding kandung empedu iskemia nekrosis mukosa  jika
lebih berat terjadinya ruptur.
Sementara itu, mekanisme yang akurat dari kolesistitis akalkulus tidaklah jelas, namun
beberapa teori mencoba menjelaskan. Radang mungkin terjadi akibat kondisi
dipertahankannya konsentrat empedu, zat yang sangat berbahaya, di kandung empedu, pada
keadaan tertentu. Misalnya pada kondisi puasa berkepanjangan, kantong empedu tidak
pernah menerima stimulus dari kolesistokinin (CCK) untuk mengosongkan isinya, dengan
demikian, empedu terkonsentrasi dan tetap stagnan di lumen.
GEJALA KLINIS

Nyeri abdomen kuadran kanan atas

Mual- muntah

Demam
DIAGNOSIS

Trias yang terdiri dari nyeri akut kuadran kanan atas, demam dan leukositosis sangat sugestif

Leukositas 10.000-15.000 dengan pergeseran kekiri. Bilirubin serum sedikit meningkat <85,5
µmol/L (5mg/dl)

Foto polos abdomen tidak dapat memperlihatkan gambaran kolesistitis akut. Hanya pada 15 %
pasien kemungkinan dapat terlihat batu tidak tembus pandang (radiopak) oleh karena
mengandung kalsium cukup banyak

USG yang pada kolesistitis akut diantaranya adalah cairan perikolestik, penebalan dinding
kandung empedu lebih dari 4 mm dan tanda sonographic Murphy. Adanya batu empedu
membantu penegakkan diagnosis
DIAGNOSIS BANDING

Pankreatitis
Kolangitis akut Koledokolitiasis
Bilier Akut
PENATALAKSANAAN
■ Tindakan umum
1. Istirahat/ tirah baring
2. Pemberian cairan intravena dan nutrisi parental untuk mencukupi kebutuhan cairan dan
kalori
3. Diet ringan tanpa lemak
 Farmakologi
1. Paracetamol, petidin (demerol)  menghilankan nyeri
2. Antibiotik  mengobati septikemia serta mencegah peritonitis dan empiema.
Antibiotik pada fase awal adalah sangat penting untuk mencegah komplikasi
Mikroorganisme yang sering ditemukan adalah Eschteria coli, Stretococcus faecalis,
dan Klebsiella, sering dalam kombinasi. Dapat juga ditemukan kuman anaerob seperti
Bacteriodes dan Clostridia. Antibiotik yang dapat dipilih adalah misalnya dari
golongan sefalosporin, metronidazol, ampisilin sulbaktam dan ureidopenisilin
Terapi definitif kolestisistitis akut adalah kolesistektomi dan sebaiknya dilakukan
kolesistektomi laparoskopik secepatnya yaitu dalam waktu 2-3 hari (dalam 7 hari sejak
onset gejala) atau ditunggu 6-10 minggu selepas diterapi dengan pengobatan karena akan
mengurangi waktu pengobatan di rumah sakit. Sebagian dokter memilih terapi operatif dini
untuk menghindari timbulnya gangrene atau komplikasi kegagalan terapi konservatif.
KOMPLIKASI

Kolesistitis akut tidak jarang menjadi kolesistitis rekuren, kadang dapat berkembang
dengan cepat menjadi gangren, empiema dan perforasi kandung empedu, fistel, abses hati,
dan peritonitis. Proliferasi bakteri pada kandung empedu yang mengalami obstruksi dapat
menimbulkan empiema pada organ  bersangkutan. Selain itu dapat juga terjadi komplikasi
lain termasuk sepsis dan pankreatitis.7
PROGNOSIS

■ Dubia ad bonam
KESIMPULAN

Kolesistitis adalah peradangan pada dinding kandung empedu yang ditandai dengan
gejala seperti nyeri perut kanan atas, demam, mual terus menerus. Pasien biasanya ada
riwayat batu sebelumnya. Terdapar dua jenis kolesistitis berdasarkan penyebab utamanya
yaitu kolesistitis akut kalkulus dan kolesistitis akut alkakulus.
Penegakan diagnosa kolesistitis akut berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang. Pada anamnesis keluhan utama pasien adalah mengeluhkan nyeri bagian perut
kanan atas, terus-menerus tidak menjalar, mual-muntah, demam yang tidak terlalu tinggi,
bola mata tampak kuning dan BAK seperti air teh. Pada status present didapatkan suhu
axilla 38 C , IMT : 24.8 kg/m2 , pemeriksaan generalis didapatkan pemeriksaan pada mata
yaitu konjungtiva tampak kuning (+), sklera ikterik (+), palpasi abdomen didapatkan yaitu
nyeri abdomen kanan atas dan murphy sign (+). Hasil pemeriksaan penunjang USG yaitu
kolesistitis.

Anda mungkin juga menyukai