Jurnal Intervensi Keperawatan Asma

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

JURNAL INTERVENSI

KEPERAWATAN ASMA
INDAH APRILLANI A.P
SONYA ANGELINA
PEMBERIAN TERAPI OKSIGENASI PADA ANAK USIA PRA
SEKOLAH DENGAN GANGGUAN POLA NAFAS PADA ASMA
BRONCHIAL DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH Prof. Dr.
MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Peneliti:
Arif sugeng riyadi, puji indriyani,yatimah ratna pertiwi (2019) jurusan keperawatan
politeknik yakpermas banyumas
Latar Belakang : Asma merupakan kondisi darurat dan seringkali penanganannya kurang
berhasil sehingga memicu jalan napas terganggu dan menyebabkan diagnose
ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Tujuan : Mendeskripsikan asuhan keperawatan pemenuhan oksigenasi pada anak dengan
asma bronchial.
Metode : Desain yang digunakan yang digunakan adalah penelitian studi kasus dengan
pendekatan proses asuhan keperawatan focus
Hasil : Kedua responden terdapat adanya perubahan pada saturasi oksigen yang
bertambah setiap harinya dan berkurangnya keluhan tentang sesak nafas dan kedua
responden mengguanakan nasal kanul yang sudah diberikan terapi oksigen dengan aliran
3 liter/menit.
Kesimpulan : Terapi oksigen dengan aliran 3 liter/menit untuk mempertahankan
kebutuhan tubuh dan mendapatkan hasil yang baik dari kedua responden tersebut
terdapat adanya perubahan saturasi oksigen, irama dan perubahan pola nafas pada pasien.
PENERAPAN FISIOTERAPI DADA UNTUK MENINGKATKAN
BERSIHAN JALAN NAFAS PADA PASIEN ASMA
BRONKHIAL

Peneliti:
Fadilatulsyam,indriono hadi (2020) poltekes kemenkes kendari
Latar belakang : Asma adalah gangguan inflamasi kronik pada saluran napas yang melibatkan banyak
sel dan elemennya. Inflamasi kronik tersebut berkaitan dengan hiperesponsif saluran napas yang
menyebabkan gejala episode berulang berupa mengi, sesak napas, rasa berat di dada, dan batuk,
terutama malam atau pagi hari. Episode berulang tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas
yang luas, bervariasi, dan seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
Tujuan : Dari literature review adalah untuk mereview pengaruh penggunaan fisioterapi dada
terhadap bersihan jalan nafas pada pasien asma bronkhial.
Metode: Pencarian artikel menggunakan Google Cindekia untuk menemukan artikel sesuai kriteria
inklusi dan ekslusi kemudian di lakukan review.
Hasil : Berdasarkan 4 penilitian di dapatkan bahwa fisioterapi dada dapat membantu dalam
pengeluaran sekret dan membantu nafas lebih efektif kembali.
Kesimpulan : Hasil Literatur review ini menunjukan bahwa fisioterapi dada terbukti dapat membantu
dalam pengeluaran sekret terhadap bersihan jalan nafas yang signifikan setelah dilakukan fisioterapi
dada yang dilakukan pemberian tindakan fisioterapi dada seperti postural drainage, clapping, latihan
batuk efektif dan latihan nafas dalam terbukti dapat membantu dalam pengeluaran sekret serta
pernafasan lebih efektif kembali, karenafisioterapi dada mempunyai peranan penting terhadap
bersihan jalan nafas pada pasien asma bronkhial, selain ekonomis, mudah dilakukan, fisioterapi dada
tidak menimbulkan adiksi , dapat digunakan kapan saja dan tidak meiliki efek samping pada pasien.
KLIEN ASMA DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS
DIRUANG MELATI 3 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOEKARDJO
TASIKMALAYA

Peneliti:
A.A briantara daiva .wirawan (2019)
Latar belakang: Asma adalah gangguan inflamasi kronis di jalan napas .Dasar penyakit ini adalah
hiperaktifitas bronkus dan obstruksi jalan napas (Syamsudin, 2013), ditandai dengan gejala
mengi menandakan ada penyempitan saluran nafas, sesak, batuk, bunyi Wheezing, cemas, nyeri dada
dan mudah kelelahan. Dari data rekam medik RSUD DR.SOEKARDJO TASIKMALAYA bahwa penyakit
asma tidak termasuk dalam 10 penyakit terbesar di ruangan melati 3.
Tujuan : Karya tulis ini adalah mampu mengaplikasikan Asuhan Keperawatan pada 2 klien klien yang
mengalamai Asma dengan masalah keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas dengan tindakan
Batuk Efektif di RuanganMelati 3 RSUD DR.SOEKARDJO TASIKMALAYA
Metode : Penulis menggunakan metode study kasus pada kedua klien, data ini diperoleh dengan cara
yaitu : wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, aktivitas, memperoleh catatan dan laporan diagnostik,
bekerja sama dengan keluarga klien dan perawat.
Hasil : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pada dua klien dengan
Asmadengan masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas dengan tindakan keperawatan Batuk Efektif
di ruanganMelati 3 RSUD DR.SOEKARDJO TASIKMALAYA, maka penulis penulis medapatakan
bersihan jalan nafas sudah efektif karena klien sudah mangeluarkan sekret dengan batuk efektif dan klien
tidak merasa sesak lagi. Diskusi : Berdasarkan penelitian tentang “Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif’
(Yosef Agung Nugroho, 2011) bahwa terbukti pada perbedaan dalam pengeluaran sekresi antara sebelum
dan sesudah pemberian Batuk Efektif dengan kesimpulan pemberian Batuk Efektif dapat membantu
klien mengeluarkan sekresi
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASMA YANG
BERULANG

Peneliti:
Wayan rika setiawan , ani syafriati (2020) stikes aisyiyah palembang
Latar Belakang: Asma merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran
nafas yang melibatkan banyak sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel mast,
leukotrin dan lain-lain. Inflasi kronik ini berhubungan dengan hiperresponsif
jalan nafas yang menimbulkan episode berulang dari mengi (wheezing), sesak
nafas, dada terasa berat dan batuk terutama pada malam dan pagi dini hari,
kejadian ini biasanya ditandai dengan obstruksi jalan nafas yang bersifat
reversible baik secara spontan atau dengan pengobatan.
Tujuan: Untuk menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya asma yang
berulang dan untuk menganalisa pengetahuan pasien tentang penyakit asma.
Metode: Penelititan ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode
studi kepustakaan atau literatur review. Dalam melakukan penelitian ini
peneliti melakukan pencarian jurnal penelitian yang dipublikasikan di internet
menggunakan seach engine Google Schoolar, PubMed, dan ProQuest
GAMBARAN LAMA WAKTU PEMBERIAN TERAPI NEBULIZER
TERHADAP STATUS RESPIRATORI PADA PASIEN ASMA DI RSUD
dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Peneliti:
Nimah ,suliatun (2019) universitas muhammadiya purwokerto
Latar Belakang : Asma adalah suatu gangguan pernapasan dimana terjdi penyempitan jalan nafas yang
disebabkan oleh fakor alergi ataupun kelainan inflamasi kronik. Adapun di indoensia penyakit asma
merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian, asma dapat diterapi dengan cara inhalasi yaitu
dengan menggunakan terapi nebulizer hal ini bertujuan untuk membasahi saluran napas untuk
mengencerkan dahak dan mengurangi sesak napas pada pasien asma.
Tujuan : Untuk mengetahui gambaran lama waktu pemberian terapi nebulizer terhadap status respiratori
pasien asma.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan metode studi kasus dengan responden sebanyak 6
pasien asma yang mendapat terapi yang sama yaitu terapi nebulizer di RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata
Purbalingga.
Hasil: Terapi nebulizer tercepat dengan menggunakan nebulizer jet posisi fowler dan jumlah obat 1 yaitu
Combivent menghabiskan waktu 13 menit, dan terapi nebulizer terlama menggunakan O2 pengganti
nebulizer dengan posisi semifowler dan jumlah obat 2 yaitu Combivent Dan Flexotid menghabiskan waktu
32 menit.. Dari semua responden mengalami kenaikan RR, peningkatan SpO2 dan 4 responden mengalami
perubahan suara napas normal dan 2 lainnya abnormal, serta tidak ada yang mengeluh bertambah sesak,
batuk dan nyeri dada hanya saja mengeluh merasa tidak nyamaan saat dilakukan terapi nebulizer terlalu
lama.
Kesimpulan : Rata-rata lama waktu terapi nebulizer yaitu ±24 menit hal ini dpiengaruhi oleh beberapa factor
yaitu jenis nebulzer, posisi pasien saat dilakukan terapi nebulizer dan jumlah obat yang diberikan saat
diterapi nebulizer.
PENGARUH NEBULIZER, INFRARED DAN TERAPI LATIHAN PADA
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) ET CAUSA ASMA
BRONKIAL

Peneliti :
Didik purnomo, zainal abidin, rio ardianto (2017) akademi fisioterapi widya husada semarang
Latar Belakang : Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Kota Semarang prevalensi tahun 2011
sekitar 4249 kasus, tahun 2012 sekitar 1342 kasus, tahun 2013 sekitar 820 kasus, dan tahun 2014 sekitar
kasus, berdasarkan kematian kasus Penyakit Paru Obstruktif di Kota Semarang prevalensi dari tahun
2010 sekitar 36 orang, pada tahun 2011 sekitar 36 orang, tahun 2012 sekitar 66 orang, tahun 2013 sekitar
81 orang, dan tahun 2014 sekitar 54 orang. Penelitian ini dilakukan di RSUD KRMT Wongsonegoro
pada bulan Mei 2017 dengan mengambil sampel sebanyak 8 orang partisipan sedangkan metode quasi
eksperimen jenis pretest-posttest. Intervensi yang diberikan berupa infrared, nebulizer dan terapi
latihan.
Tujuan : Menegetahui pengaruh penggunaan infrared, nebulizer dan terapi latihan pada kasus PPOK et
causa asma Bronkial.
Hasil : Uji normalitas dengan saphiro wilk test nilai sig. respiratory rate sebelum dilakukan terapi 0.634,
nilai sig. respiratory rate sesudah dilakukan terapi 0.139, nilai sig. Skala Borg sebelum dilakukan terapi
0.522 dan Skala Borg sesudah dilakukan terapi 0.098 maka nilai sig. > 0,05 Hal ini berarti distribusi data
normal. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan paired sample t test dengan hasil sig 2 tailed
untuk respiratory rate 0,007 sedangkan nilai sig skala Borg 2 tailed sebesar 0,001. Maka nilai sig 2 tailed
<0,05. Hal ini berarti terjadi perubahan yang signifikan pada partisipan setelah diberikan terapi.
Kesimpulan : intervensi yang diberikan berupa penggunaan infrared, nebulizer dan terapi latihan.
Terbukti efektif dalam memperbaiki respiratory rate dan mengurangi sesak napas pada kasus PPOK et
causa asma bronkial.

Anda mungkin juga menyukai