Diskusi Kelompok - Dermatoterapi - RSAL MINTOHARDJO

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 40

DERMATO-TERAPI

ACHMAD SOERIO SETIODI


NINDA ARIANTI
FIRDA ASYATUL
MOCHAMMAD YUSUF
DIAN NUR APRILIANA
FADHILA AMALIAH R
MARISA
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
• Penyakit kulit dapat diobati dengan bermacam-macam cara, ialah:
1. Topikal

2. Sistemik

3. Intralesi

• Kalau cara pengobatan diatas ini belum memadai, maka masih dapat digunakan cara-cara lain yaitu:
- Radioterapi
- Sinar ultraviolet pengobatan laser
- Krioterapi
- Bedah listrik
- Bedah skalpel
Dengan adanya kemajuan-kemajuan yang pesat dalam bidang farmasi, maka pengobatan penyakit kulit juga ikut berkembang pesat.
Kemajuan dalam bidang pengobatan topikal yang berupa perubahan dari cara pengobatan nonspesifik dan empirik menjadi pengobatan
spesifik dengan dasar yang rasional.
PENGOBATAN TOPIKAL
PENGOBATAN TOPIKAL

• Kegunaan dan khasiat pengobatan topikal didapat dari pengaruh fisik dan kimiawi obat-obat yang diaplikasi diatas kulit
yang sakit.

• Kalau obat topikal digunakan secara rasional, maka hasilnya juga optimal, sebaliknya kalau digunakan secara salah obat
topikal menjadi tidak efektif dapat menyebabkan penyakit iatrogenik.
• Prinsip obat topikal secara umum terdiri atas 2 bagian :
1. Bahan dasar (vehikulum)
2. Bahan aktif
BAHAN DASAR ( VEHIKULUM )
BAHAN DASAR (VEHIKULUM)

• Memilih bahan dasar (vehikulum) obat topikal merupakan langkah awal dan terpenting yang harus diambil pada pengobatan penyakit
kulit.
- Bahan dasar dibagi menjadi :
• Cairan
• Bedak
• Salap
- Disamping itu ada 2 campuran atau lebih bahan dasar, yaitu:
• Bedak kocok (lotion), yaitu campuran cair dan bedak
• Krim, yaitu campuran cairan dan salap
• Pasta,yaitu campuran salap dan bedak
• Linimen (pasta pendingin), yaitu campuran cairan,bedak dan salap
CAIRAN

Prinsip :
Membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus, krusta dsb) dan sisa-sisa obat topical yang pernah dipake

Hasil akhir :
Keadaan yang membasah menjadi kering, permukaan jadi bersih, terjadi proses epitelisasi.

Harus diingat :
Pengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu kering
CAIRAN

• Terdiri atas : Solusio • Larutan dalam air

Tingtura • Larutan dalam alkohol

Solusio di bagi dalam :


Dikenal 2 macam cara kompres :
1. Kompres tersering
1. Kompres terbuka
2. Rendam (bath)
2. Kompres Tertutup
3. Mandi (full bath)
KOMPRES
Kompre Indikasi : Kompres
s 1. dermatosis madidans Tertutup Sinonim :
Terbuka 2. Infeksi kulit dengan eritema mencolok
Kompres impermeabel
3. Ulkus kotor mengandung pus, krusta

Efek pada kulit :


1. Kulit eksudatif  kering
Indikasi :
2. Oermukaan kulit dingin
Kelainan yang dalam
3. Vasokonstriksi
4. Eritema berkurang

Cara :
Cara :
- Kain kasa (3 lapis)
- Kasa dicelup , balut, diamkan Digunakan pembalut tebal dan ditutup
- Balutan jangan terlalu ketat dengan bahan impermeable.
- Luas daerah yang dikompres 1/3 bagian tubuh
BEDAK
Dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang tidak melekat erat  penetrasi sedikit

Efek :
• Mendinginkan
• Antiinflamasi ringan
• Anti pruritus lemah
• Mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat
• Proteksi mekanis

Indikasi : Kontraindikasi :
1. Dermatosis yang kering dan superfisial Dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan
2. Mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah infeksi sekunder.
SALAP

• Salap ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula
lanolin atau minyak

• Indikasi
• Dermatosis yang kering dan kronik
• Dermatosis yang dalam dan kronik, karena daya penetrasi salap paling kuat jika dibandingkan dengan bahan dasar lainnya
• Dermatitis yang bersisik dan berkusta

• Kontraindikasi
• Dermatitis Madidans
• Jika kelainan kulit terdapat pada bagian badan yang berambut, penggunaan salap tidak dianjurkan dan salap jangan dipakai di seluruh tubuh
BEDAK KOCOK

• Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak, yang biasnaya ditambah dengan gliserin sebagai bahan perekat. Supaya bedak tidak terlalu
kental dan tidak cepat menjadi kering. Maka jumlah zat padat maksimal 40% dan jumlah gliserin 10-15%

• Bila beberapa zat aktif padat ditambahkan, maka presentase tersebut jangan di lampaui
• Indikasi
• Dermatosis kering, superfisial dan agak luas, yang diinginkan ialah penetrasi ringan
• Pada keadaan subaku
• Kontraindikasi
• Dermatitis madidans
• Daerah bada yang berambut
KRIM
• Krim ialah campuran water ( air ), Oil ( minyak ) dan emulgator.
• Krim ada 2 jenis
• Krim W/O : air merupakan fase dalam dan minyak fase luar
• Krim O/W : minyak merupakan fase dalam dan air fase luar.

• Selain itu dipakai emulgator, dan biasanya ditambah dengan bahan pengawet, misalnya paraben dan juga dicampur dengan parfum.
Berbagai bahan aktuf dapat di masukan di dalam krim
• Indikasi
• Indikasi kosmetik
• Dermatosis yang sub akut dan luas, yang di kehendaki ialah penetrasi yang lebih besar dibandingkan bedak kocok
• Krim boleh digunakan diaerah yang berambut
• Kontraindikasi
• Dermatitis madidans
LIMEN

• Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak dan salap

• Indikasi
• Dermatosis yang sub akut

• Kontraindikasi
• Dermatosis madidans
BAHAN AKTIF
BAHAN AKTIF

Dalam pembuatan resep topical harus ada bahan aktif dan vehikulum.
Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor:
• Konsentrasi obat
• Kelarutan dalam vehikulum
• Besar partikel
• Viskositas
• Efek vehikulum terhadap kulit
1. ALUMINIUM ASETAT

• Contohnya larutan burowi yang mengandung alumunium asetat 5%. Efeknya


ialah astringen dan antiseptic ringan. Di gunakan sebagai kompres dan
diencerkan 1:10
2. ASAM ASETAT

• Dipakai sebagai larutan 5% untuk kompres, bersifat antiseptic untuk infeksi


pseudomonas.
3. ASAM BENZOAT

• Mempunyai sifat antiseptif terutama fungisidal. Digunakan dalam salap


contohnya dalam Whitefield dengan konsentrasi 5%.
4. ASAM BORAT

• Tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai bedak, kompres atau dalam salap
berhubungan efek antiseptiknya sangat sedikit dan dapat bersifat toksik,
terutama pada kelainan yang luas dan erosive.
5. ASAM SALISILAT

• Merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal dalam pengobatan topical.
• Memiliki efek mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi
yang terganggu.
• Pada konsentrasi rendah (1%-2%) mempunyai efek keratoplastik
• Pada konsentrasi tinggi (3-20%) bersifat keratolitik dan dipakai untuk
keadaan hiperkeratolitik.
6. ASAM UNDERSILENAT

• Asam undesilenat bersifat fungistatik, dapat juga bersifat fungisidal apabila


terpapar lama dengan konsentrasi yang tinggi pada agen jamur.
• Tersedia dalam bentuk salep, krim, bedak spray powder, sabun, dan cairan.
• Salep asam undesilenat mengandung 5% asam undesilenat dan 20% zinc
undesilenat.
7. ASAM VIT.A (TRETINOIN,ASAM RETINOAT)

Efek:
• Memperbaiki keratinisasi menjadi normal, jika terjadi gangguan
• Meningkatkan sintesis D.N.A dalam epitalium germinatif
• Meningkatkan laju mitosis
• Menebalkan stratum granulosum
• Menormalkan parakeratosis
Indikasi:
• Penyakit dengan sumbatan folikuler
• Penyakit dengan hiperkeratosis
• Pada prosis menua kulit akibat sinar matahari
8. BENZOKAIN

• Bersifat anestesia, konsentrasi ½ - 5%, tidak larut dalam air, lebih larut
dalam minyak, dan lebih larut lagi dalam alkohol.
• Dapat digunakan dalam vehikulum yang lain,
• Sering menyebabkan sensitisasi
9. BENZIL BENZOAT

• Cairan yang berfungsi sebagai akabisid dan pedikulosit. Digunakan sebagai


emulsi dengan konsentrasi 20% atau 25%.
10. COMPHORA

• Konsentrasi 1 -2%, bersifat antiprutitus berdasarkan penguapan zat tersebut


sehingga terjadi pendinginan,
• Dapat dimasukan ke dalam bedak, atau bedak kocok yang mengandung
alkohol agar terjadi larut.
• Dapat pula digunakan sebagai salep dan krim
11. MENTOL

• Bersifat antipruritik seperti comphora.


• Pemakaian seperti comphora
• Konsentrasi ¼ - 2 %
KORTIKOSTEROID TOPIKAL
PENGGOLONGAN KORTIKOSTEROID
TOPICAL

Berdasarkan potensi klinis


• Golongan I (super poten)
• Golongan II (potensi tinggi)
• Golongan III (potensi tinggi)
• Golongan IV (potensi medium)
• Golongan V (potensi medium)
• Golongan VI (potensi medium)
• Golongan VII (potensi lemah)
INDIKASI

• Responsif dengan K.T :


psoriasis, dermatitis (atopic, seboroik, numularis, statis, venenata, intertriginosa dan
solaris), neurodermatitis sirkumskripta.
• Kurang responsive dengan K.T :
lupus eritematosus discoid, psoriasis ditelapak tangan dan kaki, nekrobiosis lipoidika
diabetikum, vitiligo, granuloma anulare, sarcoidosis
• Responsif dengan kortikosteroid intralesi :
keloid, jaringan parut hipertrofik, alopesia areata, akne berkista
APLIKASI KLINIS

• Cara aplikasi
umumnya dianjurkan pemakaian salep 2-3 x/hari sampai sembuh.
• Lama pemakaian steroid topical
sebaiknya tidak lebih dari 4-6 minggu untuk steroid potensi lemah.
tidak lebih 2 minggu untuk potensi kuat.

Ilutrasi contoh : psoriasis, dermatitis (atopic, kontak alergi, dishidrotik, nummular, seboroik,
intertriginosa)
Efek samping :
• Terjadi bila :
penggunaan yang lama dan berlebihan, penggunaan dengan potensi kuat atau sangat kuat
atau penggunaan secara oklusif.
• Gejala :
atrofi, strie atrofise, telangiectasis, purpura, dermatosis akneformis, hipertrikosis setempat,
hipopigmentasi, dermatitis perioral, menghambat penyembuhan ulkus, infeksi mudah terjadi
dan meluas, gambaran klinis penyakit infeksi semakin kabur
• Podofilin
Damar podofilin digunakan dengan konsentrasi 25 % sebagai tingtur untuk kondiloma acuminatum. Setelah
4-6 jam hendaknya dicuci.
• Selenium disulfid
Sebagai sampo 1% untuk dermatitis seboroik pada kepala dan tinea versikolor
• Sulfur
Antiseboroik, anti-akne, antiskabies, antibakteri positif. Gram dan antijamur.
Dapat digunakan dalam pasta, krim, salep dan bedak kocok. Contoh dalam salep ialah salep 2-4. Sedangkan
bedak kocok ialah losio Kummerferdi dipakai untuk akne
• TER
Hasil destilasi kering dari batubara, kayu dan fosil
Batubara: likuor karbonis detergens
Kayu: oleum kadini dan oleum ruski
Fosil: iktiol
• Preparat ter yang sering digunakan ialah likuor karbonis detergens karena tidak berwarna hitam dan tidak begitu
berbau. Konsentras 2-5 %.
• Efek : antipruritus, anti radang, anti ekzemm. Antiakantosis keratoplastik, dapat digunakan untuk psoriasis dan
dermatitis kronik dalam salep. Jika terdapat lesi yang universal, missal psoriasis tidak boleh dioleskan di seluruh lesi
• Cara pengolesan digilir, tubuh dibagi 3 , hari 1: kepala dan ekstremitas, 2 : batang tubuh, hari 3 : ekstremitas bawah
• Urea
• Dengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek sebagai emolien, dapat dipakai untuk
iktiosis atau xerosis kutis.
• Pada konsentrasi 40% melarutkan protein.

• Zat antiseptik
• Zat ini bersifat antiseptik dan/atau bakteriostatik.
• Zat-zat antiseptik lebih disukai dalam bidang dermatologi daripada zat antibiotik, sebab
dengan memakai zat antiseptik persoalan resistensi terhadap antibiotik dapat dihindarkan.
oGolongan alkohol
Etanol 70% mempunyai potensi antiseptik yang optimal. Efek sampingnya menyebabkan kulit menjadi
kering.
oGolongan fenol
pada konsentrasi tinggi bersifat kaustik, sedangkan pada konsentrasi rendah bersifat bakteriostatik dan
antipruritik.
oGolongan halogen
- Yodium : bersifat bakteriostatik, khasiatnya antibakterial dan antimikotik dengan konsentrasi 1%, dapat
dipakai desinfeksikulit pada pembedahan
oZat pengoksidasi
- Permanganas kalikus : efek antiseptik lemah dalam larutan encer dalam air. Dipakai sebagai kompres
terbuka (1 : 10.000)
- Benzoil – peroksid : bersifat antiseptik, merangsang jaringan granulasi, bersifat keratoplastik
OBAT IMUNOMODULATOR TOPIKAL

• Salah satu obat immunomudilator adalah tacrolimus ( TKL) suatu calcinerin


inhitors (CnLs) yait suatu macrolactam yang pertama tama diisolasi dari
streptomyces
• Formulasi topical mempunyai konsentrasi 0,03 % dan 0,1 % bentuk salep
• TKL terutama untuk dermatitis atopic. TKL tidak menyebabkan atrofi kulit
dan tidak pengaruh pada sintesis kolagen kulit
REFERENSI

• Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu penyakit kulit dan kelamin.


Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2015

Anda mungkin juga menyukai