Dwiky Zidan Bagaskara - Komponen Kimia Kayu - 08720

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

STUDI MUTU KAYU JATI DI HUTAN

RAKYAT GUNUNGKIDUL. V. SIFAT KIMIA


KAYU
Direview oleh:
Dwiky Zidan Bagaskara – 18/427408/KT/08720
Latar Belakang
Salah satu jenis kayu yang sangat diminati untuk kebutuhan masyarakat adalah kayu jati (Tectona
grandis L.f.). Kayu jati merupakan jenis kayu yang banyak dipakai untuk berbagai keperluan,
seperti bahan konstruksi, dek kapal, dan lantai. Kayu jati dari hutan rakyat tidak mendapatkan
perlakuan silvikultur seperti kayu dari hutan tanaman, sehingga sifat kayu umumnya kurang baik
dibandingkan kayu dari hutan tanaman.
Pemanfaatan optimal kayu jati hutan rakyat perlu didukung dengan mengetahui sifat-sifat dasar
kayu jati antara lain sifat kimia. Sifat kimia penting untuk diketahui karena dapat menentukan
proses awal hingga proses akhir dari sebuah pengerjaan kayu. Data sifat-sifat kayu jati hutan
rakyat masih sangat terbatas dibandingkan dengan jati hutan tanaman atau Perum Perhutani. Maka
dari itu perlu adanya penelitian yang bertujuan mengeksplorasi sifat kimia kayu jati hutan rakyat
pada tempat tumbuh yang berbeda serta membandingkannya dengan kayu jati konvensional.
Metodologi Penelitian
 Penyiapan Bahan
Sampel diambil pada bagian pangkal (20 cm dari permukaan tanah) berbentuk disk dengan
ketebalan 5 cm pada masing-masing pohon. Setiap disk dibagi menjadi tiga bagian pada
kedudukan radial, yaitu gubal (+ 0,5 cm dari kulit), teras terluar (+ 0,5 cm dari perbatasan gubal-
teras), dan teras dalam (+ 1 cm dari hati/empulur). Dari setiap bagian, sampel uji kayu kemudian
dibuat serbuk ukuran 40-60 mesh untuk penentuan sifat-sifat kimianya.
 Penentuan Sifat Kimia
Penentuan kadar ekstraktif dilakukan dengan mengekstrak serbuk kayu setara 2 g berat kering
tanur dengan pelarut etanol-toluena (2:1, v/v) dengan alat soxhlet selama 8 jam (ASTM D1107 –
96, 2002), serta dengan air panas selama 3 jam (ASTM D 1110 – 80, 2002) secara terpisah. Serbuk
bebas ekstraktif dari ekstraksi etanol-toluena selanjutnya diukur kadar holoselulosa dan á-selulosa
dengan metoda asam klorit modifikasi (Browning, 1967), dan lignin Klason melalui hidrolisis
asam sulfat 72%. Kadar hemiselulosa ditentukan melalui pengurangan kadar holoselulosa dengan
kadar á-selulosa. Parameter lainnya adalah kadar abu yang mengacu ASTM D 1102 - 84 (2002)
sedangkan kelarutan dalam NaOH 1% mengacu ASTM D 1109-84 (2002).
Hasil Penelitian
 Kisaran nilai holoselulosa, a-selulosa, hemiselulosa, dan lignin kayu jati Gunungkidul dari semua pengukuran
individu pohon secara berturutan adalah 75,76-79,74%; 46,72-50,90%; 27,41-30,14%; dan 29,22-32,80%
 Secara detail, kadar holoselulosa tertinggi terdapat di bagian gubal kayu jati dari Panggang (79,74%), sedangkan
nilai tertinggi kadar a-selulosa didapatkan di teras luar dari Playen (50,90%), dan nilai kadar hemiselulosa tertinggi
didapatkan di teras dalam dari Panggang (27,41%).
 Nilai kadar ekstraktif etanol-toluena (KET), kelarutan dalam air panas (KAP), dan kelarutan dalam NaOH 1% kayu
jati Gunungkidul dari semua pengukuran berkisar antara 5,04-10,77%; 2,74-7,85%; dan 16,43-17,35%, secara
berturutan. Rerata nilai berdasarkan tempat tumbuh dideskripsikan di Tabel 1. Apabila dibandingkan dengan
sampel dari Randublatung, maka rerata KET dari sampel Gunungkidul sedikit lebih rendah yang diduga karena
faktor umur. Di lain pihak, selisih nilai rerata KAP atau NaOH 1% tidaklah berbeda jauh bila dibandingkan sampel
dari Randublatung.
 Nilai kadar abu dari semua pengukuran sampel jati Gunungkidul adalah 0,60-1,66%. Rerata nilai berdasarkan
tempat tumbuh disarikan di Tabel 1. Dapat dilihat bahwa bila dibandingkan dengan jati Randublatung, nilai rerata
sampel di Gunungkidul menunjukkan nilai kadar abu yang lebih rendah.
Sumber Pustaka
Lukmandaru, G., Arsyi R.M., Pito W., dan Vendy E.P. 2016. Studi Mutu Kayu Jati di Hutan Rakyat
Gunungkidul.V. Sifat Kimia Kayu. Jurnal Ilmu Kehutanan, 10 (2): 108-118.

Anda mungkin juga menyukai