Stabilitas Bendungan

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

Valley

ANALISIS STABILITAS BENDUNG


(Studi kasus: Bendung Tamiang)
Afrian Firnanda 1), Manyuk Fauzi 2), Siswanto 2)
1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru 28293
E-mail: [email protected]

Nur Annisa M
219190098
Sipil C
Air merupakan elemen yang sangat signifikan bagi
PENDAHULUAN kehidupan mahluk hidup, baik hewan, tumbuhan,
maupun manusia. Salah satu manfaat air yaitu untuk
mengairi lahan pertanian. Namun curah hujan yang
berbeda-beda setiap bulannya mengakibatkan
kebutuhan air bagi lahan pertanian tidak tercukupi.
Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan air bagi
lahan pertanian diperlukanlah sebuah bangunan air
yang mampu mengaliri lahan pertanian sepanjang
tahunnya. Salah satu bangunan air yang bermanfaat
bagi pertanian yaitu bendung.
Bendung adalah bangunan melintang sungai yang
digunakan untuk meninggikan muka air sungai untuk
keperluan irigasi, pemenuhan kebutuhan air baku dan
lain-lain. Dalam pembangunannya, sering sekali
ditemukan bendung-bendung yang rusak atau tidak
stabil sehingga mempengaruhi hasil produksi
parapetani. Bendung yang dibangun harus memenuhi
persyaratan stabilitas yang menjadi salah satu syarat
penting guna menjamin umur bendung dan
kemampuannya untuk menaikkan muka air yang
mengalir menuju lahan
pertanian.
Sama halnya pada Bendung Tamiang
yang terletak di Kecamatan Kotanopan
Kabupaten Mandailing Natal pada Sungai
Batang Gadis juga harus dihitung
stabilitasnya.
Melihat bendung ini terbuat dari batu
bronjong dan dibangun secara swadaya
oleh masyarakat serta bendung tersebut
merupakan bendung yang sangat penting
bagi wilayahnya, oleh karena itu sangat
penting sekali untuk mengecek
stabilitasnya.
TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan stabilitas Bendung Tamiang yang
terletak di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal pada Sungai Batang
Gadis DAS Batang Gadis terhadap guling dan geser.

Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi meninggikan muka


air sungai agar bisa di sadap. Bendung merupakan salah satu dari bagian bangunan
utama. Bangunan utama adalah bangunan air (hydraulic structure) yang terdiri dari
bagian-bagian:
• Bendung (weir structure)
• bangunan pengelak (diversion structure)
• bangunan pengambilan (intake structure)
• bangunan pembilas
• (flushing structure)
• bangunan kantong lumpur (sediment trapstructure)
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 03-2401-1991 tentang
pedoman perencanaan hidrologi dan hidraulik untuk bangunan di
sungai adalah bangunan ini dapat didesain dan dibangunan sebagai
bangunan tetap, bendung gerak, atau kombinasinya, dan harus dapat
berfungsi untuk mengendalikan aliran dan angkutan muatan di sungai
sedemikian sehingga dengan menaikkan muka airnya, air dapat
dimanfaatkan secara efisien sesuai dengan kebutuhannya. Definisi
bendung menurut analisis upah dan bahan BOW (Burgerlijke Openbare
Werken), bendung adalah bangunan air (beserta kelengkapannya)
yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan taraf muka air
sehingga dapat dialirkan
Stabilitas bendung merupakan perhitungan kontruksi
untuk menentukan ukuran bendung agar mampu
menahan muatan-muatan dan gaya-gaya yang bekerja
padanya dalam segala keadaan, dalam hal ini termasuk
terjadinya angin kencang dan gempa bumi hebat dan
banjir besar. Syaratsyarat stabilitas kontruksi seperti
lereng di sebelah hulu dan hilir bendung tidak mudah
longsor, harus aman terhadap geseran, harus aman
terhadap rembesan, dan harus aman terhadap
penurunan
bendung.
Syarat-syarat stabilitas bendung antara lain:

Pada konstruksi batu kali dengan selimut beton, tidak boleh


terjadi tegangan tarik.
Momen tahan lebih besar dari pada momen guling.
1. Konstruksi tidak boleh menggeser.
4. Tegangan tanah yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan
tanah yang diijinkan.
5. Setiap titik pada seluruh konstruksi harus tidak boleh terangkat
oleh gaya ke atas (balance antara tekanan ke atas dan tekanan
ke bawah)
Stabilitas bendung akan terancam dari bahaya-bahaya sebagai
berikut:
1. Bahaya geser/gelincir (sliding)
Bendung dinyatakan stabil terhadap bahaya geser apabila hasil
perbandingan antara jumlah gaya vertikal dikalikan sudut geser
tanah dengan jumlah gaya-gaya horisontal harus lebih besar dari
nilai keamanan yang ditentukan. Bahaya geser/gelincir (sliding) ini
ditinjau di:
a. Sepanjang sendi horisontal atau hampir horisontal di atas
pondasi.
b. Sepanjang pondasi.
c. Sepanjang kampuh horisontal atau hampir horisontal dalam
pondasi.
2. Bahaya guling (overturning)

Bangunan akan aman terhadap guling, apabila semua gaya yang


bekerja pada bagian bangunan di atas bidang horisontal, termasuk
gaya angkat, harus memotong bidang guling dan tidak boleh ada
tarikan pada bidang irisan manapun, tiap bagian bangunan
diandaikan berdiri sendiri dan tidak mungkin ada distribusi gaya-
gaya melalui momen lentur.
Bahaya guling (overturning) ini ditinjau di:
a. Di dalam bendung.
b. Pada dasar (base).
c. Pada bidang di bawah dasar.
Menghitung stabilitas bendung harus ditinjau pada saat kondisi
normal dan ekstrem seperti kondisi saat banjir.
Bangunan akan stabil bila dilakukan,kontrol terhadap gaya-gaya
yang bekerja tidak menyebabkan bangunan
bergeser, terangkat atau terguling. Ada beberapa gaya yang
harus dihitung untuk mengetahui stabilitas bendung.
Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan yang penting pada
perencanaan adalah:
1. Tekanan air atau gaya hidrostatis
2. Berat sendiri bangunan
3. Tekananan lumpur
4. Gaya tekanan uplift
5. Gaya gempa
Indonesia termasuk dalam wilayah
yang sangat rawan bencana gempa bumi
seperti halnya Jepang dan California
karena posisi geografisnya menempati
zona tektonik yang sangat aktif. Hal ini
dikarenakan tiga lempeng besar dunia
dan sembilan lempeng kecil lainnya
saling bertemu di wilayah Indonesia
serta membentuk jalur-jalur pertemuan
lempeng yang kompleks. Keberadaan
interaksi antar lempeng-lempeng ini
menempatkan wilayah Indonesia
sebagai wilayah yang sangat rawan
terhadap gempa bumi
METODOLOGI PENELITIAN

Dalam suatu penelitian, langkah pengumpulan data adalah satu tahap


yang sangat menentukan terhadap proses dan hasil penelitian yang akan
dilaksanakan tersebut. Kesalahan dalam melaksanakan pengumpulan data
dalam satu penelitian, akan berakibat langsung terhadap proses dan hasil
suatu penelitian.

Adapun objek pada penelitian ini yaitu Bendung Tamiang.Bendung


Tamiang ini terletak di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal
Provinsi Sumatera Utara. Bendung ini berada pada aliran Sungai Batang
Gadis dan DAS Batang Gadis.
Sungai Batang Gadis adalah Sungai
terpanjang di Kabupaten Mandailing Natal, dari
Hulu Pakantan Muara Sipongi melewati
Kotanopan, Panyabungan, Siabu, dan bermuara
di Muara Batang Gadis, Mandailing Natal yang
juga merupakan bagian dari Taman Nasional
Batang Gadis. Sungai
Batang Gadis berkontribusi banyak bagi
perekonomian masyarakat Daerah Aliran Sungai
(DAS) sebagai Irigasi,
pembangkit listirik, pemeliharaan ikan,
kebutuhan sehari-hari, dan sebagainya.
Luas Daerah Aliran Sungai (DAS)
Batang Gadis adalah 369.963,95 Ha dan
memiliki panjang 137,5 km.
HASIL DAN PEMBAHASAN

• Pada stasiun Jae niilai Q = 0,98 lebih kecil dari 1,29 dan nilai R = 0.98 lebih
kecil dari 1,38
• Pada stasiun Arse niilai Q = 0,4 lebih kecil dari 1,29 dan nilai R =
• 0,4 lebih kecil dari 1,38
• Pada stasiun Hutaraja niilai Q =0,64 lebih kecil dari 1,29 dan nilai
• R = 0,64 lebih kecil dari 1,38
Berdasarkan perhitungan nilai Q dan R dari ketiga stasiun hujan di atas maka
data hujan di atas sudah panggah dan bisa untuk digunakan.
Dari perhitungan distribusi log person tipe III di atas maka didapatlah
ӯ = 3,9764
Sy = 0,1038
Csy = 0.0261,

Dengan melakukan interpolasi didapatkan nlai k50 sebesar 2,0678


y50 = ӯ + k50 x Sy
= 3,9764 + 2,0678 x 0,0108
= 4,1910

Q50 = arc ln y50


= arc ln 4,1910
= 66,0920 mm
KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian yang berjudul


Analisis Stabilitas Bendung (Studi Kasus Bendung Tamiang), maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor Safety terhadap geser pada Bendung Tamiang ini ialah


sebesar FS = 2,35. Dimana nilai ini lebih besar dari FS minimum
yang disyaratkan yaitu sebesar 1,5 .
2. Faktor Safety terhadap guling pada Bendung Tamiang ini ialah
sebesar FS = 3,33. Dimana nilai ini lebih besar dari FS minimum
yang disyaratkan yaitu sebesar 1,5 .
3. Dilihat dari nilai Faktor Safety terhadap geser dan guling, maka
Bendung Tamiang ini dapat dikatakan stabil.
SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil perhitungan


dan analisis pada pengerjaan penelitian ini adalah diperlukan penelitian
yang berkelanjutan dalam hal kestabilan bendung yang ditinjau dari
segi eksentrisitas, daya dukung tanah, rembesan, dan lain-lain yang
dianggap perlu.
Valley

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai