Kelompok 9 - Ungkapan Tabu Semantik
Kelompok 9 - Ungkapan Tabu Semantik
Kelompok 9 - Ungkapan Tabu Semantik
SEMANTIK
KELOMPOK 9
AL HALIM ALI SUNAN
03 04
Jenis-Jenis Ungkapan Tabu Strategi menghidari
ungkapan tabu
Apa saja jenis-jenis ungkapan Bagaimana cara menghindari
tabu? penggunaan ungkapan tabu?
01. PENGERTIAN
UNGKAPAN TABU
APA ITU UNGKAPAN TABU?
Ungkapan tabu adalah larangan untuk menggunakan kata-kata tertentu karena
dianggap dapat mendatangkan malapetaka, melanggar etika, mencemarkan nama,
dan mendapat amarah dari manusia maupun Tuhannya.
Adapun, Tabu (Taboo) diambil dari kata tapu (bahasa Tongan) yang artinya tidak
diperbolehkan. Sedangkan, Penduduk Pulau Salomon menyebut kata tabu dengan
‘tam-boo’ yang bermakna suci/sakral.
Ullman
Freud (dalam Ada 3 hal mengenai ungkapan tabu menurut
Ohoiwutun, 2007:14) Ullman, yaitu tabu karena sesuatu yang
awalnya kata tabu menakutkan, tabu karena sesuatu yang tidak
mengacu pada hal-hal mengenakkan, dan tabu karena sesuatu yang tidak
atau benda suci yang
pantas. Lebih lanjut, Mahmud Fasya membagikan
tidak dapat
dibicarakan atau pendapatnya mengenai ungkapan tabu dengan
disentuh. membagi ungkapan tabu menjadi dua, yaitu
dimensi horizontal (habluminannas) dan dimensi
vertikal (hubungannya dengan Tuhan atau yang
berbau gaib)
03. JENIS-JENIS
UNGKAPAN TABU
JENIS Ungkapan tabu menurut Ullman
dibagi menjadi tiga:
UNGKAPAN 1. Tabu karena sesuatu yang menakutkan
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
1. Buta : Tunanetra
2. Tuli : Tunarungu
Contoh:
2. Bagian tubuh wanita yang menonjol di dada : payudara atau buah dada.
3. Perkataan kesal dan doa yang tidak baik (kutukan). Contoh “ Dasar anak kurang ajar, bodoh lagi. Celaka kamu.”
Jenis-jenis Eufeumisme:
Ketabuan sebuah ungkapan tergantung pada situasi pemakaian dan menurut kepercayaan masyarakat sekitar.Contoh
:
2. Kata hell dan damn diubah menjadi heck dan darn , karena dipercaya memiliki kekuatan magis oleh
pengguna kutukan.
3. Kata ' master ' dalam bahasa Inggris digunakan oleh orang Yahudi untuk menyebut nama Tuhan.
EUFEUMISME
2. Dalam bidang sopan santun
Segala kata atau ungkapan yang dapat menyinggung atau melukai perasaan orang lain harus
dihindari. Contoh :
1. Buta : Tunanetra
2. Tuli : Tunarungu
3. Tidak bisa membaca : Tunaaksara
4. Berpulang : Mati
5. Miskin : Ekonomi menengah ke bawah
6. Pengangguran : Tunakarya
7. Bau : Aroma kurang sedap
EUFEUMISME
3. Dalam bidang sosial
Nilai rasa sosial di masyarakat menjadi hal penting dalam penggunaan bahasa. Situasi atau perkembangan zaman
turut menetapkan nilai rasa sosial untuk penggunaan kata, apakah masih sesuai atau tidak. Contoh :
1. Pemerajaan : Tenaga tua yang mengundurkan diri untuk memberi kesempatan kepada tenaga muda.
2. Pramuniaga : Pelayan toko
3. Pramusaji : Orang yang melayani pesanan makanan dan minuman.
4. Dirumahkan : Dipecat
5. Dibebastugaskan : Dipecat
DISFEMIA
Berbanding terbalik dengan eufeumisme, disfemia merupakan ungkapan atau nilai
rasa yang sifatnya memperkasar kata. Contoh: