Kelompok 9 - Ungkapan Tabu Semantik

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

UNGKAPAN TABU

SEMANTIK
KELOMPOK 9
AL HALIM ALI SUNAN

ANANDA JULIA YASMIN

SIVA AZIJAH AGUSTINA


01 02
Pengertian Ungkapan Tabu Ungkapan Tabu Menurut
Para Ahli
Apa itu ungkapan tabu?
Bagaimana Pendapat para ahli
mengenai ungkapan tabu?

03 04
Jenis-Jenis Ungkapan Tabu Strategi menghidari
ungkapan tabu
Apa saja jenis-jenis ungkapan Bagaimana cara menghindari
tabu? penggunaan ungkapan tabu?
01. PENGERTIAN
UNGKAPAN TABU
APA ITU UNGKAPAN TABU?
Ungkapan tabu adalah larangan untuk menggunakan kata-kata tertentu karena
dianggap dapat mendatangkan malapetaka, melanggar etika, mencemarkan nama,
dan mendapat amarah dari manusia maupun Tuhannya.

Adapun, Tabu (Taboo) diambil dari kata tapu (bahasa Tongan) yang artinya tidak
diperbolehkan. Sedangkan, Penduduk Pulau Salomon menyebut kata tabu dengan
‘tam-boo’ yang bermakna suci/sakral.

Dalam Encyclopedia Britannica (dalam Ferstman, 2011:139), tabu didefinisikan


sebagai larangan tindakan berdasarkan pada keyakinan bahwa perilaku semacam
itu terlalu sakral dan disucikan atau terlalu berbahaya dan dikutuk untuk
dilakukan oleh individu biasa.
02. UNGKAPAN
TABU MENURUT
PARA AHLI
UNGKAPAN TABU MENURUT PARA AHLI

Ullman
Freud (dalam Ada 3 hal mengenai ungkapan tabu menurut
Ohoiwutun, 2007:14) Ullman, yaitu tabu karena sesuatu yang
awalnya kata tabu menakutkan, tabu karena sesuatu yang tidak
mengacu pada hal-hal mengenakkan, dan tabu karena sesuatu yang tidak
atau benda suci yang
pantas. Lebih lanjut, Mahmud Fasya membagikan
tidak dapat
dibicarakan atau pendapatnya mengenai ungkapan tabu dengan
disentuh. membagi ungkapan tabu menjadi dua, yaitu
dimensi horizontal (habluminannas) dan dimensi
vertikal (hubungannya dengan Tuhan atau yang
berbau gaib)
03. JENIS-JENIS
UNGKAPAN TABU
JENIS Ungkapan tabu menurut Ullman
dibagi menjadi tiga:
UNGKAPAN 1. Tabu karena sesuatu yang menakutkan

TABU MENURUT 2. Tabu karena sesuatu yang tidak mengenakkan

ULMAN 3. Tabu karena sesuatu yang tidak pantas


JENIS Menurut Mahmud Fasya,
ungkapan tabu terbagi menjadi
UNGKAPAN TABU dua :

MENURUT 1. Dimensi horizontal (habluminannas)


yaitu sesuatu yang tidak mengenakkan
MAHMUD FASYA & tidak pantas

2. Dimensi vertikal (hubungannya dengan


Tuhan atau yang berbau gaib) yaitu
sesuatu yang menakutkan
Menurut parera, ungkapan tabu terbagi
menjadi tiga:
JENIS 1. Tabu bersumber ketakutan
UNGKAPAN
TABU MENURUT 2. Tabu yang berhubungan dengan
sesuatu yang genting dan tidak
PARERA mengenakkan.

3. Tabu yang bersumber pada rasa


kesopanan dan masalah kesusilaan.
Tabu karena sesuatu yang menakutkan
(Dimensi Vertikal)
Jenis tabu ini merupakan ungkapan yang berasal dari warisan animismen dan
dinamismen.

Contoh:

● Masyarakat Jawa merasa tabu menyebut kata ‘tikus’, sehingga harus


disanjung dengan panggilan ‘den bagus’.

● Masyarakat Sunda (Ciamis), kelelawar tidak boleh disebut ‘lalay’, tetapi


‘buah labu’.
Tabu karena sesuatu tidak mengenakkan
atau sesuatu yang tidak pantas (Dimensi
Horizontal)
Ungkapan tabu pada manusia dengan manusia masih berlaku hingga sekarang yang berkaitan
dengan sopan santun dan dengan nilai rasa sosial. Nilai rasa sosial berkembang tiap
zamannya. Kita juga lebih sering menggunakan kosakata asing daripada kosakata asli, karena
kosakata asli nilai rasanya jorok.

Contoh:

- kata ‘cacat’ dirasa tidak enak, sehingga diubah menjadi ‘tuna’.

- Kata ‘jamban’ bernilai lebih rendah daripada ‘toilet’.

- Kata ‘kutang’ nilai rasanya tidak enak daripada ‘bra’.


TABU BERSUMBER PADA KETAKUTAN
Bersifat supernatural sehingga terdapat larangan
untuk menyebut nama secara langsung.

Contoh:

Untuk menyebut Tuhan, orang Inggris


menyebut Lord, orang Jawa menyebut
dengan Gusti, orang Yahudi menyebut
Master.
TABU UNTUK PERSOALAN YANG
GENTING DAN TIDAK MENGENAKKAN
Terdapat suatu kecenderungan untuk menghindari rujukan
langsung dengan peristiwa yang kurang menyenangkan dan
genting, sehingga masyarakat menciptakan eufeumisme.

Contoh:

1. Buta : Tunanetra

2. Tuli : Tunarungu

3. Mati : Gugur, Berpulang


TABU BERHUBUNGAN DENGAN
KESOPANAN DAN MASALAH
KESUSILAAN
Dalam jenis tabu ini terdapat 3 bidang di dalamnya : tabu yang berhubungan
dengan seks, beberapa fungsi dari organ tubuh, dan sumpah serapah.

Contoh:

1. Peristiwa yang dialami wanita : datang bulan, halangan, atau menstruasi.

2. Bagian tubuh wanita yang menonjol di dada : payudara atau buah dada.

3. Perkataan kesal dan doa yang tidak baik (kutukan). Contoh “ Dasar anak kurang ajar, bodoh lagi. Celaka kamu.”

4. Hujatan atau Makian. Contoh : “Anak haram”

5. Mengumpat atau mengucap kata-kata kotor, seperti “borokokok”, “damn”


JENIS PENGGANTI UNGKAPAN TABU
Eufeumisme dan Disfemia
EUFEUMISME
Eufeumisme merupakan sebuah penggunaan kata yang baik, dimana penggunaan kata ini
berhubungan dengan hehidupan keagamaan atau kepercayaan, yaitu penggantian kata-kata dalam
upacara keagamaan yang dianggap mempunyai daya untuk membangkitkan bahaya.

Jenis-jenis Eufeumisme:

1. Dalam bidang kepercayaan

Ketabuan sebuah ungkapan tergantung pada situasi pemakaian dan menurut kepercayaan masyarakat sekitar.Contoh
:

1. ‘den bagus’ penyebutan untuk tikus di lingkungan para petani.

2. Kata hell dan damn diubah menjadi heck dan darn , karena dipercaya memiliki kekuatan magis oleh
pengguna kutukan.

3. Kata ' master ' dalam bahasa Inggris digunakan oleh orang Yahudi untuk menyebut nama Tuhan.
EUFEUMISME
2. Dalam bidang sopan santun

Segala kata atau ungkapan yang dapat menyinggung atau melukai perasaan orang lain harus
dihindari. Contoh :

1. Buta : Tunanetra
2. Tuli : Tunarungu
3. Tidak bisa membaca : Tunaaksara
4. Berpulang : Mati
5. Miskin : Ekonomi menengah ke bawah
6. Pengangguran : Tunakarya
7. Bau : Aroma kurang sedap
EUFEUMISME
3. Dalam bidang sosial

Nilai rasa sosial di masyarakat menjadi hal penting dalam penggunaan bahasa. Situasi atau perkembangan zaman
turut menetapkan nilai rasa sosial untuk penggunaan kata, apakah masih sesuai atau tidak. Contoh :

1. Pemerajaan : Tenaga tua yang mengundurkan diri untuk memberi kesempatan kepada tenaga muda.
2. Pramuniaga : Pelayan toko
3. Pramusaji : Orang yang melayani pesanan makanan dan minuman.
4. Dirumahkan : Dipecat
5. Dibebastugaskan : Dipecat
DISFEMIA
Berbanding terbalik dengan eufeumisme, disfemia merupakan ungkapan atau nilai
rasa yang sifatnya memperkasar kata. Contoh:

1. Mati diganti dengan mampus, karena mampus memiliki sifat seperti


binatang, sehingga mengandung nilai rasa yang kasar atau hina.
2. Meninggal diganti dengan mati
3. Memasukkan diganti dengan menjebloskan.
4. Membawa menjadi menggondol.
5. Makam menjadi kuburan.
6. Mengungguli menjadi jorjoran.
7. Menikahkan menjadi mengawinkan
04. STRATEGI
MENGHINDARI
PEMAKAIAN
UNGKAPAN TABU
STRATEGI MENGHINDARI
PEMAKAIAN UNGKAPAN TABU

1. Menggunakan eufimisme (nilai rasanya lebih halus).


2. Mengganti bunyi ungkapan tabu, contoh ‘asu’ dengan ‘asem’ (bagi orang Jawa).
3. Menggunakan abreviasi (pemendekan), contoh ‘miss V’ utk ‘vagina’, ‘perek’ =
‘perempuan rekrutan’.
4. Menggunakan metafora atau kiasan, contoh ‘celana dalam’ = ‘segitiga pengaman’.
5. Menggunakan kata lain (sinonim) dengan kata yang lebih halus, contoh : buta
diganti dengan tunanetra.
6. Mengganti dengan bahasa asing, contoh ‘pantat’ diganti ‘dubur’, ‘kotoran’ diganti
‘feses, tinja’.
7. Menggunakan kata lain sesuai dengan perkembangan zaman, contoh kata ‘kuli’
diganti jadi ‘pekerja, karyawan’, pelayan toko diganti dengan pramuniaga.
8. Menggunakan ungkapan yang memberi kesan lebih baik atau menciptakan
ungkapan yang baru, contoh ‘mantan anggota GAM itu kembali ke ibu pertiwi’
padahal yang dimaksud adalah ‘menyerah’
TERIMAKASIH
Adakah yang ingin ditanyakan?

Anda mungkin juga menyukai