Bahan Paparan CPO008082022
Bahan Paparan CPO008082022
Bahan Paparan CPO008082022
• Visi Indonesia 2045 adalah menuju negara pendapatan tinggi dan menjadi salah satu Produk Domestik Bruto (PDB)
terbesar di dunia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan percepatan penambahan devisa yang
berdampak pada pembukaan lapangan pekerjaan, pengembangan ekonomi regional/lokal serta memperdalam eksposur
Indonesia dalam rantai nilai global (global value chain).
• Secara sektoral upaya percepatan tersebut fokus pada sektor-sektor prioritas. Dengan mempertimbangkan peranannya yang
besar dalam peningkatan pendapatan masyarakat, penciptaan lapangan kerja dan daya saing nasional. Salah satu sektor
prioritas tersebut adalah CPO.
• Komoditas kelapa sawit dan CPO adalah salah satu komoditas andalan perekonomian nasional dan sebagai penghasil devisa
negara terbesar di sektor nonmigas yang CPO sebagai salah satu komoditas prioritas yang memiliki urgensi baik dalam sisi
ekonomi maupun sisi tenaga kerja.
• Dalam RPJMN 2020 - 2024, kelapa sawit merupakan komoditas yang dikembangkan dalam hilirisasi industri pertanian
fokus pada pengolahan turunan (diversivikasi).
• Masih terdapat potensi yang besar untuk meningkatkan nilai tambah melalui industri pengolahan turunan CPO jika dilihat
dari sisi permintaan pasar maupun penawarannya atau dari hulu dan hilirnya.
• Salahsatu langkah strategis optimalisasi potensi CPO adalah hilirisasi Sawit atau CPO yang merupakan bagian dari
kebijakan subtitusi impor dan peningkatan nilai tambah yang akan meningkatakan perolehan pendapatan dan devisa negara
• Namun demikian, diperlukan kebijakan yang tepat agar hilirisasi dapat berjalan secara optimal, efisien dan efektif. Untuk
itu, diperlukan informasi yang akurat dan komprehensif (potensi dan permasalahan) agar instrument kebijakan hilirisasi
tersebut efisien dalam artian biayanya murah yaitu tidak memberikan dampak buruk pada perekonomian dan efektif dalam
artian target-target dari hilirisasi itu dapat dicapai dengan tepat.
• Adapun tujuan dari kajian ini adalah: 1) Menggali isu dan permasalahan yang berkaitan dengan hilirisasi sawit nasional; 2)
mengetahui dampak kebijakan insentif fiscal, dis-insentif fiscal, perpajakan dan insentif non fiscal terhadap daya saing
produk turunan dan perakonomian secara keseluruhan.
Overview CPO Nasional
Potensi Hulu
41%
Tanaman Tidak
Menghasilkan
Tanaman Belum (TTM)
Menghasilkan 3% 55%
(TBM)
15%
4%
Sumber: Statistik Di Indonesia, Kelapa sawit sebagian besar diusahakan oleh Perusahaan Besar Swasta
Perkebunan Tanaman (PBS) yaitu sebesar 54,94% atau seluas 7.942.335. Perusahaan Besar Negara (PBN)
Unggulan Nasional Menghasilkan
(TM) sebesar 4,27% atau seluas 617.501 hektar. Adapun Perkebunan Rakyat (PR) memberikan
2019 - 2021 82%
kontribusi terbesar kedua, yaitu sebesar 40,79% atau seluas 5.896.755 Ha.
Produksi CPO (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
60,000,000 4.50
0 0.00
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Perkebunan Rakyat (PR) Perkebunan Besar Negara (PBN) Perkebunan Rakyat (PR) Perkebunan Besar Negara (PBN)
Perkebunan Besar Swasta (PBS) Total Perkebunan Besar Swasta (PBS) Total
Sejak tahun 1980, perkembangan produksi kelapa sawit dalam bentuk CPO terus mengalami peningkatan dengan
pertumbuhan rata-rata sebesar 11,13% per tahun
2000
1500
1130
1000
500
0
21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
7. 7. 7. 8. 8. 8. 8. 8. 8. 8. 9. 9. 9. 9. 9. 9. 9. 0. 0. 0. 0. 0. 0. 0. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 2. 2. 2. 2. 2. 2. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 2. 2. 2. 2. 2. 2. 3. 3. 3. 3. 3. 3. 3. 3. 4. 4. 4. 4. 4. 4. 5. 5. 5. 5. 5. 5. 5. 6. 6. 6. 6. 6. 6. 6. 7. 7. 7. 7. 7.
1.0 6.0 9.0 3.0 6.0 1.0 6.0 9.0 4.0 7.0 1.0 6.0 9.0 5.0 0.0 3.0 9.0 4.1 7.1 2.1 5.1 0.1 5.1 8.1 2.1 5.1 0.1 5.1 8.1 3.1 6.1 1.1 6.1 9.1 4.1 7.1 2.1 5.0 0.0 3.0 8.0 1.0 6.0 1.0 3.0 8.0 1.0 6.0 1.0 4.0 1.0 4.0 9.0 4.0 7.0 2.0 5.0 0.0 4.0 7.0 2.0 9.0 2.0 7.0 3.0 6.0 1.0 6.0 9.0 4.0 0.0 2.0 8.0 3.0 6.0 1.0 4.0 9.0 4.0 7.0 2.0 5.0 0.0
2 2 2 0 0 1 1 1 2 2 0 0 0 1 2 2 2 0 0 1 1 2 2 2 0 0 1 1 1 2 2 0 0 0 1 1 2 0 1 1 1 2 2 3 0 0 1 1 2 2 0 0 0 1 1 2 2 3 0 0 1 1 2 2 0 0 1 1 1 2 3 0 0 1 1 2 2 2 0 0 1 1 2
Sumber: https://www.rea.co.uk/websites/reaholdingsplc/English/2450/cpo-price.html
Hilirisasi Sawit Nasional
Hilirisasi merupakan suatu strategi untuk meningkatkan
nilai tambah komoditas yang kita miliki. Dengan adanya Peningkatan
produksi CPO →
hilirisasi, kedepannya komoditas yang diekspor bukan peningkatan
lagi berupa bahan baku, tetapi berupa barang setengah jadi produktivitas,
atau barang jadi. efisiensi pengolahan
pasca panen (pabrik
kelapa sawit)
Produktivitas kelapa
sawit Indonesia 2045:
6,75 ton/ha setara
92,45 juta ton CPO dan
PKO
penguatan
ekosistem, tata
kelola dan
pengembangan capacity
industri building
hilirisasi sawit berkelanjutan
peningkatan
produktivitas
Beberapa isu strategis yang dalam pengembangan hilirisasi sawit
Produktivitas rendah, kondisi saat ini: 3,6 ton/ha, potensi: 7,5 ton/ha (benih non sertifikat, tanaman tua, tidak menerapkan Good
Agricultural Practices (GAP) yaitu merupakan panduan cara budidaya yang baik, benar, ramah lingkungan dan aman dikonsumsi
Rendahnya efisiensi pabrik kelapa sawit (PKS) → Oil Extract Rate (OER)
Ekspor mengandalkan komoditas mentah (minyak mentah, minyak sawit dimurnikan), harga fluktuatif (Indonesia
produsen besar namun tidak berdaulat secara penentuan harga komoditas sawit)
Status legalitas lahan pekebun sawit bermasalah, sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil/ISPO rendah, black campaign
sawit
Pekebun rakyat sulit mendapatkan hasil TBS untuk diproses oleh industri. (pihak terbelakang terkait antrian serapan TBS oleh
pabrik).
Kelapa Sawit dan Produk
Turunannya
Sumber: Kemenperin
Nilai Tambah produk hilir turunan minyak kelapa sawit (Sumber: Kemenperin (2020)
Minyak Goreng
Margarine Nilai Tambah: 1,86
Nilai Tambah: 1,31
Fatty Acid
Nilai Tambah: 1,88
Fatty Alcohol
Nilai Tambah: 1,60
Surfaktant
1 (basis)
Lemak Coklat
Nilai Tambah: 1,73
Biodiesel Nilai Tambah: 1,33
Harga acuan per Juli 2016, diolah dengan faktor konversi dan rumusan
tertentu. Kosmetik: Nilai Tambah: 3,88
Perhitungan menggunakan basis massa (%massa)
5
Rantai Nilai Kelapa Sawit
Kemungkinan Rantai Tata Niaga Sawit
Kondisi Faktor Apakah faktor Utama dalam jangka pendek guna meningkatkan produkvtitas sawit dan keturunannya?
Apa saja upaya yang mesti dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk?
Apakah terdapat hambatan dalam askses tekhnologi untuk mengembangkan sawit dan produk turunannnya?
Permasalahan apasajakah yang berkaitan dengan penyediaan lahan untuk budidaya sawit?
Apakah masalah permodalan salah satu yang dihadapi oleh pelaku usaha sawit dan turunnanya?
Apakah infrastruktur yang ada sudah cukup mendukung dalam usaha sawit dan turunannya?
Pasar (permintaan) Bagaimanakah daya saing produk yang dihasilkan oleh perusahaan dalam pasar internasional?
Ekspor Indonesia dalam sawit ini masih di dominasi oleh produk-produk mentah seperti buah sawit, CPO dan PKO, apakah ada potensi
suatu saat nanti Indonesia dapat lebih banyak mengekspor produk lebih hilir lagi?
Industri Terkait dan Industri Pendukung Apakah persoalan Utama dalam sistem distribusi produk yang dihasilkan oleh perusahaan, khususnya dalam hal ketersediaan moda
transportasi yang tersedia?
Apakah terdapat hambatan dalam pasokan dari bahan baku produk dihasilkan oleh prusahaan ?
Persaingan Industri Negara manakah yang dipandang menjadi pesing Utama sawit dan produk turunannya
Peran Pemerintah Adakah sudah peraturan khusus mengenai standarisasi yang dihasilkan oleh perusahaan dalam negeri atau dari luar negeri?
Adakah program pemerintah berkaitan dengan sawit dan produk turunannya yang dirasa oleh perusahaan menghambat ekspor produk
ke negara tujuan?
Apakah kebijakan penetapan oleh pemerintah baik itu dari sisi bahan baku produk anda maupun turunan dari produk kelapa sawit dan
turunannya masih ada yang perlu ditambahkan?
Peran kesempatan Apakah iklim usaha di Indonesia cukup menarik bagi para pengusaha untuk memulai usaha atau dalam proses menjalankan usaha?
Secara spesifik, apakah ada hal yang menganjal ketika memulai usaha?