Pancasila

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 66

PANCASILA

SUB TEMA
 Sejarah lahirnya Pancasila
 Rumusan Pancasila
 Fungsi Pancasila
 Ideologi Pancasila
 Nilai-nilai Pancasila
 Pandangan Integralistik dalam Pancasila
SEJARAH LAHIRNYA
PANCASILA
ASAL KATA PANCASILA
KATA DARI: BAHASA SANSKERTA
YAITU:
PANCA: LIMA
SYILA : SENDI/DASAR, ATAU
SYIILA : PERATURAN TINGKAH LAKU YANG BAIK

DIAMBIL DARI: KITAB NEGARAKERTAGAMA


DITULIS OLEH: EMPU PRAPANCA
KERAJAAN MAJAPAHIT
SEBELUM PANCASILA
1. MA-LIMA
-Aturan berupa lima butir larangan di tanah Jawa sejak zaman Kerajaan Singasari, yaitu :
- madat (menghisap candu),
- madon (melacur atau bermain perempuan),
- minum (mabuk minuman keras),
- main (berjudi),
- maling (mencuri)

2. TRI-PRAKARA
-Tiga asas dalam adat-istiadat masyarakat Indonesia, yaitu:
- Asas kebudayaan
- Asas religius
- Asas kenegaraan
3. Pancasila Krama (Kitab Sutasoma)
1. Dilarang melakukan kekerasan
2. Dilarang mencuri
3. Dilarang berjiwa dengki
4. Dilarang berdusta
5. Dilarang mabuk minuman keras
BADAN PENYELIDIK USAHA
PERSIAPAN KEMERDEKAAN
INDONESIA (BPUPKI)
Sejarah Pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan kepada bangsa
Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang. Perdana Menteri Jepang saat itu adalah
Kuniaki Koiso pada tanggal 7 September 1944.
Pada tanggal 29 April 1945, BPUPKI resmi dibentuk bertepatan pada hari ulang tahun
Temo Hika atau hari raya Tentyoo Setsu
Pada tanggal 28 Mei 1945, dilangsungkan upacara persemian BPUPKI bertempat di
Gedung Chuo Sang In, jalan Pejambon Jakarta (sekarang Gedung Departemen Luar
Negeri)
Tujuan pembentukan BPUPKI adalah untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan
dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka.
Awalnya BPUPKI memiliki anggota 70 orang (62 orang Indonesia dan 8 orang anggota
istimewa bangsa Jepang yang tidak berhak berbicara, hanya mengamati). Kemudian
ditambah dengan 6 orang Indonesia pada sidang kedua.
Ketua (Kaico) : Dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat
Ketua Muda (Fuku Kaico) : Ichibangse(Jepang) dan R.P. Soeroso(Indonesia)
Anggota (Lin) : terdiri dari 60 orang 4 orang golongan Arab serta
peranakan Belanda, dan 7 orang anggota perwakilan dari Jepang.
Sidang pertama dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945 untuk
merumuskan falsafah dasar negara untuk negara Indonesia.
Selama empat hari sidang tercatat 46 pembicara sesuai pengemuman Zimokyoku
badan penyeledik, namun surat kabar Sinar baru maupun Sinar Asia Raya hanya
mencatat 30 pembicara berarti ada 16 pembicara yang tidak tercantum di surat kabar
tersebut.
SIDANG PERTAMA BPUPKI 29
MEI-1 JUNI 1945
Moh. Yamin Supomo Soekarno
No 29 Mei 1945 31 Mei 1945 1 Juni 1945
1 Peri kebangsaan Persatuan Kebangsaan
Internasionalisme atau
2 Peri Kemanusiaan Kekeluargaan
perikemanusiaan
Keseimbangan lahir
3 Peri Ketuhanan Mufakat dan Demokrasi
dan batin
4 Peri Kerakyatan Musyawarah Kesejahteraan sosial
5 Kesejahteraan Rakyat Keadilan Rakyat Ketuhanan
TRISILA
1. SOSIO-NASIONALISME
2. SOSIO-DEMOKRASI
3. KETUHANAN
-------------------------------------------
EKASILA
GOTONG ROYONG
Tanggal 1 Juni 1945 merupakan rapat terahir dalam sidang BPUPKI yang pertama.
Pada kesempatan itulah Sukarno mengucapakn pidatonya yang kemudian dikenal
dengan nama “Lahirnya Pancasila”.
Dengan berahirnya rapat tanggal 1 Juni, maka selesailah seluruh persidangan
pertama BPUPKI. Selama itu tidak menghasilkan suatu kesimpulan perumusan.
Sidang berlangsung hanya mendengar pandangan umum dari pembicara-pembicara
yang mengusulkan rumusan dasar negara bagi Indonesia merdeka.
Setelah persidangan itu selesai diadakanlah masa rsese satu bulan lebih.
Sebelum memasuki masa reses, BPUPKI telah membentuk suatu panitia kecil yang
anggotanya antara lain:
1) Ir .Sukarno (Ketua)
2) Drs. Mohammad Hatta
3) Sutardjo Hadikusomo
4) Wachid Hasyim
5) Ki Bagus Hadikusomo
6) Otto Iskandardinata
7) M.Yamin
8) A.A Maramis
Panitia kecil atau yang disebut panitia delapan bertugas menampung saran-saran, usul-usul
dan konsepsi-konsepsi para anggotanya oleh ketua telah diminta diserahkan melalui
seketariat.
LAHIRNYA PIAGAM JAKARTA
Ir. Sukarno melaporkan bahwa panitia kecil atau panitia delapan, pada tanggal 22
Juni 1945 mengambil prakarsa untuk mengadakan pertemuan dengan 38 anggota
BPUPKI. Hasil dari pertemuan tersebut menghasilkan ditambahkannya suara-suara
dan usul-usul lain dari pihak anggota BPUPKI. Pertemuan itulah yang membentuk
panitia kecil yang berjumlah sembilan orang atau yang disebut panitia sembilan.
Anggota panitia sembilan antara lain:

1. Soekarno (KETUA) 6. H. Agoes Salim (ISLAM)


2. Moh. Hatta (NASIONALIS) 7. KH A. Wachid Hasyim
3. Ahmad Soebardjo (ISLAM)
(NASIONALIS) 8. Abikusno Tjokrosuyoso
4. Muhammad Yamin (ISLAM)
(NASIONALIS) 9. Abdoel Kahar Moezakkir
5. A.A. Maramis (ISLAM)
(NASIONALIS)
Rumusan Panitia Sembilan kemudian diberi nama Jakarta Charter atau Piagam
jakarta. Nama piagam Jakarta diusulkan oleh Muh. Yamin.
Rumusan dasar negara Indonesia Merdeka berbunyi:
1. Ketuhanan degan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijkasanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
SIDANG KEDUA BPUPKI 10
JULI-17 JULI 1945
Perumusan draft terahir dasar negara dilakukan pada persidangan kedua mulai tanggal 10 Juli 1945.
Setelah sidang kedua BPUPKI di buka kembali, segenap anggota BPUPKI diberi kesempatan untuk
memberikan usul-usul dan rencana-rencana secara tertulis kepada Zimukyoku dalam tempo 20 hari
tentang hal-hal yang berkenaan pembentukan negara Indonesia Merdeka. Setelah diadakan pandangan-
pandangan umum para anggotanya tentang pembentukan negara Indonesia Merdeka, maka akhirnya
dibentuk berbagai panitia yaitu:
1)Panitia Perancang Undang Undang Dasar
Diketuai oleh Ir. Soekarno dengan 18 anggotanya
2)Tim Pembela Tanah Air
Diketuai oleh Abikusono Tjokrosoejoso dengan 22 anggotanya
3)Badan Keuangan dan Perekonomian
Diketuai oleh Drs.Mohammad Hatta dengan 22 anggotanya
4)Panitia Penghalus Bahasa
Terdiri dari Husein Djajaningrat, H.Agus salim, dan Supomo
PANITIA PERANCANG
UNDANG-UNDANG DASAR
Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai Ir.Sukarno dengan 17
anggotanya antara lain:
1) A.A Maramis 12) Sartono
2) Otto Iskandardinata 13) Wongsonegoro
3) Purbojo 14) Wuryaningrat
4) Agus salim 15) R.P Singgih
5) Ahmad Subarjo 16) Tan Eng Hoat
6) Supomo 17) P.A Husein Djajaningrat
7) Maria Ulfah Santso
8) Wahid Hasim
9) Parada Harahap
10) Latulahary
11) Susanto Tirtoprojo
Dalam rapatnya pada tanggal 11 Juli, Panitia Perancang Undang-Undang Dasar secara bulat menyetujui
isi Prembule yang diambil dari Piagam Jakarta. Panitia tersebut membentuk “Panitia Kecil Perancang
Undang-Undang Dasar” dengan anggota:
1. Supomo (Ketua)
2. Wongsonegoro
3. Ahmad Subarjo
4. A.A Maramis
5. R.P Singgih
6. Agus Salim
7. Sukiman
Hasil perumusan panitia kecil disempurnakan bahasanya oleh “Panitia Penghalus Bahasa” yang terdiri
Husein Djajaningrat, H. Agus salim, dan Supomo. Hasil sidang BPUPKI kedua pada tanggal 14 Juli 1945
yaitu”
1. Pernyataan Indonesia Merdeka
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar
3. Batang Tubuh UUD
PANITIA PERSIAPAN
KEMERDEKAAN INDONESIA
(PPKI)
Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang. Untuk menindaklanjuti
hasil kerja BPUPKI, Jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) pada tanggal 9 Agustus 1945. Lembaga tersebut dalam bahasa Jepang disebut
Dokuritsu Junbi Iinkai.
PPKI pada awalnya beranggotakan 21 orang yang mewakili seluruh lapisan
masyarakat Indonesia. Mereka terdiri atas 12 orang wakil dari Jawa, 3 orang wakil
dari Sumatera, 2 orang wakil dari Sulawesi, dan seorang wakil dari Sunda Kecil,
Maluku serta penduduk Cina. Namun ketua PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945,
menambah anggota PPKI enam orang lagi sehingga semua anggota PPKI berjumlah
27 orang, yang dipimpin oleh Ir. Soekarno dan wakilnya Drs. Moh. Hatta.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama. Sebelum
pelaksanaan sidang dimulai, Hatta mengajak Ki Bagus Hadikusumo, Wakhid
Hasyim, Kasman Singodimejo, dan Teuku Hassan untuk mengadakan rapat
pendahuluan. Mereka membicarakan pesan yang menyatakan tentang keberatan
terhadap rumusan Pancasila Piagam Jakarta. Pada pelaksanaan sidang ini PPKI
membahas konstitusi negara Indonesia, Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, serta
lembaga yang membantu tugas Presiden Indonesia.
Dalam pembahasannya yang pertama, PPKI membahas konstitusi negara Indonesia
dengan menggunakan naskah Piagam Jakarta yang telah disahkan oleh BPUPKI.
Namun, sebelum sidang dimulai, Bung Hatta dan beberapa tokoh Islam lainnya
mengadakan pembahasan sendiri untuk mencari penyelesaian masalah kalimat
”...dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” pada
kalimat ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”.
Pada sidang pertama PPKI membahas rancangan UUD yang merupakan hasil dari
Sidang Kedua BPUPKI. Pada pembahasannya terdapat usul perubahan yang
dilontarkan kelompok Hatta. Mereka mengusulkan dua perubahan Pertama,
berkaitan dengan sila pertama yang semula berbunyi ”Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi ”Ketuhanan
Yang Maha Esa”. Kedua, Bab II UUD Pasal 6 yang semula berbunyi ”Presiden ialah
orang Indonesia yang beragama Islam” diubah menjadi ”Presiden ialah orang
Indonesia asli”.
Semua usulan itu diterima oleh peserta sidang. Hal itu menunjukkan bahwa mereka
sangat memperhatikan persatuan dan kesatuan bangsa.
Rancangan hukum dasar yang diterima BPUPKI pada tanggal 17 Juli 1945 setelah
disempurnakan oleh PPKI kemudian disahkan menjadi Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia. UUD itu kemudian dikenal sebagai UUD 1945. Keberadaan UUD
1945 tersebut diumumkan dalam berita Republik Indonesia Tahun ke-2 No. 7 Tahun
1946 pada halaman 45–48
Sistematika UUD 1945 itu terdiri atas hal sebagai berikut.
1. Pembukaan (mukadimah) UUD 1945 terdiri atas empat alinea. Pada Alenia ke-4 UUD
1945 tercantum Pancasila sebagai dasar negara yang berbunyi sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Batang tubuh UUD 1945 terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan 2 ayat
aturan tambahan.
3. Penjelasan UUD 1945 terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal.
SIDANG PERTAMA PPKI 18
AGUSTUS 1945
Pada tanggal 18 Agustus 1945, ketua dan anggota PPKI berkumpul di Pejambon
untuk mengadakan sidang PPKI yang pertama. Dengan menhgasilkan keputusan
yaitu:
1. Mengesahkan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
2. Memilih dan mengangkat IrSukarno dan Mohammad Hatta sebagai Presiden dan
wakil presiden.
3. Membentuk Komite Nasional untuk membantu tugas presiden sebelum
DPR/MPR dibentuk.
SIDANG PPKI II 19 AGUSTUS
1945
Sidang PPKI yang kedua dilaksanakan tanggal 19 Agustus 1945. Pada sidang kedua
meghasilkan dua keputusan:
1. Membentuk 12 departemen dan menteri-menterinya.
2. Menetapkan pembagian wilayah Indonesia atas delapan provinsi, yaitu:
KABINET PRESIDENSIAL PERTAMA
NO NAMA JABATAN
1 Achmad Soebardjo Menteri Luar Negeri
2 Wiranatakoesoema V Menteri Dalam Negeri
3 Soeprijadi Menteri Keamanan Rakyat
4 Soepomo Menteri Kehakiman
5 Amir Sjarifuddin Menteri Penerangan
6 Samsi Sastrawidagda Menteri Keuangan
7 Soerachman Tjokroadisoerjo Menteri Kemakmuran
8 Abikoesno Tjokrosoejoso Menteri Perhubungan-Pekerjaan Umum
9 Iwa Koesoemasoemantri Menteri Sosial
10 Ki Hadjar Dewantara Menteri Pengajaran
11 Boentaran Martoatmodjo Menteri Kesehatan
12 Otto Iskandardinata, Sartono, A.A. Maramis, Menteri Negara
Wahid Hasjim, Mohammad Amir
13 Koesoema Atmadja Ketua Mahkamah Agung
14 Gatot Tarunamihardja Jaksa Agung
15 Abdoel Gaffar Pringgodigdo Menteri Sekretaris Negara
16 Sukarjo Wiryopranoto Juru Bicara Negara
PEMBENTUKAN 8 PROVINSI
NO PROVINSI GUBERNUR
1 SUMATERA TEUKU MUHAMMAD HASAN
2 JAWA BARAT MAS SUTARDJO KERTOHADIKUSUMO
3 JAWA TENGAH RADEN PANDJI SOEROSO
4 JAWA TIMUR RMT ARIO SOERJO
5 SUNDA KECIL I GUSTI KETUT PUDJA
6 KALIMANTAN MUHAMMAD NOOR
7 SULAWESI GSSJ RATULANGI
8 MALUKU JOHANNES LATUHARHARY
SIDANG PPKI KE III 22
AGUSTUS 1945
Sidang PPKI yang ketiga dilaksanakan 22 Agustus 1945 membicarakan soal:
Pembentukan Komite Nasional
Pembentukan Partai Nasional Indonesia
Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR)
RUMUSAN PANCASILA
1. Rumusan Pancasila yang disampaikan Ir. Soekarno dalam sidang BPUPKI
pertama pada tanggal 1 Juni 1945
2. Rumusan oleh Panitia Sembilan dalam Piagam Jakarta yang disahkan pada
tanggal 22 Juni 1945
3. Rumusan pada Pembukaan UUD 1945 yang disahkan PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945
Hubungan antara Pancasila dan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 memuat cita-cita kenegaraan (staatsidee) dan cita-cita hukum
(reichsidee), yang selanjutnya dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945. Lima dasar
negara terdapat dalam pembukaan alinea keempat. Akan tetapi Pancasila tidak
terdapat secara eksplisit namun secara ideologis.
FUNGSI DAN KEDUDUKAN
PANCASILA
Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia : Hal ini berarti, Pancasila berfungsi dan
berperan memberikan gerak atau dinamika, serta membimbing ke arah tujuan guna
mewujudkan masyarakat Pancasila. Pancasila sebagai jiwa bangsa yang lahir
bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia.
Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia : Hal ini berarti, Pancasila
berfungsi dan berperan dalam menunjukkan kepribadian bangsa Indonesia yang dapat
dibedakan dengan bangsa lain, yaitu sikap mental, tingkah laku, dan amal perbuatan
bangsa Indonesia.
Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia : Pancasila berfungsi dan
berperan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan negara atau penyelenggara
negara. Pancasila sebagai dasar negara terdapat dalam Pembukaan UUD NRI (Negara
Republik Indonesia) Tahun 1945 Alinea IV dan sebagai landasan konstitusional.
Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum Negara : DI dalam Pasal 2 UU RI No. 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang menyatakan “Pancasila merupakan
sumber segala hukum negara”. Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum adalah
sesuai dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 Aline IV. Menempatkan Pancasila sebagai dasar dan
ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis negara sehingga setiap materi muatan peraturan
perundangundangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila

Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur : Pancasila sebagai perjanjian luhur berarti bahwa pada tanggal 18
Agustus 1945 PPKI (sebagai wakil seluruh rakyat Indonesia) yang menetapkan dasar negara Pancasila
secara konstitusional dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.

Pancasila Sebagai Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia : Pancasila yang dirumuskan dan
terkandung dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, memuat cita-cita dan tujuan nasional (Alinea II dan
IV). Cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia,hal tersebut lalu dijabarkan ke dalam tujuan pembangunan
nasional. Dengan kata lain, Pembukaan UUD NRI Tahun1945 merupakan penuangan jiwa proklamasi,
yaitu Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila juga merupakan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia : Dalam hal ini Pancasila
disebut dengan way of life, weltanschauung, pandangan dunia, pegangan hidup,
pedoman hidup, dan petunjuk hidup. Dalam hal ini, Pancasila dipergunakan sebagai
petunjuk seharihari. Artinya, Pancasila diamalkan dalam hidup sehari-hari. Dengan
demikian, Pancasila digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas
hidup dan kehidupan dalam segala seperti yang terpancar pada sila Pancasila yang
tercantum dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.
Pancasila Sebagai Moral Pembangunan : Hal ini mengandung maksud nilai-nilai
luhur Pancasila (norma-norma yang tercantum dalam Pembukaan UUD NRI Tahun
1945) dijadikan tolok ukur dalam melaksanakan pembangunan nasional, baik dalam
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, maupun dalam
evaluasinya.
Pembangunan Nasional Sebagai Pengamalan Pancasila : Pancasila di samping
sebagai dasar negara juga merupakan tujuan nasional. Tujuan ini dapat diwujudkan
melalui pembangunan nasional. Dengan perkataan lain, untuk mewujudkan nilai-nilai
luhur Pancasila harus dilaksanakan pembangunan nasional di segala bidang
berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
IDEOLOGI PANCASILA
DEFINISI IDEOLOGI
Secara etimologis, ideologi berasal dar bahasa yunani, berasal dari dua kata, yaitu
ideo,idein, idea yang artinya gagasan, ide, konsep, cita-cita dan logos yang artinya ilmu,
pengetahuan .
Secara bahasa, ideologi dapat di artikan sebaagi suatu pengetahuan atau paham mengenai
gagasan dan cita-cita.
Istilah ideologi pertama kali dicetuskan oleh seorang filsuf Perancis yang bernama
Destruct de Tracy. Ia berpendapat bahwa ideologi adalah ilmu mengenai gagasan yang
menunjukan jalan kebenaran menuju masa depan.
Ideologi juga dapat diartikan sebagai falsafah hidup yang dalam bahasa Jerman
Weltanschauung yang artinya keyakinan yang memiliki kebenaran.
Berdasarkan uraian tersebut, dalam konsep ideologi mengandung prinsip hidup, dasar
kehidupan, dan arah serta tujuan berbangsa dan bernegara.
Menurut Moerdiono, ideologi dipandang secara harfiah sebagai a system of idea.
Menurut Soerjanto Poespowardojo, ideologi adalah sebagai kompleks pengetahuan
dan nilai. Dalam bidang politik, ideologi diartikan secara khas, yakni sebagai nilai
yang terpadu, berkenaan dengan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Artinya, gagasan-gagasan politik yang timbul dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara ditata secara sistematis menjadi satu kesatuan yang utuh.
Ideologi suatu bangsa pada umumnya bersumber pada budaya dan pengalaman
sejarah masyarakatnya. Ideologi dalam suatu bangsa dan negara adalah wawasan,
pandangan hidup, atau falsafah kebangsaan dan kenegaraannya. Dengan ideologi,
suatu bangsa dapat memecahkan segala macam persoalan yang akan dihadapinya
secara tepat. Suatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana
mengenal masalah dalam bidang politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan
yang timbul dalam hidup masyarakat. Selain itu, suatu bangsa juga memiliki pola
dalam menyelenggarakan program pembangunannya.
JENIS-JENIS IDEOLOGI
1. Liberalisme Kebebasan Individu, tidak dicampuri oleh Negara
2. Sosialisme Kebersamaan, Hak Pribadi dibatasi
3. Fundamentalisme Menetapkan Agama sebagai Hukum
4. Marxisme (Komunis) Kebersamaan Individu, Menyangkal adanya Tuhan
5. Nasionalisme Tidak membedakan Ras, Mementingkan Persatuan
FUNGSI IDEOLOGI
Soerjanto Poespowardojo mengemukakan fungsi ideologi sebagai berikut:
1. Struktur kognitif, yakni keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan
landasan untuk memahami kejadian dalam keadaan alam sekitarnya.
2. Orientasi dasar, dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan masyarakat.
3. Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang.
4. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menentukan identitasnya.
5. Kemampuan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
6. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati, serta
mempolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang
terkandung didalamnya.
TIPE-TIPE IDEOLOGI
Secara umum di dunia terdapat dua tipe ideologi sebagai ideologi suatu negara.
Kedua tipe tersebut adalah Ideologi Tertutup dan Ideologi Terbuka.
1. Ideologi Terbuka adalah nilai yang digali dari kekayaan rohani, moral dan budaya
masyrakat sendiri bukan paksaan dari luar. Ideologi terbuka merupakan ideologi
yang hanya berisi suatu orientasi dasar, sedangkan penerjemahannya dapat
disesuaikan dengan nilai dan prinsip moral yang berkembang di masyrakat.
2. Ideologi Tertutup adalah ajaran atau pandangan yang menentukan tujuan- tujuan
dan norma-norma politik dan sosial yang diterjemahkan sebagai kebeneran yang
tidak diragukan lagi, harus diterima dan harus dipatuhi. Kebenaran ideologi
tertutup tidak boleh dipermasalahkan berdasarkan nilai- nilai atau prinsip-prinsip
moral yang lain.
IDEOLOGI TERBUKA IDEOLOGI TERTUTUP
Nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari Cenderung untuk memaksakan
luar melankan digali dan diambil dari masyarakat mengambil nilai-nilai ideologi dari luar.

Dasar pembentukan ideologi bukan keyakinan Dasar pembentukan berupa cita-cita atau keyakinan
ideologis sekelompok orang melainkan hasil ideologis sekelompok orang
musyawarah
Tidakdiciptakan oleh negara, melainkan Pada hakekatnya ideologi hanya dibutuhkan oleh
oleh masyarakat penguasa negara untuk kekuasaannya
Tidak hanya dibenarkan melainkan dibutuhkan oleh Pada dasarnya ideologi diciptakan oleh negara dalam
seluruh anggota masyarakat. hal penguasaan negara yang mutlak harus diikuti oleh
seluruh warga masyarakat.

Isinya tidak bersifat operasional Isinya terdiri dari tuntutan-tuntutan konkrit dan
operasional yang bersifat keras yang wajib ditaati
oleh seluruh warga masyarakat
Sistem pemikiran terbuka Sistem pemikiran tertutup
PANCASILA SEBAGAI
IDEOLOGI TERBUKA
Ide yang dipakai dalam pancasila sebagai ideologi terbuka berkembang sejak tahun 1985, karena
pancasila berada ditengah ideologi-ideologi bangsa di dunia, maka pancasila harus bersifat terbuka,
luwes, fleksibel dan tidak kaku, sehingga tidak ketinggalan zaman. Pengertian pancasila sebagai
ideologi terbuka pancasila harus mampu menyesuaikan diri dengan zaman. Hal tersebut bukan berarti
bahwa nilai yang terkandung dalam pancasila dapat diganti dengan nilai dasar lain yang meniadakan
jati diri bangsa Indonesia. Makna bahwa pancasila sebagai ideologi terbuka bahwa nilai-nilai dasar
pancasila seperti ketuhanan, kemanusiaan, kerakyatan, dan keadilan dapat dikembangkan sesuai
dengan dinamika kehidupan bangsa indonesia dan tuntutan perkembangan zaman secara kreatif
dengan memerhatikan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia sendiri, serta tidak
keluar dari eksistensi dan jati diri sebagi bangsa Indonesia sebagai ideologi terbuka.
Pancasila hendaknya mampu memberikan orientasi kedepan yang mengharuskan bangsa Indonesia
untuk selalu menyadari tentang kehidupan yang akan dihadapinya di kemudian hari, terutama
menghadapi era globalisasi dan keterbukaan. Ideologi Pancasila menghendaki bangsa Indonesia tetap
bertahan dalam jiwa dan budaya bangsa Indonesia dan dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Sebagai ideologi terbuka, Menurut Dr. Alfian Pancasila telah memenuhi persyaratan kualitas
tiga dimensi. Tiga dimensi tersebut, secara ringkas didefinisikan sebagai berikut
Dimensi realita, yaitu bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi tersebut
bersumber pada nilai-nilai riil dalam masyarakat. Dilihat dari dimensi ini Ideologi Pancasila
mengandung dimensi realita karena nilai-nilai dasar Pancasila bersumber dari budaya dan
pengalaman sejarah bangsa Indonesia sendiri, bahkan kelima nilai dasar Pancasila dapat kita
temukan dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.
Dimensi idealisme, yaitu bahwa ideologi tersebut harus memberikan harapan, cita-cita
tentang masa depan yang lebih baik. Dilihat dari dimensi ini ideologi Pancasila mengandung
dimensi Idealisme karena mengandung cita-cita tentang masa depan yang lebih baik.
Dimensi fleksibilitas, yaitu bahwa ideologi mengandung atau memiliki keluwesan yang
memungkinkan adanya berbagai pengembangan pemikiran baru tanpa khawatir
meninggalkan jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya. Disini ideologi Pancasila
memenuhi syarat, dibuktikan dengan perjalanan sejarah bahwa Pancasila masih berdiri tegar
dan kokoh serta selalu menerima berbagai pembaharuan-pembaharuan tanpa khawatir
meninggalkan jati dirinya.
Sebagai ideologi terbuka, pancasila mengandung tiga hal fleksibilitas yaitu nilai dasar,
nilai instrumental dan nilai praksis
Adapun definisi ringkas nilai-nilai tersebut adalah sebagai sebagai berikut:
Nilai Dasar
Nilai dasar adalah nilai-nilai dasar yang mempunyai sifat tetap (tidak berubah), nilai-nilai
ini terdapat dalam Pembukaan UUD 194. Nilai-nilai dasar Pancasila (Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial) contoh pancasila sila
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah penjabaran dari nilai dasar yang dijabarkan dalam bentuk UUD
1945 dan perundang-undangan. Contoh pasal UUD 1945, TAP MPR, UU/Perpu dan
peraturan perundang2an lainnya
Nilai Praksis
Nilai Praksis adalah penjabaran dari nilai dasar dan nilai instrumental berupa tindakan
nyata, sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai dasar dan nilai istrumental dalam
kehiupan sehari-hari.contoh menghargai teman yang berbeda agama dalam kehidupan
bermasyarakat.
NILAI PANCASILA MENURUT
PROF. NOTONEGORO
CAUSA PANCASILA
PANCASILA SEBAGAI
FILSAFAT
Ontologi berasal dari kata "Onthos" yang berarti berada dan "Logos" berarti ilmu.
Jadi bisa disimpulkan bahwa ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat
sesuatu yang ada sehingga sesuatu tersebut bisa dipercaya masyarakat.
Epistimologi berasal dari yunani, yaitu "Episteme" berarti pengetahuan dan "logos"
berarti pemikiran. Jadi Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang membahas
tentang ilmu pengetahuan dari Sesuatu yang ada di dalam pendidikan. Epistemologi
ini mengarah pada pengetahuan atau teori ilmu pengetahuan.
Aksiologi berasal dari kata "axios" yang berarti nilai dan "logos" berarti pemikiran.
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana
manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun
S.suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh
a. DASAR ONTOLOGIS PANCASILA  SUDAH MENJIWAI DALAM TUBUH
MANUSIA SECARA KODRATI
b. DASAR EPISTEMOLOGIS PANCASILA  MERUPAKAN SUATU SISTEM
PENGETAHUAN UNTUK PEDOMAN BANGSA
c. DASAR AKSIOLOGIS PANCASILA  MERUPAKAN SATU KESATUAN
NILA
SUSUNAN SILA PANCASILA
1. ORGANIS

- TIDAK DAPAT BERDIRI SENDIRI / MERUPAKAN SATU KESATUAN

2. SALING MENGISI DAN MENGKUALIFIKASI

- SETIAP SILA TERKANDUNG NILAI KEEMPAT SILA LAINNYA

3. HIERARKIS PIRAMIDAL

- URUTAN SILA MENUNJUKKAN RANGKAIAN TINGKAT DALAM LUAS DAN ISI SIFATNYA

MENJIWAI -------------- >

1–2–3–4-5
< ------------------- DIJIWAI
NEGARA SEBAGAI INTEGRASI
ANTARA PEMERINTAH DAN RAKYAT
Negara sebagai kesatuan bangsa individu dianggap sebagai bagian integral negara yang memiliki kedudukan dan fungsi untuk
menjalankan negara. Menurut profesor soepomo ada tiga teori tentang pengertian negara:
Teori perseorangan ( individualistik)
Negara adalah merupakan suatu masyarakat hukum yang disusun berdasarkan perjanjian antar individu yang menjadi anggota
masyarakat. Kegiatan negara diarahkan untuk mewujudkan kepentingan dan kebebasan pribadi. Penganjur teori ini antara lain :
Thomas Hobbes, John Locke, JJ Rousseau, Herbert Spencer, Harold J Laski
Teori golongan ( kelas)
Negara adalah merupakan alat dari suatu golongan kelas yang mempunyai kedudukan dan ekonomi yang paling kuat untuk
menindas golongan lain ke duduk ekonominya lebih lemah. Teori golongan diajarkan oleh: Karl Marx, Frederich Engels, Lenin
Teori integralistik ( persatuan)
Negara adalah susunan masyarakat yang integral, yang erat antara semua golongan, semua bagian dari seluruh anggota
masyarakat merupakan persatuan masyarakat yang organis negara integralistik merupakan negara yang hendak mengatasi
paham perseorangan dan paham golongan serta negara mengutamakan kepentingan umum sebagai satu kesatuan. Teori
persatuan diajarkan oleh: Benedictus De Spinosa, F. Hegel, Adam Muller
GARUDA PANCASILA
PANCASILA
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
MAKNA TIAP LAMBANG SILA
1.
PANCASILA
Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama pada pancasila adalah sila ketuhanan yang dilambangkan
oleh bintang emas berlatar belakang hitam. Dari lambang tersebut,
bintang emas menggambarkan bahwa bangsa Indonesia mengakui akan
adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Selain itu, cahaya dari sebuah bintang diibaratkan sebagai sumber cahaya
yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber cahaya yang
menerangi negara Indonesia. Latar belakang yang berwarna hitam
menggambarkan warna alami, dengan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa
diharapkan bangsa Indonesia tidak tersesat dalam menjalankan
kehidupan.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Asas kemanusiaan pada pancasila dilambangkan oleh rantai emas.
Apabila dilihat lebih dalam lagi, rantai emas pada perisai memiliki
mata rantai yang berbeda. Terdapat bentuk persegi dan lingkaran yang
melambangkan pria dan wanita sebagai rakyat Indonesia. Rantai-
rantai tersebut terikat tanpa putus yang menunjukkan akan hubungan
rakyat Indonesia yang saling terikat dan saling membantu. Baik pria
atau wanita memiliki kesetaraan hak sebagai rakyat Indonesia.
3. Persatuan Indonesia
Simbol persatuan terdapat pada lambang pohon beringin dengan latar
belakang putih. Pohon beringin melambangkan negara indonesia
sendiri. Pada dasarnya pohon beringin adalah pohon yang besar dan
tinggi serta memiliki daun yang lebat yang digunakan untuk berteduh
oleh rakyat indonesia.
Selain itu terdapat akar pohon beringin yang diibaratkan sebagai semua
suku di Indonesia. Meskipun terdapat banyak cabang akar tetapi akar-
akar tersebut tetaplah bersatu untuk membangun pohon beringin agar
tetap berdiri tegak.
Meskipun di Indonesia terdapat berbagai suku dan budaya namun
persatuan tetap dijunjung tinggi agar Indonesia dapat berdiri kokoh
sebagai Negara Kesatuan.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Kepala banteng pada perisai garuda yang berwarna hitam putih dengan
latar belakang berwarna merah melambangkan simbol kerakyatan pada sila
keempat pancasila.
Simbol kepala banteng melambangkan akal kehidupan sosial yang dimiliki
banteng. Sama halnya dengan bangsa Indonesia yang hidup rukun bersosial
satu sama lain. Keputusan bersama harus dicapai dalam hidup bersosial dan
mengesampingkan pendapat pribadi.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila terakhir dalam pancasila dilambangkan oleh padi yang berwarna
kuning dan kapas hijau yang berlatar belakang putih. Padi dan kapas
merupakan simbol sumber sandang dan pangan yang dibutuhkan oleh
bangsa Indonesia.
Tujuan dari bangsa Indonesia adalah menciptakan kesejahteraan sosial
baik sandang maupun pangan tanpa adanya kesenjangan baik dari segi
sosial, ekonomi, budaya maupun politik sehingga keadilan dapat
diwujudkan.
SILA PERTAMA
Isi : Ketuhanan Yang Maha Esa
Makna : nilai Religius dan Keagamaan dalam Sila Pertama :
Percaya terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa, sebagai suatu pencipta segala hal
dimana sifat – sifat yang sempurna serta suci-Nya seperti Maha Kuasa, Maha
Pengasih, Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Perkasa dan lainnya.
Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yaitu menjalankan semua perintah-NYA serta
menjauhi larangan – larangannya, kita sebagai manusia harus menyadari, jika setiap
benda dan makhluk yang ada di sekeliling manusia ialah amanat Tuhan yang harus
dijaga dengan sebaik – baiknya.
Penerapan sila 1 (pertama) dalam kehidupan sehari – harinya :
Percaya serta Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama serta kepercayaan
masing – masing.
Hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan para penganut kepercayaan
walaupun berbeda-beda.
Saling menghormati kebebasan dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama serta kepercayaan
masing – masing.
Jangan memaksakan suatu agama atau kepercayaan terhadap orang lain.
Mempunyai sikap toleransi antar umat beragama lain.
Tidak bersikap rasis terhadap pemeluk agama yang berbeda kepercayaan.
Menyayangi binatang, merawat tumbuh – tumbuhan, serta selalu menjaga kebersihan dan lainnya.
SILA KEDUA
Nilai Pancasila Ke 2
Isi : Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Makna : dimana terkandung nilai – nilai perikemanusiaan yang harus diperhatikan serta
diterapkan dalam kehidupan sehari – hari karena kita adalah makhluk sosial. Pada hal ini
adalah sebagai berikut :
Pengakuan atas suatu harkat dan martabat manusia dengan segala hak serta kewajiban
asasi yang dimiliki tiap orang.
Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia, mulai dari diri sendiri, alam sekitar
bahkan terhadap Tuhan utamanya.
Manusia merupakan makhluk beradab ataupun berbudaya yang mempunyai daya cipta,
rasa, karsa serta keyakinan masing – masing yang telah dijelaskan sebelumnya.
Penerapan pada sila ke 2 ( dua ) dalam kehidupan sehari – hari :
Mengadakan atau melaksanakan pengendalian tingkat polusi udara supaya udara yang dihirup
bisa tetap terjaga dan nyaman
Menjaga kelestarian tumbuh – tumbuhan yang ada disekitar lingkungan
Mengadakan gerakan penghijauan dilingkungan tertentu khususnya tempat tinggal dan lainnya.
Mengakui persamaan derajat, hak, serta kewajiban antara sesama manusia.
Saling mencintai dan menghormati sesama manusia.
Tidak bertindak semena – mena terhadap orang lain.
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Berani dalam membela kebenaran serta keadilan.
SILA KETIGA
Nilai Pancasila Ke 3
Isi : Persatuan Indonesia
Makna : dimana terkandung nilai persatuan bangsa, artinya dalam hal – hal yang
berkaitan dengan persatuan bangsa wajib diperhatikan aspek – aspek sebagai berikut :
Persatuan Indonesia merupakan persatuan bangsa dimana seseorang mendiami wilayah
Indonesia serta wajib berpartisipasi membela dan menjunjung tinggi ( patriotisme );
Pengakuan terhadap kebhinneka tunggal ika an suku bangsa ( etnis ) dan kebudayaan
bangsa lain ( berbeda-beda tetapi satu jiwa ) yang memberikan suatu arah didalam
pembinaan atau pergerakan kesatuan bangsa;
Cinta dan bangga akan bangsa dan Negara Indonesia ( jiwa nasionalisme ).
Penerapan pada sila ke 3 ( tiga) dalam kehidupan sehari hari, yaitu :
Melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus selalu diperhatikan didalam pengambilan
kebijaksanaan atau pengendalian pembangunan lingkungan di daerah atau sekitar
Mengembangkan tata nilai tradisional melalui pendidikan ataupun latihan serta penerangan dan
penyuluhan yang mendorong manusia untuk melindungi sumber daya dan lingkungannya.
Menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan bangsa atau negara diatas kepentingan
pribadi ataupun golongan.
Rela berkorban demi kepentingan bangsa.
Cinta tanah air dan bangsa atau negara.
Bangga sebagai persatuan bangsa Indonesia dan bertanah air di Indonesia.
Memajukan sosialisasi dan kesatuan bangsa yang ber-bhineka tunggal ika.
Bangga menggunakan bahasa persatuan dalam kehidupan sehari – hari yaitu bahasa Indonesia.
SILA KEEMPAT
Nilai Pancasila Ke 4
Isi : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
Makna : dimana terkandung nilai – nilai kerakyatan
Hal yang harus dicermati, yaitu :
Kedaulatan negara berada di tangan rakyat
Pimpinan kerakyatan merupakan hikmat kebijaksanaan yang dilandasi oleh akal sehat
Manusia di Indonesia sebagai warga negara serta warga masyarakat memiliki kedudukan, hak serta kewajiban yang sama;
Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat dilaksanakan bersifat kekeluargaan.
Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan serta meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab para pengambil
keputusan didalam pengelolaan lingkungan hidup tersebut;
Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan serta meningkatkan kesadaran akan hak serta tanggung jawab
masyarakatnya didalam pengelolaan lingkungan hidup tersebut;
Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan serta meningkatkan kemitraan usaha.
Tidak memaksakan kehendak diri sendiri kepada orang lain
SILA KELIMA
Nilai Pancasila Ke 5
Isi : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Makna : dimana terkandung nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Pada hal ini perlu
diperhatikan beberapa aspek berikut ini, antara lain :
Perlakuan yang adil di berbagai bidang kehidupan terutama pada bidang politik, ekonomi dan
sosial budaya
Perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Keseimbangan antara hak dan kewajiban seseorang, serta menghormati hak milik orang lain
Cita – cita masyarakat yang adil dan makmur serta merata material spiritual bagi seluruh rakyat
Indonesia
Cinta akan kemajuan dan pelaksanaan pembangunan demi kemajuan negara.
PANCASILA SEBAGAI
PARADIGMA
Pancasila berisi anggapan-anggapan dasar yang merupakan
kerangka berpikir atau keyakinan yang berfungsi sebagai acuan,
pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pemanfaatan hasil-hasil pembangunan nasional.
-Sebagai paradigma pembangunan, Pancasila mempunyai
kedudukan sebagai:
1. Cita-cita bangsa Indonesia
2. Jiwa bangsa.
3. Moral Pembangunan.
4. Dasar negara Republik Indonesia.
PEMBANGUNAN SESUAI
PANCASILA
1. Tidak boleh bersifat pragmatis, yaitu pembangunan itu tidak hanya mementingkan
tindakan nyata dan mengabaikan pertimbangan etis.
2. Tidak boleh bersifat ideologis, yaitu secara mutlak melayani Ideologi tertentu dan
mengabaikan manusia nyata.
3. Harus menghormati HAM, yaitu pembangunan tidak boleh mengorbankan manusia
nyata melainkan menghormati harkat dan martabat bangsa.
4. Dilaksanakan secara demokratis, artinya melibatkan masyarakat sebagai tujuan
pembangunan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kebutuhan mereka.
5. Diprioritaskan pada penciptaan taraf minimum keadilan sosial, yaitu
mengutamakan mereka yang paling lemah untuk menghapuskan kemiskinan struktural.
EKAPRASETYA PANCAKARSA
Defenisi dan Pengertian Ekaprasetia Pancakarsa yaitu sebuah nama yang diberikan
untuk Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila sebagaimana ditetapkan
dalam ketetapan MPR No. II/ MPR/ 1978.
Ekaprasetia Pancakarsa berasal dari bahasa Sansekerta. Secara harafiah eka berarti
satu atau tunggal, dan prasetia berarti janji atau tekad, panca berarti lima dan karsa
berarti kehendak yang kuat. Secara demikian, Ekaprasetia Pancakarsa berarti tekad
yang tunggal untuk melaksanakan lima kehendak yang kuat, yaitu kehendak untuk
melaksanakan kelima sila Pancasila, atau dengan kata lain yaitu satu pernyataan setia
terhadap lima keinginan EKA PRASETYA PANCAKARSA.
TAP MPR No. II/MPR/ 1978  36 butir Pancasila
TAP MPR No. I/MPR/2003  45 butir Pancasila

Anda mungkin juga menyukai