Kel 4 Kaidah Al Sual Wa Al Jawab

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

KAIDAH AL SUAL WA AL JAWAB

NAMA KELOMPOK 4
1. M. SHUFIADIN (2030110126)
2. 2.NIKMA NURUL HIDAYAH (2030110128)
3. BAGUS AJI HANDOKO (2030110142)
KAIDAH-KAIDAH TAFSIR
 Kaidah-kaidah tafsir, dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah
qawa’id al tafsir. Qawaid merupakan bentuk jamak dari qaidah
yang berarti undang-undang, peraturan dan asas. Secara istilah
didefinisikan dengan undang-undang, sumber, dasar yang
digunakan secara umum yang mencakup semua yang partikular.
Adapun kata tafsir secara bahasa berasal dari kata fassara,
yufassiru, tafsiran yang berarti mengungkapkan. Secara istilah
tafsir dapat diartikan sebagai alat atau ilmu pengetahuan dalam
memahami petunjuk-petunjuk al-Qur’an.
 Berdasarkan penjelasan tersebut, kaidah-kaidah tafsir dapat
diartikan sebagai pedoman dasar yang digunakan secara umum
guna mendapatkan pemahaman atas petunjuk-petunjuk al-
Qur’an.
 sikap para ulama dan pemikir Islam terhadap kaidah-kaidah ini juga
beragam. Ada yang memandang kaidah tafsir yang disusun oleh para ulama
sebagai sesuatu yang mengikat dan harus diikuti oleh para mufasir yang lain.
Ada pula yang melihat hal tersebut sebagai sesuatu yang tidak mengikat dan
melihatnya hanya sebagai suatu prosedur kerja seorang mufasir saja.
 Oleh karena penafsiran merupakan suatu aktivitas yang senantiasa
berkembang, sesuai dengan perkembangan sosial, ilmu pengetahuan dan
bahasa, tampaknya kaidah-kaidah penafsiran akan lebih tepat jika dilihat
sebagai suatu prosedur kerja. Dengan pengertian ini, kaidah tersebut tidak
mengikat kepada mufasir lain agar menggunakan prosedur kerja yang sama.
Setiap mufasir berhak menggunakan prosedur yang berbeda asalkan
memiliki kerangka metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan.
 Meskipun demikian keberadaan kaidah-kaidah penafsiran yang disusun para
ulama tetap penting.
PENGERTIAN AL SUAL WA AL JAWAB
 Sebelum pengertian dari As Sual Wal Jawab diuraikan perlu diketahui
bahwa setiap pertanyaan pasti membutuhkan jawaban, dan setiap jawaban
harus sesuai dengan jawaban pertanyaan tersebut. Hal ini didasarkan atas
kaidah yang sudah umum dalam berkomunikasi. Akan tetapi kaidah umum
tersebuttidak berlaku lagi bila dikaitkan dengan al-Qur’an. Dalam al-
Qur’an jawaban tidak harus sesuai dengan apa yang menjadi fokus
pertanya’an karena di dalamnya terdapat suatu hal yang lebih penting dari
apa yang menjadi fokus pertanyaan tersebut. Mengenai pengertian dari al-
Su’al itu sendiri Nor Ihwan dalam bukunya yang dikutip dari Khalid Abd
al-Rahman al-Akk, menegaskan bahwa yang disebut dengan As Sual
(pertanyaan) ialah sebagai suatu perkataan yang dijadikan permulaan.
Sedangkan al-Jawab (jawaban) ialah perkataan yang dikembalikan kepada
si penanya. Jadi dilihat dari definisi tersebut disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan al-Su’al itu tidak harus berupa pertanyaan, boleh jadi As
Sual tersebut tidak berupa pertanyaan akan tetapi berbentuk permintaan
KAIDAH AL SUAL WA AL
JAWAB
 Sebagaimana uraian di atas bahwa al-Quran berbeda dengan kaidah
umum. Al-Quran dalam memberikan jawaban kadang terlihat tidak
sesuai dengan apa yang seharusnya menjadi fokus dari pertanyaan
tersebut. Demikian itu dikarenkan ada sesuatu yang dianggap lebih
penting dari apa yang dimaksudkan dari pertanyaan tersebut.
Perhatikan QS.al-Baqarahl2:189

‫ َيسَٔـُلْو َنَك َع ِن اَاْلِهَّلِةۗ ُقْل ِهَي َم َو اِقْيُت ِللَّناِس َو اْلَح ِّج ۗ َو َلْيَس اْلِبُّر ِبَاْن َتْأُتوا اْلُبُيْو َت ِم ْن‬
‫ُظُهْو ِرَها َو ٰل ِكَّن اْلِبَّر َمِن اَّتٰق ۚى َو ْأُتوا اْلُبُيْو َت ِم ْن َاْبَو اِبَهاۖ َو اَّتُقوا َهّٰللا َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُح ْو َن‬
 189. Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit.
Katakanlah, “Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan
(ibadah) haji.” Dan bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah dari
atasnya, tetapi kebajikan adalah (kebajikan) orang yang bertakwa.
 Sighat As Sual yang digunakan dalam ayat di atas menggunakan
lafat yas’alunaka. Adapun yang melatar belakangi turunnya ayat ini ialah
ketika itu ada sekelompok orang yang menanyakan perihal bulan sabit
kepada rasulullah. Mengapa pada mulanya ia tampak kecil seperti benang
kemudian bertambah sedikit demi sedikit hingga menjadi purnama
kemudian menyusut terus-menerus sampai kembali seperti
semula. Seharusnya pertanyaan itu cukup dijawab dengan proses
perubahan bulan tersebut karena yang ditanyakan tentang keadaan dari
bulan tersebut. Akan tetapi al-Quran memberikan yang lain, yaitu dengan
menjelaskan hikmah dari proses perubahan yang terjadi pada bulan
tersebut dengan mengatakan bahwa itu adalah waktu-waktu bagi
manusia dan untuk musim haji. al-Quran menggunakan jawaban
demikian boleh jadi karena ada asumsi lain yang dipertanyakan, dalam
arti tidak terpaku hanya perihal perubahan bulan sabit semata tapi juga
menginginkan manfaat yang terkandung di dalamnya
POLA AL SUAL WA AL JAWAB
 Abd al-Rahman al-Akk mengatakan bahwa pola tersebut terbagi
menjadi lima pola.
 Pertama, jawaban bersambung (muttashil) dengan pertanyaan
seperti dalam firman Allah QS. Al-Baqarah/2:215;

 ‫َيْس َٔـُلْو َنَك َم اَذ ا ُيْنِفُقْو َن ۗ ُقْل َم ٓا َاْنَفْقُتْم ِّم ْن َخْيٍر َفِلْلَو اِلَد ْيِن َو اَاْلْقَر ِبْيَن َو اْلَيٰت ٰم ى َو اْلَم ٰس ِك ْيِن َو اْبِن‬
‫الَّس ِبْيِل ۗ َو َم ا َتْفَع ُلْو ا ِم ْن َخْيٍر َفِاَّن َهّٰللا ِبٖه َع ِلْيٌم‬
 Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan.
Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah
diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka
Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya.
 Kedua, jawabannya terpisah (munfasil) dengan al-Su’alnya terdapat dalam satu
surah maupun dalam surah yang lain, adapun contoh yang terpisah dalam satu
surah yaitu QS. Al-Furqan/25:7;
 ‫ۙ َو َقاُلْو ا َم اِل ٰهَذ ا الَّر ُسْو ِل َيْأُك ُل الَّطَع اَم َو َيْمِش ْي ِفى اَاْلْس َو اِۗق َلْو ٓاَل ُاْن َل ِاَلْيِه َم َلٌك َفَيُك ْو َن َم َع ٗه َنِذ ْيًرا‬
‫ِز‬
 Dan mereka berkata: "Mengapa Rasul itu memakan makanan dan berjalan di
pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar
malaikat itu memberikan peringatan bersama- sama dengan dia?,
 As Sual yang terdapat pada ayat di atas dijawab dengan ayat yang lain tapi masih
dalam satu surah yaitu pada ayat ke 20:

‫ْأ‬
‫َو َم ٓا َاْر َس ْلَنا َقْبَلَك ِم َن اْلُم ْر َسِلْيَن ِآاَّل ِاَّنُهْم َلَي ُك ُلْو َن الَّطَع اَم َو َيْم ُش ْو َن ِفى اَاْلْس َو اِۗق َو َجَع ْلَنا َبْع َض ُك ْم ِلَبْع ٍض‬
 ۗ‫ِفْتَنًة‬
‫َاَتْص ِبُرْو َۚن َو َك اَن َر ُّبَك َبِص ْيًرا‬
 Dan kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh
memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. dan kami jadikan sebahagian
kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. maukah kamu bersabar?; dan adalah
Tuhanmu Maha Melihat
 Ketiga dijawab dengan dua jawaban yang terdapat dalam masing-masing surah yang
berbeda juga. Bentuk seperti ini dicontohkan dalam QS.Zuhruf/43:31-32:

 ‫َو َقاُلو۟ا َلْو اَل ُنِّز َل َٰه َذ ا ٱْلُقْر َء اُن َع َلٰى َر ُج ٍل ِّم َن ٱْلَقْر َيَتْيِن َع ِظ يٍم‬
 ‫َأُهْم َيْقِس ُم وَن َر ْح َم َت َر ِّبَك‬
 Dan mereka berkata: "Mengapa Al Quran Ini tidak diturunkan kepada seorang besar
dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini?" Apakah mereka yang membagi-bagi
rahmat Tuhanmu

 Pertanyaan di atas dijawab oleh al-Quran dengan dua jawaban. yang pertama dalam surah
yang sama yaitu pada ayat 32

 ‫ۚ َأُهْم َيْقِس ُم وَن َر ْح َم َت َر ِّبَك ۚ َنْح ُن َقَسْم َنا َبْيَنُهم َّمِع يَشَتُهْم ِفى ٱْل َح َيٰو ِة ٱلُّد ْنَيا‬

 ‫َد َر َٰج ٍت ِّلَيَّتِخ َذ َبْعُضُهم َبْعًضا ُس ْخ ًّياۗ َو َر ْح َم ُت َر ِّبَك َخ ْيٌر ِّمَّم ا َيْج َم ُعوَن‬
‫ِر‬ ‫َو َر َفْعَنا َبْع َض ُهْم َفْو َق َبْع ٍض‬
 Kami Telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,
dan kami Telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat
Keempat ialah pertnyaan yang jawabannya tidak disebutkan.
Sebagaimana terdapat dalam QS. Muhammad/47:14;
 ‫َاَفَم ۡن َك اَن َع ٰل ى َبِّيَنٍة ِّم ۡن َّر ِّبٖه َك َم ۡن ُز ِّيَن َلٗه ُس ٓۡو ُء َع َم ِلٖه َو اَّتَبُع ۤۡو ا َاۡه َو ٓاَء ُهۡم‬
Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang
datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (shaitan)
menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk
itu dan mengikuti hawa nafsunya?
Menanggapi masalah ini khalid abd al-Rahman al-Akk
mengatakan bahwa jawaban tersebut bukannya tidak ada akan
tetapi dibuang (mahzuf) karena hal ini sama dengan halnya
orang yang menginginkan gemerlapnya kehidupan dunia
 Kelima jawaban yang diberikan mendahului pertanyaan, seperti firman
Allah berikut ini: surah al shad ayat 1
‫ ۤص ۗ َو اْلُقْر ٰا ِن ِذ ى الِّذ ْك ِۗر‬
 Shad, demi Al-Qur'an yang mengandung peringatan
 Ayat diatas sebagai jawaban surah al shad ayat 4
‫ َو َع ِج ُبْٓو ا َاْن َج ۤا َء ُهْم ُّم ْنِذ ٌر ِّم ْنُهْم ۖ َو َقاَل اْلٰك ِفُر ْو َن ٰهَذ ا ٰس ِح ٌر َك َّذ اٌۚب‬
 . Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi
peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata,
“Orang ini adalah pesihir yang banyak berdusta.”
 Jadi dilihat dari semua uraian diatas dapat dimengerti bahwa dalam al
quran bentuk al sual tersebut tidak harus dijawab dengan langsung, ada
juga yang dijawab dengan tempo, tempat/surat yang berbeda sehingga
dengan demikian alquran tidak dimaknai secara sepotong-potong. Serta
hubungan ayat dengan ayat yang lain itu saling berhubungan.
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai