Islamic Culture Studies For College - All About Milad Un Nabi - by Slidesgo

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

Pendidikan Agama

Islam

Agama
& Masyarakat

1PA27
Anggota Kelompok :
1. Dhebhy Winnayanti (10523333)
2. Kania Rahma Camelin (10523569)
3. Khairunnnisa Zahra Salsabila
(10523598)
4. Muhammad Fahrezi Alviantoro
(10523726)
Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk yang berasal dari asal yang satu. Hal ini mendasari
mereka untuk memiliki sifat hidup di antaranya adalah terdapat saling ketergantungan,
saling membutuhkan serta saling membela. Manusia memiliki naluri untuk hidup
bersama dan melestarikan keturunannya. Sifat-sifat hidup tersebut kemudian
diwujudkan dengan adanya lembaga pernikahan. Allah dan Rasul-NYA pun
menganjurkan umatnya untuk melaksanakan pernikahan dan senantiasa memelihara
hubungan keluarga.

Oleh karena itu, Pernikahan merupakan suatu lembaga sosial sekaligus lembaga
keagamaan. Agama tidak hanya menganjurkan umatnya untuk melaksanakan
pernikahan, tetapi juga untuk senantiasa memelihara hubungan keluarga. Anjuran
tersebut dalam rangka pembentukan keluarga yang harmonis atau sakinah serta
pemenuhan kebutuhan dan sifat setiap individu.
Pengertian Nikah
”. Menurut istilah, nikah ialah suatu ikatan lahir batin Keinginan untuk menikah adalah fitrah
antara seorang laki-laki dan perempuan untuk hidup manusia. Hal itu berarti sifat pembawaan
bersama dalam suatu rumah tangga melalui akad yang manusia sebagai makhluk Allah Swt. Setiap
dilakukan menurut hukum syariat Islam. Dalam manusia yang sudah dewasa dan sehat jasmani
kompilasi hukum Islam (KHI) dijelaskan bahwa rohaninya pasti membutuhkan teman hidup
perkawinan adalah pernikahan, yaitu akad yang kuat yang berlainan jenis. Teman hidup yang dapat
atau mitsaqan ghalizhan untuk mentaati perintah Allah memenuhi kebutuhan biologis yang dapat
Swt. dan melaksanakannya merupakan ritual ibadah. dicintai dan mencintai, yang dapat mengasihi
Sementara itu, menurut Undang-undang No.1 Tahun dan dikasihi, yang dapat diajak bekerja sama
1974, tentang Perkawinan Pasal 1 dijelaskan bahwa untuk mewujudkan ketentraman, kedamaian
perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan kesejahteraan hidup berumah tangga.
dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan
tujuan membentuk keluarga yang kekal dan bahagia
berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
Hukum Perkawinan
Nikah ditinjau dari segi hukum syar’i ada lima macam, secara rinci
jumhur ulama menyatakan hukum perkawinan itu dengan melihat
keadaan tertentu : Wajib bagi orang-orang yang telah pantas untuk 3. Mubah bagi orang-orang yang pada dasarnya belum terdesak untuk wajib
menikah, berkeinginan untuk menikah dan memiliki perlengkapan menikah dan alasan-alasan yang mengharamkan untuk menikah.
untuk menikah, ia khawatir akan terjerumus ke tempat maksiat 4. Haram bagi orang-orang yang tidak akan dapat memenuhi ketentuan syara’

kalau ia tidak menikah. untuk melakukan perkawinan atau ia yakin perkawinan itu tidak akan
memcapai tujuan syara’, sedangkan dia meyakini perkawinan itu akan
1. Sunnah bagi orang-orang yang telah berkeinginan untuk menikah, telah
merusak kehidupan pasangannya.
pantas untuk menikah dan dia telah mempunyai perlengkapan untuk
5. Talak adalah proses melepaskan ikatan pernikahan dalam syariat Islam.
melangsungkan perkawinan. Akan tetapi, ia masih dapat menahan diri Sedangkan berdasarkan bahasa, talak berarti melepaskan ikatan.
dari berbuat haram. Sementara berdasarkan istilah, talak adalah lepasnya ikatan pernikahan
2. Makruh bagi orang-orang yang belum pantas untuk menikah, belum dengan lafal talak.
berkeinginan untuk menikah, sedangkan perbekalan untuk perkawinan
juga belum ada. Begitu pula ia telah mempunyai perlengkapan untuk
perkawinan, namun fisiknya mengalami cacat impoten atau lainnya.
Macam-macam Talak dalam Islam
1. Segi Tegas dan Tidaknya Perkataan yang Diucapkan

Berikut ini ada beberapa macam-macam talak berdasarkan segi tegas dan tidaknya
perkataan yang diucapkan yang perlu anda ketahui, diantaranya.

A. Talak Kinaya

Macam-macam talak ini diucapkan dengan kata-kata yang belum jelas makna dan
artinya. Contohnya yaitu, “Aku sudah tidak tahan untuk hidup denganmu lagi.”

B. Talak Sarih

Sebaliknya, Macam-macam talak ini sudah mengandung kata-kata yang jelas


makna dan tujuannya, yakni untuk menceraikan sang istri. Contohnya yaitu, “Saya
ingin bercerai denganmu.
2. Segi Jumlah
3. Segi Keadaan Istri
Berikut ini ada beberapa macam-macam talak berdasarkan segi
jumlah yang perlu anda ketahui, diantaranya : Berikut ini ada beberapa macam-macam talak berdasarkan
segi keadaan istri yang perlu anda ketahui, diantaranya :
A. Talak Satu
A. Talak Bid’I
Talak yang pertama kali dijatuhkan sang suami kepada
istri. Macam-macam talak ini adalah talak yang diucapkan sang
suami kepada istri yang pernah digaulinya pada saat
B. Talak Dua sedang haid dan dalam keadaan suci.
Talak dua adalah macam-macam talak yang dijatuhkan B. Talak Sunny
sang suami kepada istri untuk yang kedua kali ataupun
untuk yang pertama kalinya dengan dua talak secara Talak sunny adalah macam-macam talak yang diucapkan
langsung. sang suami kepada istri yang pernah digauli dan pada saat
itu kondisi sang istri dalam keadaan suci dan pada waktu
C. Talak Tiga suci belum digauli, sedang hamil dan jelas kehamilannya.
Talak tiga adalah macam-macam talak yang dijatuhkan C. Talak La Sunny Wala Bid’I
sang suami kepada istri untuk yang ketiga kalinya.
Selain itu, penyebutan talak tiga juga dapat terjadi Macam-macam talak ini merupakan talak yang diucapkan
ketika sang suami menyebut talak tiga untuk yang sang suami dengan keadaan istri yang belum digauli dan
pertama kalinya. belum pernah haid (belum baligh ataupun telah
menopause).
4. Segi Boleh Tidaknya Mengambil Tindakan Rujuk
Berikut ini ada beberapa macam-macam talak berdasarkan segi boleh tidaknya mengambil
tindakan rujuk yang perlu anda ketahui, diantaranya :

A. Talak Bain
Talak bain adalah macam-macam talak yang tidak boleh untuk rujuk kembali. Talak bain ini
terbagi menjadi dua yakni talak bain sugra dan talak bain kubra. Taka bain sugra merupakan
talak yang menghilangkan kepemilikan sang suami terhadap istri, namun tidak berlaku
sebaliknya yakni dengan melakukan akad nikah ulang. Sementara itu, talak bain kubra
adalah talak tiga yang tidak memperbolehkan rujuk, kecuali jika sang istri pernah menikah
dengan laki-laki lain dan sudah digauli serta diceraikan.

B. Talak Raj’I
Talak ini adalah macam-macam talak yang memperbolehkan untuk rujuk kembali setelah
bercerai. Namun, syaratnya adalah saat istri masih sedang dalam masa iddah. Jika istri sudah
berada di luar masa iddah, maka dapat rujuk kembali dengan melakukan akad nikah ulang.
Macam-macam talak ini berlaku jika sang suami hanya menjatuhkan talak 1 dan 2.
6. Segi Cara Suami Menjatuhkan Talak
5. Segi Langsung Tidaknya Menjatuhkan Talak
Berikut ini ada beberapa macam-macam talak berdasarkan segi cara
Berikut ini ada beberapa macam-macam talak suami menjatuhkan talak yang perlu anda ketahui, diantaranya :
berdasarkan segi langsung tidaknya menjatuhkan
A. Dengan Ucapan
talak yang perlu anda ketahui, diantaranya :
Menjatuhkan talak pada umumnya disampaikan oleh sang suami
A. Talak Muallaq kepada istri secara langsung melalui ucapan, dan sang istri juga
Talak muallaq adalah talak yang memiliki syarat mendengar ucapan talak dari sang suami. Namun, tidak dipungkiri
tertentu, yakni dapat dijatuhkan apabila syarat talak juga dapat dijatuhkan dengan cara-cara yang lain.
yang disebutkan sang suami terwujud. Contohnya B. Dengan Tulisan
yakni jika sang suami mengatakan, “Kau akan
Salah satu cara lainnya yakni dengan menjatuhkan talak melalui
tertalak jika kau meninggalkan satu kali ibadah
tulisan. Melalui tulisan yang disampaikan sang suami, sang istri
wajibmu.” dan sang istri benar-benar telah
menerima dan membaca serta memahami isi dari tulisan tersebut.
meninggalkan ibadah wajib.
C. Dengan Isyarat
B. Talak Ghairu Muallaq
Cara ini disampaikan sang suami yang tidak memiliki kemampuan
Talak ghairu muallaq adalah talak yang tidak untuk berbicara (tuna wicara) kepada sang istri, sepanjang isyarat
dikaitkan dengan syarat tertentu. Jadi, apabila sang tersebut jelas dan dimengerti oleh sang istri.
suami telah berkata untuk bercerai maka talak
D. Dengan Utusan
sudah dapat menjadi faktor untuk berpisah
ataupun bercerai. Sang suami juga dapat menjatuhkan talak dengan perantara orang lain
yang diutus untuk menyampaikan maksud dan tujuannya yakni bercerai
dengan sang istri.
Hukum Thalaq dalam
Agama Islam
Asal hukum talak adalah makruh karena talak merupakan perbuatan halal tetapi sangat dibenci
oleh Allah Swt. Nabi Muhammad Saw, bersabda: ”Perbuatan halal, tetapi paling dibenci oleh
Allah adalah talak”. (HR. Abu Daud).

Para ulama sepakat membolehkan talak. Hukum talak menjadi wajib ketika terjadi perselisihan
antara suami istri, sedangkan dua hakim yang mengurus perkara keduanya sudah memandang
perlu supaya keduanya bercerai. Talak berhukum sunah jika suami sudah tidak sanggup lagi
membayar dan mencukupi kewajibannya (nafkahnya) atau perempuan tidak menjaga
kehormatan dirinya. Lalu ada keadaan yang menyebabkan talak menjadi haram hukumnya,
yaitu menjatuhkan talak saat istri dalam keadaan haid dan menjatuhkan talak sewaktu suci
yang telah dicampurinya dalam waktu suci itu.
Tujuan Menikah dalam
Agama Islam
• Secara umum tujuan pernikahan dalam Islam dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh kebahagiaan dan ketenangan hidup (sakinah). Ketentraman dan
kebahagiaan adalah idaman setiap orang. Nikah merupakan salah satu cara supaya
hidup menjadi bahagia dan tentram.
b. Untuk membina rasa cinta dan kasih sayang. Nikah merupakan salah satu cara untuk
membina kasih sayang antara suami, istri, dan anak.
c. Untuk memenuhi kebutuhan seksual yang sah dan diridhai Allah Swt.
d. Untuk melaksanakan Perintah Allah Swt. menikah merupakan pelaksanan perintah
Allah Swt. Oleh karena itu menikah akan dicatat sebagai ibadah.
e. Mengikuti Sunah Rasulullah Saw. Rasulullah Saw. mencela orang yang hidup
membujang dan beliau menganjurkan umatnya untuk menikah.
f. Untuk Memperoleh Keturunan yang Sah.
Rukun dan Syarat
Rukun nikah ada lima, (Kompilasi Hukum Islam (KHI), Pasal 14) yaitu :
A Calon suami
B. Calon istri
C. Wali nikah
D. Dua saksi
E. Ijab dan Qobul.

Masing-masing rukun tersebut dalam KHI mempunyai syarat tertentu, yaitu :


A. Calon suami
B. Calon istri
Jenis Pernikahan Terlarang
Pernikahan atau perkawinan menurut syara’ yaitu akad yang
ditetapkan syara’ untuk membolehkan bersenang-senang antara laki-
laki dengan perempuan dan menghalalkan bersenang-senangnya antara
laki-laki dengan perempuan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka
yang dimaksud dengan pernikahan yang dilarang adalah perjanjian
akad antara seorang laki-laki dan perempuan yang tidak sesuai dengan
ketetapan syara. Jenis-jenis Pernikahan yang tersebut adalah :
1. Nikah Muhallil

Muhallil atau tahlil secara etimologi adalah membolehkan. Dengan demikian, nikah
muhallil adalah seseorang laki-laki menikahi seorang wanita yang sudah ditalak tiga kali
(talak ba’in) setelah habis masa iddahnya, kemudian ia menceraikan wanita tersebut dengan
tujuan untuk menghalalkannya menikah kembali dengan mantan suaminya. Orang atau
suami yang baru disebut sebagai muhallil (orang yang menghalalkan), dan mantan suaminya
disebut muhallal lah (orang yang dihalalkan untuknya). Pernikahan semacam ini termasuk
pernikahan yang mengandung dosa besar, karena sudah jelas-jelas Allah dan rasulnya
melaknat para pelakunya. Sementara itu, dasar hukum yang secara jelas melarang pernikahan
tersebut hanya terdapat pada beberapa hadist. Di antaranya: Dari abu Hurairah ra bahwasanya
rasulullah saw bersabda: Allah telah melaknat muhallil (orang yang menghalalkan) dan
muhallal lah (orang yang dihalalkannya). (H.R Ahmad dengan sanad hasan).
2. Nikah Beda Agama

Nikah beda agama adalah pernikahan antara laki-laki dan perempuan yang berbeda agama atau
keyakinan. “(Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara
orang-orang yang diberi al-kitab sebelum kamu. (QS. Al-Maidah:5)”.

Berdasarkan dalil pada surat al-maidah ayat 5, mayoritas ulama hukumnya boleh, dengan syarat
mereka harus dari golongan muhsanat, yaitu wanita-wanita yang terpelihara kehormatannya.
Sementara itu kehalalan tersebut hanya bagi laki-laki mukmin yang menikahi wanita ahli kitab
dan tidak halal bagi wanita muslimah menikah dengan laki-laki ahli kitab dan yang dimaksud
ahli kitab adalah orang 12 yahudi dan nasrani yang berasal dari keturunan bani israel. Pernikahan
beda agama adalah hal yang sangat sensitif dan kerap kali menimbulkan berbagai akibat terhadap
beberapa aspek
3. Nikah Mut’ah

Nikah mut’ah disebut juga nikah muaqqat (nikah sementara waktu) atau nikah inqita’ (nikah terputus) yang
diwaktukan. Yaitu seorang lelaki menikahi wanita hanya untuk sehari, seminggu atau sebulan. Istilah
Mut’ah berarti seakan-akan seorang lelaki yang mengambil manfaat dan bersenang-senang dengan
perjanjian dalam waktu tertentu. Masyarakat Indonesia sendiri lebih mengenal nikah mut’ah dengan istilah
kawin kontrak.

Nikah Mut'ah pernah diperbolehkan oleh Rasulullah sebelum stabilitasnya syari'at islam, yaitu
diperbolehkannya pada waktu berpergian dan peperangan. Akan tetapi kemudian diharamkan. Nikah
Mut'ah diperbolehkan waktu itu adalah karena masyarakat Islam pada waktu itu masih dalam transisi (masa
peralihan dari jahiliyah kepada Islam). Sedang perzinaan pada masa jahiliyah suatu hal yang biasa. Maka
setelah Islam datang dan mengajak umatnya untuk pergi berperang, sedangkan mereka jauh dari istri
mereka sehingga memberatkan sebagian yang tidak kuat imannya. Bagi yang kuat imannya berkeinginan
untuk mengkebiri dan mengipotenkan kemaluannya.

Nikah Mut'ah juga memiliki banyak mudhorat (dampak negatif), yang berdampak pada Agama, masyarakat
maupun akhlak, oleh karena
Ketentuan Hukum
pernikahan di Indonesia
Tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan
peraturan pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Mengenai sahnya
perkawinan dan pencatatan perkawinan terdapat pada pasal 2 UU Perkawinan, yang berbunyi :

1. Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.
2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hukum perkawinan di Indonesia juga berbicara tentang Sanki pidana dalam hukum perkawinan. Yaitu hukuman
yang akan diterima oleh pihak-pihak tertentu yang melanggar hukum dalam hal tersebut. Sanksi pidana diatur dalam pasal
45 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Pasal 45.
Melalui ketentuan hukum ini, semakin jelas arah kebijakan pemerintah untuk membantu masyarakatnya dalam
mewujudkan keluarga yang sakinah. Keberadaan keluarga menjadi pondasi yang penting untuk stabilitas negara. Oleh
karena itu, ketentuan hukum pernikahan atau perkawinan menjadi hal yang penting.
Mawaris
 Pengertian Mawaris

Secara etimologis, kata mawaris berasal dari Al Mirats yang artinya berpindahnya sesuatu milik
seseorang ke orang lainnya, atau dari suatu kaum ke kaum lainnya. Adapun makna istilahnya adalah
ilmu tentang pembagian harta peninggalan setelah seseorang meninggal dunia.

Ilmu mawaris disebut juga ilmu faraidh. Kata faraidh sendiri ditinjau dari segi bahasa merupakan
bentuk jamak dari kata yang bermakna ketentuan, bagian, atau ukuran. Karenanya bahasan inti dari
ilmu warisan adalah perkara-perkara yang terkait dengan harta warisan atau harta peninggalan.
Ringkasnya bisa dikatakan bahwa ilmu faraidh adalah disiplin ilmu yang membahas tentang ketentuan-
ketentuan atau bagian-bagian yang telah ditentukan untuk masing-masing ahli waris.
Ilmu mawaris akan selalu terkait dengan beberapa unsur yang sering diistilahkan dengan rukun-
rukun mawarits. Dalam berbagai referensi yang membahas tentang mawaris dipaparkan bahwa
rukun-rukun mawarits ada 3 yaitu ;

1. Waris yaitu orang yang mendapatkan harta Seorang berhak mendapatkan warisan karena salah satu dari
tiga sebab yaitu : pertalian darah, hubungan pernikahan, dan memerdekakan budak.
2. Muwarris yaitu orang yang telah meninggal dan mewariskan harta kepada ahli waritsnya. Baik
meninggal secara hakiki dalam arti ia telah menghembuskan nafas terakhirnya. Atau meninggal secara
taqdiri (perkiraan) semisal seorang yang telah lama menghilang (al-mafqud) dan tidak diketahui kabar
beritanya dan tempat ia berdomisili hingga pada akhirnya hakim memutuskan bahwa orang tersebut
dihukumi sama dengan orang yang meninggal.
3. Maurus yaitu harta warisan yang siap dibagikan kepada ahli waris setelah diambil untuk kepentingan
pemeliharaan jenazah (tajhiz al-janazah), pelunasan hutang mayit, dan pelaksanaan wasiat mayit.
Terkadang mauruts diistilahkan dengan mirats atau irs.
 Hukum membagi warisan

Saat syariat Islam mengatur hal-hal yang terkait dengan pembagian harta waris. Seorang
muslim harus meresponnya dengan baik dan mematuhi aturan tersebut. Karena aturan warisan
tersebut merupakan ketentuan Allah yang pasti akan mendatangkan maslahat bagi semua
hamba-hamba-Nya. Bahkan Allah memperingatkan dengan keras siapapun yang melanggar
aturan-aturan yang telah ditetapkan-Nya (termasuk aturan warisan).

Allah berfirman dalam surat an-Nisa ayat 14 :


Artinya: “Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-
ketentuan-Nya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka sedang ia kekal di
dalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan.” (Q.S. an-Nisa: 14)

Dijelaskan pada :
Artinya:”Bagilah harta warisan diantara ahli waris sesuai dengan (aturan) kitab Allah.”
(H.R. Muslim dan Abu Dawud).
 Hal-hal yang harus dilakukan sebelum harta warisan dibagikan

Beberapa hal yang harus ditunaikan terlebih dahulu oleh ahli waris sebelum harta warisan dibagikan
adalah :
 Kalau harta yang ditinggalkan sudah saatnya dikeluarkan zakatnya, maka zakat harta tersebut harus
dibayarkan terlebih dahulu.
 Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pengurusan jenazah, mulai dari membeli kain kafan, upah
menggali kuburan, dan lain sebagainya.
 Jika mayat memiliki hutang, maka hutangnya harus dibayar terlebih dahulu dengan harta warisan
yang ia tinggalkan.
 Jika mayat meninggalkan wasiat, agar sebagian harta peninggalannya diberikan kepada orang lain.
Maka wasiat inipun harus dilaksanakan

Apabila keempat hak tersebut (zakat, biaya penguburan, hutang mayat, dan wasiat mayat) sudah
diselesaikan, maka harta warisan selebihnya baru dapat dibagi-bagikan kepada ahli waris yang berhak
menerimanya.
 Hukum Mempelajari Ilmu Mawaris
Para ulama berpendapat bahwa mempelajari dan mengajarkan ilmu mawaris adalah fardhu kifayah.
Artinya, jika telah ada sebagian kalangan yang mempelajari ilmu tersebut, maka kewajiban yang lain
telah gugur. Akan tetapi jika dalam satu daerah/wilayah tak ada seorang pun yang mau mendalami ilmu
warisan, maka semua penduduk wilayah tersebut menanggung dosa. Urgensi ilmu mawarits dapat kita
cermati dalam satu teks hadis dimana Rasulullah Saw. menggandengkan perintah belajar al-Qur’an dan
mengajarkan al-Qur’an dengan perintah belajar dan mengajarkan ilmu mawarits/faraidh.
Dapat disimpulkan bahwa mempelajari ilmu mawarits tidak bisa dianggap sebelah mata, terutama bagi
para pendakwah atau penyeru kebajikan. Walaupun hukum awalnya fardhu kifayah, akan tetapi dalam
kondisi tertentu, saat tak ada seorangpun yang mempelajarinya maka hukum mempelajari ilmu
mawarits berubah menjadi fardhu ain.
 Tujuan Ilmu Mawaris  Sumber Hukum Ilmu Mawaris
Tujuan ilmu mawaris dapat dirangkum dalam
beberapa poin di bawah ini : Sumber hukum ilmu mawaris adalah al-Qur’an dan al-Hadis.
a. Memberikan pembelajaran bagi kaum Berikut ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang ketentuan
muslimin agar bertanggung jawab dalam pembagian harta waris.
melaksanakan syariat Islam yang terkait
dengan pembagian harta waris. • Firman Allah ta’ala dalam surat an-Nisa ayat 7 :
b. Menyodorkan solusi terbaik terhadap
berbagai permasalahan seputar pembagian Artinya: “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta
harta waris yang sesuai dengan aturan peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita
Allah ta’ala.
ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan
c. Menyelamatkan harta benda si mayit
hingga tidak diambil orang-orang dzalim kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang
yang tidak berhak telah ditetapkan.(QS. an-Nisa’: 7.)
 Kedudukan Ilmu Mawaris

Ilmu mawaris mempunyai kedudukan yang sangat agung dalam Islam. Ia


menjadi solusi efektif berbagai permasalahan umat terkait pembagian harta waris.
Kala ilmu mawaris diterapkan secara baik, maka urusan hak adam akan
terselesaikan secara baik. Semua ahli waris akan mendapatkan haknya secara
proporsional. Mereka tak akan didzalimi ataupun mendzalimi, karena semuanya
sudah disandarkan pada aturan Allah ta’ala .
Pembentukan Masyarakat
Islam
 Pengertian Masyarakat
Dalam Bahasa Inggris masyarakat disebut “society” dari kata socius yang berarti
berkawan. Dalam Bahasa Arab berasal dari kata “syirk” yang artinya bergaul. Adanya
saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan
disebabkan oleh perseorangan, melainkan unsur-unsur kekuatan lain dalam
lingkungan social yang merupakan kesatuan.

Masyarakat disebutpula kesatuan sosial, karena mempunyai ikatan-ikatan kasih


sayang yang erat. Mirip jiwa manusia, yang dapat diketahui pertama melalui
kelakuan dan perbuatannya sebagai penjelmaan yang lahir, dan kedua melalui
pengalaman batin dalam roh manusia perseorangan sendiri.

Agama dalam kaitannya dalam masyarakat, mempunyai dampak positif berupa daya
penyatu (sentripetal) dan dampak negative berupa daya pemecah (sentrifugal).
Agama yang mempunyai system kepercayaan dimulai dengan penciptaan
pandangan dunia yang baru didalamnya konsepsi lama dan pelembagaannya bisa
kehilangan dasar adanya.
 Masyarakat Madani

Masyarakat Madani (dalam bahasa Inggris: civil society) dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang
beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya.Kata madani sendiri berasal dari
bahasa arab yang artinya civil atau civilized (beradab). Istilah masyarakat madani adalah terjemahan dari
civil atau civilized society, yang berarti masyarakat yang berperadaban.

Masyarakat madani adalah kelembagaan sosial yang akan melindungi warga negara dari perwujudan
kekuasaan negara yang berlebihan. Bahkan Masyarakat madani tiang utama kehidupan politik yang Sebab
masyarakat madani tidak saja melindungi warga negara dalam berhadapan dengan negara, tetapi juga
merumuskan dan menyuarakan aspirasi masyarakat.
 Ciri-ciri dengan Sistem Masyarakat Islam
Ada beberapa ciri atau sendi pokok masyarakat islam yang disebut dalam Alqur’an :
1. Islam adalah Persaudaraan.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu yang berselisih
dan bertakwlah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.(QS Al-Hujurat ayat 10)
Seorang mukmin dengan mekmin yang lain laksana bagian satu bangunan yang saling mengokohkan bagian
bangunan yang lain. (HR. Muslim)
2. Masyarakat islam adalah persamaan (musawah).
Wahai manusia, Sungguh kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian kami
jadikankamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia diantara
kamudisisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui Maha Teliti.(QS Al-Hujurat ayat
13).
3. Islam adalah Toleransi.
Untukmu Agamamu, dan untukku Agamaku (QS Al-Kafirun ayat 6 tidak ada paksaan dalam menganut agama Islam.
Sesungguhnya telah jelas (perbedaan diantara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. (QS Albaqoroh ayat 256)
4. Islam adalah amar ma’ruf nahi munkar.
“menganjurkan berbuat baik mencegah berbuat jahat”.
5. Musyawarah

Dan bagi orang orang yang mematuhi seruan Muhan dan melaksankan sholat, sedang urusan mereka
(diputuskan dengan musya warah antara mereka.(QS Asy-Syura ayat 38)

…. dan musyawarahlah dengan mereka dalam urusanitu (QS Ali Imran ayat 159).

6. Masyarakat islam adalah keadilan dan menegakkan keadilan.

“Wahai orang-orang yang beriman! jadikanlah kamu penegak keadilan'menjadi saksi karena Allah' (QS An
Nisa’ ayat 135).“Wahai orang-orang yang beriman! jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah,
(ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencian kamu terhadap suatu kaum mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adilah karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada
Allah, sungguh Allah Maha teliti apa yangk amu kerjakan. (QS Al-Maidah ayat 8).

7. Keseimbangan

Kesimbangan antara hak dan kewajiban, antara kewajiban individu, antara kewajiban masyarakat dengan
hak masyarakat dan antara kepentingan masyarakat.
Ciri-ciri diatas adalah ciri-ciri masyarakat yang ideal yang ditentukan oleh Allah dan
dijelaskan oleh Nabi-Nya. Bagaimana kenyataannya sekarang adalah soal lain yang
justru menarik untuk kita kaji dan kita instropeksi baik dari segi masyarakat muslim
sendiri maupun dari orangnya. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang dicita-
ciitakan, sedang masyarakat muslim adalah kenyataan. Yang perlu diusahakan adalah
mengembangkan masyarakat muslim menjadi masyarkat Islam. Caranya dengan
memasyarakatkan agama dan ajaran Islam secara baik dan benar agar terbentuk pola
piker, sikap, dan tingkah laku Islami dalam masyarakat.
Any Question ?
Icons

Anda mungkin juga menyukai