Lompat ke isi

Persatuan Perjuangan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(4 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Persatuan Perjuangan''' adalah suatu [[organisasi massa]] yang dibentuk di [[Purwokerto]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]], pada awal tahun [[1946]], yang bertujuan menciptakan persatuan di antara organisasi-organisasi yang ada untuk mencapai kemerdekaan penuh untuk Indonesia. Organisasi ini dipelopori oleh [[Tan Malaka]] dan berhasil menghimpun 141 [[organisasi politik]], [[laskar]], dan [[partai politik]] seperti [[Masyumi]] dan [[PNI]], yang tidak puas dengan lambannya diplomasi yang dilakukan oleh pemerintahan [[Perdana Menteri]] [[Sutan Sjahrir]].
'''Persatuan Perjuangan''' adalah suatu [[organisasi massaa]] yang dibentuk di [[Purwokerto]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]], pada awal tahun [[1946]], yang bertujuan menciptakan persatuan di antara organisasi-organisasi yang ada untuk mencapai kemerdekaan penuh untuk Indonesia. Organisasi ini dipelopori oleh [[Tan Malaka]] dan berhasil menghimpun 141 [[organisasi politik]], [[laskar]], dan [[partai politik]] seperti [[Masyumi]] dan [[PNI]], yang tidak puas dengan lambannya diplomasi yang dilakukan oleh pemerintahan [[Perdana Menteri]] [[Sutan Sjahrir]].


Ada lima pertimbangan mengapa Tan Malaka mendirikan Persatuan Perjuangan:
Ada lima pertimbangan mengapa Tan Malaka mendirikan Persatuan Perjuangan:
# Mengingat pertentangan antara kemauan dan tindakan Kepala Negara dengan kemauan dan tindakan Rakyat/Pemuda di mana-mana
# Mengingat pertentangan antara kemauan dan tindakan Kepala Negara dengan kemauan dan tindakan Rakyat/Pemuda di mana-mana
# Mengingat pertentangan dan permusuhan partai-partai ( Islam kontra Sosialis di Pekalongan, Cirebon dan Periangen )
# Mengingat pertentangan dan permusuhan partai-partai ( Islam kontra Sosialis di [[Kabupaten Pekalongan|Pekalongan]], [[Kabupaten Cirebon|Cirebon]] dan [[Parahyangan|Periangen]] )
# Mengingat pemusuhan antara pasukan dan pasukan seperti sudah terbukti di Surabaya ( tembak menembak dari belakang! )
# Mengingat pemusuhan antara pasukan dan pasukan seperti sudah terbukti di [[Kota Surabaya|Surabaya]] ( tembak menembak dari belakang! )
# Mengingat sikap dan tindakan Inggris yang mengakui kedaulatan Belanda atas bangsa Indonesia yang sudah memproklamirkan kemerdekaannya itu
# Mengingat sikap dan tindakan [[Britania Raya|Inggris]] yang mengakui kedaulatan [[Belanda]] atas bangsa Indonesia yang sudah memproklamirkan kemerdekaannya itu
# Mengingat akhirnya kedatangan Van Mook dengan usul Gemeenebest dan Rijksverbondnya, cocok dengan pidato Wilheimina pada bulan Desember 1942
# Mengingat akhirnya kedatangan [[Hubertus Johannes van Mook|Van Mook]] dengan usul ''Gemeenebest'' dan ''Rijksverbond''-nya, cocok dengan pidato [[Wilhelmina dari Belanda|Wilheimina]] pada bulan Desember 1942


Pada kongres Persatuan Perjuangan di [[Solo]], 15-16 Januari 1946, tidak berapa lama setelah deklarasi pendiriannya, organisasi ini mengeluarkan pernyataan politik yang disebut "'''Minimum Program'''" yang berisi
Pada kongres Persatuan Perjuangan di [[Solo]], 15-16 Januari 1946, tidak berapa lama setelah deklarasi pendiriannya, organisasi ini mengeluarkan pernyataan politik yang disebut "'''Minimum Program'''" yang berisi
Baris 25: Baris 25:


[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Pendirian tahun 1946 di Indonesia]]
[[Kategori:Tan Malaka]]

Revisi terkini sejak 24 November 2023 16.28

Persatuan Perjuangan adalah suatu organisasi massaa yang dibentuk di Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia, pada awal tahun 1946, yang bertujuan menciptakan persatuan di antara organisasi-organisasi yang ada untuk mencapai kemerdekaan penuh untuk Indonesia. Organisasi ini dipelopori oleh Tan Malaka dan berhasil menghimpun 141 organisasi politik, laskar, dan partai politik seperti Masyumi dan PNI, yang tidak puas dengan lambannya diplomasi yang dilakukan oleh pemerintahan Perdana Menteri Sutan Sjahrir.

Ada lima pertimbangan mengapa Tan Malaka mendirikan Persatuan Perjuangan:

  1. Mengingat pertentangan antara kemauan dan tindakan Kepala Negara dengan kemauan dan tindakan Rakyat/Pemuda di mana-mana
  2. Mengingat pertentangan dan permusuhan partai-partai ( Islam kontra Sosialis di Pekalongan, Cirebon dan Periangen )
  3. Mengingat pemusuhan antara pasukan dan pasukan seperti sudah terbukti di Surabaya ( tembak menembak dari belakang! )
  4. Mengingat sikap dan tindakan Inggris yang mengakui kedaulatan Belanda atas bangsa Indonesia yang sudah memproklamirkan kemerdekaannya itu
  5. Mengingat akhirnya kedatangan Van Mook dengan usul Gemeenebest dan Rijksverbond-nya, cocok dengan pidato Wilheimina pada bulan Desember 1942

Pada kongres Persatuan Perjuangan di Solo, 15-16 Januari 1946, tidak berapa lama setelah deklarasi pendiriannya, organisasi ini mengeluarkan pernyataan politik yang disebut "Minimum Program" yang berisi

  1. Berunding dengan tujuan pengakuan kemerdekaan 100 persen
  2. Pemerintahan rakyat (kemauan pemerintah harus sesuai dengan kemauan rakyat)
  3. Tentara rakyat (kemauan tentara harus sesuai dengan kemauan rakyat)
  4. Menyelenggarakan tawanan Eropa
  5. Melucuti senjata Jepang
  6. Menyita hak dan milik musuh
  7. Menyita perusahaan (pabrik, dll) dan pertanian (perkebunan, pertambangan, dll) dari musuh

Pemerintah Sjahrir menganggap pandangan kelompok ini mustahil dilaksanakan dan karenanya terus melanjutkan politik diplomasinya. Dukungan massa terhadap kelompok Persatuan Perjuangan akhirnya memaksa Sutan Sjahrir meletakkan jabatannya dan membubarkan Kabinet Sjahrir I. Presiden Soekarno turun tangan dan meminta Sjahrir untuk kembali membentuk kabinet dan akhirnya terbentuklah Kabinet Sjahrir II pada awal tahun 1946.

Organisasi ini memainkan peran utama dalam penghapusan Daerah Istimewa Surakarta pada pertengahan 1946, ditengarai karena ketidakpuasan masyarakat Surakarta terhadap Kasunanan yang tidak populer pada saat itu.

Perselisihan antara kelompok Persatuan Perjuangan dan pemerintah parlementer akhirnya meledak dengan terjadinya Peristiwa 3 Juli 1946. Kelompok ini bubar dan tokoh-tokoh utamanya ditangkap dengan tuduhan berupaya melemahkan pemerintah.