Sugiyono Mangunwiyoto: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 34: | Baris 34: | ||
Sugiyono sebenarnya memiliki cita-cita menjadi seorang guru. Guna mewujudkan cita-citanya itu, ia dengan tekun menempuh pendidikan di Sekolah Guru Pertama di Wonosari, [[Kabupaten Gunungkidul]]. Namun, sebelum ia selesai dalam pendidikan di Sekolah Guru, Tentara Jepang menduduki Tanah Air dan memberlakukan wajib militer bagi anak-anak muda. Ia terpaksa mengubur impiannya untuk menjadi seorang guru, dan mengikuti pendidikan sebagai tentara di [[Pembela Tanah Air]] ([[Pembela Tanah Air|PETA]]). Selepas menyelesaikan pendidikan di PETA, ia diangkat sebagai Budancho (Komandan Peleton) di Wonosari, [[Kabupaten Gunungkidul]]. Selepas masa proklamasi, ia tergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan mengawali karir sebagai komandan seksi. Ia kemudian diangkat menjadi ajudan Komandan Brigade 10 di bawah [[Suharto|Letnan Kolonel Suharto]] pada tahun 1947. |
Sugiyono sebenarnya memiliki cita-cita menjadi seorang guru. Guna mewujudkan cita-citanya itu, ia dengan tekun menempuh pendidikan di Sekolah Guru Pertama di Wonosari, [[Kabupaten Gunungkidul]]. Namun, sebelum ia selesai dalam pendidikan di Sekolah Guru, Tentara Jepang menduduki Tanah Air dan memberlakukan wajib militer bagi anak-anak muda. Ia terpaksa mengubur impiannya untuk menjadi seorang guru, dan mengikuti pendidikan sebagai tentara di [[Pembela Tanah Air]] ([[Pembela Tanah Air|PETA]]). Selepas menyelesaikan pendidikan di PETA, ia diangkat sebagai Budancho (Komandan Peleton) di Wonosari, [[Kabupaten Gunungkidul]]. Selepas masa proklamasi, ia tergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan mengawali karir sebagai komandan seksi. Ia kemudian diangkat menjadi ajudan Komandan Brigade 10 di bawah [[Suharto|Letnan Kolonel Suharto]] pada tahun 1947. |
||
Pada 1 Maret 1949 terjadi serangan umum terhadap Yogyakarta saat peristiwa Agresi Militer II. Ia turut serta dalam keberhasilan pasukan menghentikan agresi militer II tersebut yang mampu merubah penilaian dunia internasional terhadap kekuatan RI. |
Pada [[Serangan Umum 1 Maret 1949|1 Maret 1949 terjadi serangan umum terhadap Yogyakarta]] saat peristiwa [[Agresi Militer Belanda II|Agresi Militer II]]. Ia turut serta dalam keberhasilan pasukan menghentikan agresi militer II tersebut yang mampu merubah penilaian dunia internasional terhadap kekuatan RI. |
||
==Keluarga== |
==Keluarga== |
||
Baris 48: | Baris 48: | ||
==Penugasan Militer== |
==Penugasan Militer== |
||
Keikutsertaan beliau dalam Gerakan Operasi Militer (GOM) III dalam rangka memadamkan pemberontakan KNIL di wilayah Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh Andi Aziz. Berpindah tempat dan berganti jabatan adalah hal yang lumrah dalam karir kemiliteran. Karirnya terus menanjak, hingga pada bulan Juni tahun 1965 ia berpangkat Letnan Kolonel, dan menjadi Kepala Staf Komando Resort Militer (Korem) 072/Pamungkas Kodam VII/Diponegoro di Yogyakarta, yang sekarang menjadi [[Kodam IV/Diponegoro]]. Saat itu Komandan Korem 072/Pamungkas adalah [[Katamso Darmokusumo|Kolonel Inf Katamso Darmokusumo]]. |
Keikutsertaan beliau dalam Gerakan Operasi Militer (GOM) III dalam rangka memadamkan [[Peristiwa Andi Azis|pemberontakan KNIL di wilayah Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh Andi Aziz]]. Berpindah tempat dan berganti jabatan adalah hal yang lumrah dalam karir kemiliteran. Karirnya terus menanjak, hingga pada bulan Juni tahun 1965 ia berpangkat Letnan Kolonel, dan menjadi Kepala Staf Komando Resort Militer (Korem) 072/Pamungkas Kodam VII/Diponegoro di Yogyakarta, yang sekarang menjadi [[Kodam IV/Diponegoro]]. Saat itu Komandan Korem 072/Pamungkas adalah [[Katamso Darmokusumo|Kolonel Inf Katamso Darmokusumo]]. |
||
==Wafat== |
==Wafat== |
Revisi per 18 Agustus 2023 15.23
Sugiyono Mangunwiyoto | |
---|---|
Informasi pribadi | |
Lahir | 12 Agustus 1926 Gedaren, Sumbergiri, Ponjong, Gunung Kidul |
Meninggal | 1 Oktober 1965 (umur 39) Kentungan, Yogyakarta |
Makam | TMP Semaki, Yogyakarta |
Suami/istri | Ny. Supriyati |
Anak | 1. R. Erry Guthomo (l. 1954) 2. R. Agung Pramuji (l. 1956) 3. R. Haryo Guritno (l. 1958) 4. R. Danny Nugroho (l. 1960) 5. R. Budi Winoto (l. 1962) 6. R. Ganis Priyono (l. 1963) 7. Rr. Sugiarti Takarina (l. 1965) |
Penghargaan sipil | Pahlawan Revolusi - KPLB Anumerta |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Masa dinas | 1945 - 1965 |
Pangkat | Kolonel Inf. (Anumerta) |
Satuan | Infanteri |
Pangkat terakhirnya adalah Letnan Kolonel Inf., tetapi karena gugur dalam tugas, maka diberikan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) menjadi Kolonel Inf. (Anumerta). | |
Sunting kotak info • L • B |
Kolonel Inf. (Anumerta) R. Sugiyono Mangunwiyoto (12 Agustus 1926 – 1 Oktober 1965) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang merupakan salah seorang korban peristiwa Gerakan 30 September. Ia merupakan mantan Kepala Staf Korem 072/Pamungkas.
Latar Belakang
Kolonel Inf (Anumerta) R. Sugiyono Mangunwiyoto lahir di Gedaren Sumbergiri, Ponjong, Kabupaten Gunungkidul pada tanggal 12 Agustus 1926 dari pasangan Kasan Sumitrorejo seorang petani sekaligus perangkat desa dan R. Ngt. Sutiyah Semito Rejo dari Semanu, Kabupaten Gunungkidul.[1] Sugiyono anak ke-11 dari 14 bersaudara dan hanya dia yang menganut agama Kristen di keluarganya.[2]
Karier Militer
Sugiyono sebenarnya memiliki cita-cita menjadi seorang guru. Guna mewujudkan cita-citanya itu, ia dengan tekun menempuh pendidikan di Sekolah Guru Pertama di Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Namun, sebelum ia selesai dalam pendidikan di Sekolah Guru, Tentara Jepang menduduki Tanah Air dan memberlakukan wajib militer bagi anak-anak muda. Ia terpaksa mengubur impiannya untuk menjadi seorang guru, dan mengikuti pendidikan sebagai tentara di Pembela Tanah Air (PETA). Selepas menyelesaikan pendidikan di PETA, ia diangkat sebagai Budancho (Komandan Peleton) di Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Selepas masa proklamasi, ia tergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan mengawali karir sebagai komandan seksi. Ia kemudian diangkat menjadi ajudan Komandan Brigade 10 di bawah Letnan Kolonel Suharto pada tahun 1947.
Pada 1 Maret 1949 terjadi serangan umum terhadap Yogyakarta saat peristiwa Agresi Militer II. Ia turut serta dalam keberhasilan pasukan menghentikan agresi militer II tersebut yang mampu merubah penilaian dunia internasional terhadap kekuatan RI.
Keluarga
Kolonel Inf (Anumerta) Sugiyono menikah dengan Supriyati, seorang perawat di RS Bethesda. Pertemuannya dengan istrinya itu terjadi saat Kolonel Inf Sugiyono dirawat di RS Bethesda karena cidera atau sakit saat bertugas di medan perang. Lalu mereka menikah dan memiliki anak enam orang laki-laki:
- R. Erry Guthomo (l. 1954)
- R. Agung Pramuji (l. 1956)
- R. Haryo Guritno (l. 1958)
- R. Danny Nugroho (l. 1960)
- R. Budi Winoto (l. 1962)
- R. Ganis Priyono (l. 1963)
- seorang anak perempuan, Rr. Sugiarti Takarina (l. 1965), yang lahir 20 hari setelah jasad ayahnya ditemukan. Nama Sugiarti Takarina diberikan oleh Presiden Soekarno.
Penugasan Militer
Keikutsertaan beliau dalam Gerakan Operasi Militer (GOM) III dalam rangka memadamkan pemberontakan KNIL di wilayah Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh Andi Aziz. Berpindah tempat dan berganti jabatan adalah hal yang lumrah dalam karir kemiliteran. Karirnya terus menanjak, hingga pada bulan Juni tahun 1965 ia berpangkat Letnan Kolonel, dan menjadi Kepala Staf Komando Resort Militer (Korem) 072/Pamungkas Kodam VII/Diponegoro di Yogyakarta, yang sekarang menjadi Kodam IV/Diponegoro. Saat itu Komandan Korem 072/Pamungkas adalah Kolonel Inf Katamso Darmokusumo.
Wafat
Sugiyono meninggal akibat pembunuhan.[3] Ia meninggal dunia di Kentungan, Yogyakarta pada tanggal 1 Oktober 1965 pada umur 39 tahun. Ia dimakamkan di TMP Semaki, Yogyakarta. [4]
Tanda Jasa
Penghargaan yang diterima Kolonel Sugiyono antara lain:
- Bintang RI II
- Bintang Gerilya
- Bintang Sewindu ABRI
- Satyalancana Kesetiaan XVI Tahun
- Satyalancana Perang Kemerdekaan I
- Satyalancana Perang Kemerdekaan II
- Satyalancana Gerakan Operasi Militer I
- Satyalancana Gerakan Operasi Militer II
- Satyalancana Gerakan Operasi Militer IV
- Satyalancana Sapta Marga
- Satyalancana Satya Dharma
- Pahlawan Revolusi.
Riwayat Jabatan
- Danton (1945)
- Komandan Seksi
- Ajudan Danbrigade 10 Letnan Kolonel Suharto (1947)
- Kastaf Korem 072/Pamungkas (1965)
Galeri
-
Kuburan Soegiono
-
Perangko Sugiyono Mangunwiyoto keluaran tahun 1966
Referensi
- ^ "Kolonel Inf (Anumerta) Sugiyono, Pahlawan Revolusi Putra Gedaren Ponjong, Gunungkidul"
- ^ "EBOOK RS. MANGUNWIYOTO"
- ^ Tim Divisi Design dan Layout (2020). Saida, Elvira Amri, ed. "Ini Pahlawan Revolusi G30SPKI: Peristiwa Penting Sejarah Indonesia" (PDF). Buletin Plasma Gess: 3. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-05-31. Diakses tanggal 2022-05-20.
- ^ Adryamarthanino, Verelladevanka (2021-06-15). "Sugiyono Mangunwiyoto: Masa Muda, Kiprah, dan Kematiannya Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-01-17.
- Kelahiran 1926
- Kematian 1965
- Meninggal usia 39
- Pahlawan nasional Indonesia
- Pejuang kemerdekaan Indonesia
- Tokoh militer Indonesia
- Tokoh TNI
- Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat
- Tokoh yang dibunuh di Indonesia
- Tokoh Jawa
- Tokoh Yogyakarta
- Tokoh dari Gunungkidul
- Tokoh Angkatan 45
- Tokoh Kristen Indonesia
- Penerima Bintang Republik Indonesia Adipradana
- Penerima Bintang Gerilya
- Tokoh yang berpindah agama dari Islam ke Protestan