Lompat ke isi

Fajar senja

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 Februari 2019 16.10 oleh AABot (bicara | kontrib) (Bot: Penggantian teks otomatis (-Perancis +Prancis))
Aram di Anchorage
Siluet manusia dan objek sekitar ketika aram
Aram pagi di Samocice, Polandia

Aram atau syafak adalah masa waktu ketika masih ada cahaya alami yang dipancarkan di langit yang langsung menerima sinar Matahari dan memantulkannya sebagian ke permukaan Bumi pada waktu senja dan fajar sedangkan matahari sudah/masih berada di bawah pandangan cakrawala.

Sinar Matahari yang tersebar di atmosfer atas menyinari atmosfer bawah, dan permukaan Bumi pun tidak terang dan tidak gelap. Matahari sendiri tidak terlihat karena berada di bawah cakrawala. Karena kualitas cahaya ambien yang tidak biasa pada periode ini, aram sangat dikenal oleh fotografer dan pelukis yang menjulukinya sebagai "jam biru", sesuai istilah Prancis l'heure bleue. Aram secara teknis diartikan sebagai periode sebelum Matahari terbit dan setelah Matahari terbenam ketika muncul cahaya alami dari atmosfer atas yang menerima langsung sinar Matahari dan menyebarkan sebagian sinarnya ke permukaan Bumi..[1]

Kata sifat sampingan untuk aram adalah krepuskular; fenomena ini sering dijumpai jika mengacu pada beberapa jenis serangga dan mamalia yang paling aktif pada periode itu.

Subkategori metode

Terdapat tiga subkategori metode dan berterima secara umum dalam menetukan aram (twilight), yakni:

  • aram sipil (civil twilight)
posisi matahari di bawah ufuk sampai dengan ketinggian -6°
  • aram nautikal (nautical twilight)
posisi matahari di bawah ufuk dengan ketinggian -6°sampai dengan -12°
  • aram astromomikal (astronomical twilight)
posisi matahari di bawah ufuk dengan ketinggian -12° sampai dengan -18°

Lihat pula

Catatan kaki

Bahan bacaan

  • Mateshvili, Nina (2005). "Twilight sky brightness measurements as a useful tool for stratospheric aerosol investigations". Journal of Geophysical Research. 110 (D09209): D09209. Bibcode:2005JGRD..11009209M. doi:10.1029/2004JD005512. 

Pranala luar