Salim bin Djindan
Artikel ini memiliki beberapa masalah. Tolong bantu memperbaikinya atau diskusikan masalah-masalah ini di halaman pembicaraannya. (Pelajari bagaimana dan kapan saat yang tepat untuk menghapus templat pesan ini)
|
Al Habib Salim bin Djindan | |
---|---|
Lahir | [1] Kota Surabaya, Karesidenan Surabaya, Hindia Belanda | 7 September 1906
Meninggal | 1 Juni 1969 Jakarta | (umur 62)
Pekerjaan | |
Orang tua | Ahmad bin Al husain (ayah) |
Al Habib Salim bin Djindan (7 September 1906 – 1 Juni 1969) adalah seorang ulama yang dilahirkan di Surabaya pada 18 Rajab 1324.[1] Nama lengkapnya adalah Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Abdullah bin Djindan bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Syaikhan bin Asy Syaikh Abu Bakar bin Salim. Salim bin Djindan wafat di Jakarta pada 16 Rabiul Awal 1389.[1]
Kehidupan Awal
[sunting | sunting sumber]Al Habib Salim menulis dalam salah satu buku beliau: Saya dilahirkan di kota Surabaya pada hari Jum'at pagi tatkala terbit fajar shadiq tepat pada pukul 05.06 WIB, tanggal 18 Rajab 1324 Hijriyah bertepatan pada 7 September 1906 Masehi. Di Kota Surabaya ibu kota Jawa Timur di kampung Sawahan Gang Sasak di rumah kakek saya dari ibu Al Habib Ali bin Mushthafa bin Asy Syeikh Abi Bakar bin Salim di kamar sebelah utara di pojok rumah kami yang bertetangga dengan Rubath (pesantren) Al ‘Allamah KH. Ahmad bin Hamid bin Al Hasan Al Marzuqi. Pada hari ketujuh, ayahku membuat syukuran Aqiqah dan Tasmiyah. Ibuku mengandungku selama lebih dari 11 bulan. Saat bayi, keluargaku menjulukiku dengan sebutan tek-tek karena saat di kandungan ibuku terdengar suara seperti peletekan jari. Saya diberi nama Salim jauh dari sebelum ibu saya mengandung oleh seorang wali besar bernama Al Habib Salim bin Abdullah Al Haddar dan beliau memberikan kabar gembira kepada keluargaku bahwa Salim yang akan lahir nanti akan selamat hatinya, hidupnya dan akhiratnya serta akan menjadi seorang yang agung. lihat kitab Safinah Ibn Jindan.[2]
Nasab Dari Ayah
[sunting | sunting sumber]Al Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Abdullah bin Jindan bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Syaikhan bin Asy Syaikh Abu Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurahman bin Abdullah bin Asy Syeikh Abdurahman As Seggaf bin muhammad Maula Ad Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin Alwi Al Ghuyyur bin Al Faqih Al Muqoddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Murbath bin Ali Khala' Qosam bin Alwi bin Muhammad Shahib Shawma'ah bin Alwi bin Ubaidillah bin Al Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al 'Uraidhi bin Ja'far Ash Shadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abi Thalib, Al Husain Putra As Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam.
Nasab Dari Ibu
[sunting | sunting sumber]Al Habib Salim bin Asy Syarifah Muznah binti Ali bin mushthafa bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Salim bin Ahmad bin Al Husain bin Asy Syaikh Abu Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurahman bin Abdullah bin Asy Syeikh Abdurahman As Seggaf bin muhammad Maula Ad Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin Alwi Al Ghuyyur bin Al Faqih Al Muqoddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Murbath bin Ali Khala' Qosam bin Alwi bin Muhammad Shahib Shawma'ah bin Alwi bin Ubaidillah bin Al Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al 'Uraidhi bin Ja'far Ash Shadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abi Thalib, Al Husain Putra As Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam.
Pendidikan Beliau
[sunting | sunting sumber]Pendidikan pertama beliau adalah rumah beliau. Beliau tinggal di dalam rumah yang terdiri dari orang-orang yang bertaqwa kepada Allah. Ayah beliau adalah Al Habib Ahmad bin Husain bin Jindan yang merupakan seorang ulama yang sangat shaleh. Dari sejak kecil Al Habib Ahmad telah menimba ilmu dari para ulama besar diantaranya adalah ayah beliau Al Habib Husain bin Saleh bin bin Abdullah bin Jindan dan paman beliau Al Habib Salim bin Saleh bin Abdullah bin Jindan. Beliau juga menimba ilmu dari seorang ulama besar, Al Habib Abdullah bin Umar As Seggaf di Minahasa. Al Habib Abdullah bin Umar As Seggaf ini adalah seorang ulama besar di Palembang dan penyebar Islam di Sumatra serta seorang pejuang melawan penjajahan Belanda. Beliau ditangkap oleh Belanda dan untuk mempersempit gerak dakwahnya, Belanda mengasingkan beliau ke Minahasa di suatu kampung yang tidak ada seorang muslim pun. Namun tidak berlalu satu tahun melainkan tidak ada di kampung itu seorang selain muslim.
Al Habib Ahmad juga selalu surat menyurat dengan kakeknya di Hadramaut yang bernama Al Habib Saleh bin Abdullah bin Jindan yang usianya saat wafat sekitar 145 tahun. Al Habib Saleh berguru kepada banyak ulama besar sehingga beliau memiliki hubungan sanad dengan Al Imam Muhammad Murtadha Az Zabidi pengarang kitab Ithaf As Saadah Al Muttaqin Syarah Ihya Ulumuddin. Dalam surat menyurat Al Habib Saleh memberikan ijazahnya kepada anak cucunya yang ada di Indonesia. Beliau wafat di Hadramaut Sedangkan usia Al Habib Salim sekitar 3 tahun.[3]
Al Habib Salim tumbuh di satu rumah besar bersama kakeknya, ayah dari ibunya yaitu Al Habib Ali bin Mushthafa bin Asy Syeikh Abi Bakar bin Salim. Beliau adalah murid Al Imam Ahmad bin Zaini Dahlan. Beliau juga berguru kepada Al Habib Idrus bin Umar Al Habsyi hingga membaca di hadapannya lebih dari 200 kitab. Beliau juga belajar kepada Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi, Al Habib Ahmad bin Hasan Al Attas dan para ulama lainnya.
Di rumah besar tersebut hidup wanita-wanita hebat yang shalehah. Ibu Al Habib Salim Asy Syarifah Muznah binti Ali bin Mushthafa ibn Asy Syeikh Abi Bakar, yang merupakan seorang wanita shalehah ahli ibadah. Kakak perempuan Al Habib Salim, Asy Syarifah Khadijah binti Ahmad bin Jindan seorang wanita shalehah dan berilmu luas. Beliau adalah isteri seorang ulama dan wali besar Al Habib Ahmad bin Ghalib Al Hamid. Asy Syarifah Khadijah wafat dalam usia sangat muda, yaitu kurang dari 30 tahun. Di rumah semacam inilah Al Habib Salim hidup dan tumbuh hingga beliau melanjutkan belajarnya di Madrasah Al Khairiyah yang dipimpin oleh Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih.
Hafalan dan Kecerdasan Yang Luar Biasa
[sunting | sunting sumber]Tentang kecerdasan dan hafalannya, sungguh hal tidak asing bagi siapapun. Semua mengakui hafalannya yang kuat dan kecerdasannya yang sangat luar biasa. Tentang hafalannya, banyak yang telah menyaksikan dari Al Habib Salim jika beliau membawakan suatu hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam, beliau membawakannya dengan sanadnya dari awal hingga akhir. Setiap kali ada seseorang yang datang ke rumahnya untuk bertanya, beliau mengatakan kepadanya, "Pergilah kamu ke lemari yang ada di sudut sana, kemudian kamu lihat rak nomor sekian, lalu kamu hitung sekian kitab dari kanan atau kiri maka kamu akan mendapati kitab ini, ambillah dan bukalah halaman sekian dan di baris sekian kamu akan dapati jawaban pertanyaanmu".
Guru Guru Beliau
[sunting | sunting sumber]Al Habib Salim Jindan menimba ilmu dari banyak ulama, baik secara langsung maupun dengan surat menyurat. Guru-guru beliau sangat banyak hingga mencapai lebih dari 400 guru yang tersebar di berbagai penjuru dunia.[4] Mereka semua tercatat dalam kitab-kitab Al Habib Salim Jindan lengkap dengan biografi mereka secara terperinci. Di antara mereka adalah:
1. Al Habib Ahmad bin Husain bin Jindan, ayah kandung beliau 2. Al Habib Ali bin Mushthafa ibn Asy Syeikh Abi Bakar, ayah dari ibu beliau 3. Al Habib Muhammad bin Ahmad Al Mihdhar 4. Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bil Faqih 5. KH.Ahmad bin Hamid Al Marzuqi Sawahan 6. KH.Khalil bin Abdul Lathief, Bangkalan 7. Al Habib Muhammad bin Abdurahman Al Baar, Ternate 8. KH.Muhammad Arsyad At Thawiil, Manado 9. Al Habib Abu Bakar bin Muhammad As Seggaf, Gresik 10. Al Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi, Surabaya 11. Al Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas, Bogor 12. Al Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al Attas, Pekalongan 13. Al Habib Abdullah bin Abdurahman Al Attas, Jombang 14. Al Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir Al Haddad, Bogor 15. KH.Abdullah Azhari, Palembang 16. Al Habib Alwi bin Thahir Al Haddad, Johor 17. Asy Syeikh Umar bin Hamdan Al Mahrasi Al Jazairi, Makkah 18. As Sayyid Abdul Hayy bin Abdul Kabir Al Kattani, Maroko 19. As Sayyid Ali bin Falih bin Muhammad Adz Dzahiri, Makkah 20. Asy Syeikh Abdus Sattar bin Abdul Wahhab Ash Shiddiqi, Makkah 21. As Sayyid Abbas bin Abdul Aziz Al Maliki, Makkah 22. Asy Syeikh Muhammad bin Muhammad Zubaarah Al Yamani, Yaman 23. Asy Syeikh Abdul Waasi' bin Yahya Al Waasi'i, Yaman 24. Asy Syaikhah Amatullah binti Abdul Ghani Al Umariyah, Madinah 25. Asy Syarifah Husainah binti Al Habib Syeikh bin Ahmad Bafaqih, Surabaya 26. As Sayyid Abdullah bin Shadaqoh Dahlan
Selain nama-nama di atas, masih banyak lagi guru-guru Al Habib Salim Jindan. Tentang mereka Al Habib Salim pernah mengatakan, "Aku telah berjumpa dengan mereka semua, aku telah hadir di majelis-majelis mereka dan sungguh majelis-majelis mereka menyerupai majelisnya para sahabat Rasulillah shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam, kekhusyu'an, ketentraman dan kebahagiaan serta kewibawaan dan keagungagn dirasakan di dalam hati. Sungguh siapapun yang memandang wajah mereka akan langsung mengigat Allah". Beliau juga pernah mengatakan tentang Al Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir Al Haddad dan Al Habib Abu Bakar bin Muhammad As Seggaf Gresik, "Sungguh cukup keduanya sebagai panutan yang terbaik untuk kami dan anak-anak kami". Bahkan beliau pernah menuliskan dalam kitabnya suatu bait syair yang berbunyi:
تمنيت القيامة ليس إلا لألقى من أحب من الحفاظ
سمعت المرء مع من أحب من أهل التقى و اللحاظ
"Saya merindukan kedatangan hari kiamat tiada lain karena saya ingin berjumpa dengan para ulama dan ahli hadits yang saya cintai. Karena saya mendengar dalam hadits Sang Nabi "Seseorang akan bersama yang dia cintai" dari manusia-manusia bertakwa dan peduli".
Murid-Murid Al Habib Salim
[sunting | sunting sumber]Kami mendengar dari guru-guru kami bahwa ketiga ulama besar ini adalah guru besar bangsa Indonesia. Ketiganya adalah Al Habib Ali bin Abdurahman Al Habsyi, Al Habib Ali bin Husain Al Attas dan Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan. Tidak ada saat ini seorang alim ulama di JABODETABEK secara khusus dan di Indonesia secara umum melainkan ketiga ulama besar ini adalah mata air utamanya.
Di antara mereka adalah: 1. Al 'Allamah Al Habib Abdurahman bin Ahmad As Seggaf
2. Al 'Allamah Al Faqiih KH.Muhammad Syafi'i Hadzami
3. Al 'Allamah KH.Abdullah Syafi'i
4. Al 'Allamah KH.Tohir Rahili
5. Muhaddits Al Haramain As Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki
6. Al Musnid Al 'Allamah As Sayyid Umar bin Hamid Al Jailani
7. Al 'Allamah Al Habib Ali bin Abdurahman As Seggaf
8. Al 'Allamah KH.Muhammad Syukur Ya'qub
9. Al 'Allamah KH.Muhammad Tayyib Izzi
10. Al Habib Abdurahman bin Abdullah Ba Qodir Al Attas
11. Al Habib Novel bin Al Habib Salim bin Jindan
12. Al Ustadzah Asy Syarifah Fatimah binti Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan
13. Al Ustadzah Asy Syarifah Fatimah binti Abdullah Ba Qodir Al Attas
14. dan masih banyak lagi.
Tidak sedikit ulama-ulama besar dunia yang ingin masuk dalam ikatan sanad Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan hingga mereka meminta kepada beliau agar dituliskan Ijazah khusus oleh Al Habib Salim untuk masing-masing mereka. Di antara mereka adalah:
1. Al 'Allamah Al Muhaddits Al Habib Salim bin Hafidz
2. Al 'Allamah Al Faqih Al Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz
3. Al 'Allamah Asy Syeikh Hasan bin Muhammad Al Massyath
4. Al 'Allamah As Sayyid Muhammad bin Hasan bin Muhammad Fad'aq
5. Al 'Allamah Mufti Zanjubar Al Habib Umar bin Ahmad bin Sumaith
6. Al 'Allamah Asy Syeikh Muhammad bin Salim Al Baihani
7. Al 'Allamah As Sayyid Alwi bin Abbas Al Maliki
8. dan masih banyak lagi.
Karya Tulis Al Habib Salim Jindan
[sunting | sunting sumber]Al Habib Salim banyak menulis kitab membahas tentang berbagai disiplin ilmu.[5] Diantaranya tentang sejarah, baik itu sejarah Islam di Nusantara maupun sejarah secara umum. Diantaranya ilmu nasab sehingga beliau menulis banyak kitab tentang nasab-nasab qobilah-qobilah arab. Bahkan saya mendapati beberapa lembaran kertas catatan beliau tentang nasab suku-suku nusantara. Diantaranya biografi ulama-ulama dan tokoh-tokoh dunia Islam. Beliau menulis tentang biografi para gurunya hingga berpuluh jilid. Adapun tulisan beliau tentang sanad dan riwayat serta ijazah sungguh sangat banyak sekali. Demikian juga beliau menulis tentang beberapa permasalahan aktual pada masanya. Diantaranya tentang hukum memakai pakaian yang menjadi ciri barat saat itu, tentang qunut dalam shalat, dan masih banyak lagi tulisan beliau.
Saya menemukan daftar isi suatu kitab yang beliau tulis yang berjudul Mu'jam Al Awadim Fi Al Ansaab wa At Taraajim, dari daftar isinya saya mengambil kesimpulan bahwa beliau dalam kitab itu menulis tentang sejarah dan nasab umat manusia dari Nabi Adam sampai waktu beliau. Tertulis dalam daftar isi kitab tersebut pembahasan demi pembahasan hingga mencapai 1200 halaman. Kemudian di akhir daftar isi tersebut, beliau menyatakan ini adalah jilid pertama dari 16 jilid. Masya Allah, jilid pertama terdiri dari 1200 halaman dan kitab keseluruhan terdiri dari 16 jilid, dan kesemua itu adalah tulisan tangan beliau. Namun sayangnya kitab tersebut hilang dan tidak diketahui keberadaannya. Itu adalah salah satu dari sekian banyak karya tulis beliau. Saat ini yang terdata bahwa karya beliau mencapai lebih dari 100 judul antara karya yang ringkas hingga yang berjilid-jilid. Hal yang luar biasa di atas itu semua, bahwa sebagian besar karya beliau ditulis oleh beliau dari hafalan beliau.
Pujian dan Pengakuan Ulama Besar
[sunting | sunting sumber]Banyak ulama-ulama dunia yang memuji dan mengakui betapa agungnya Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan. Diantaranya adalah:[6]
1- Guru beliau Muhaddits Al Hijaaz Al 'Allamah Asy Syeikh Umar bin Hamdan Al Mahrasi Al Jazairi. Dalam naskah ijazah beliau kepada Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan beliau menulis, "Sesungguhnya aku telah memberikan ijazahku untuk As Sayyid yang sempurna Salim bin Ahmad bin Jindan”.
2- Guru beliau juga Al 'Allamah Mufti Johor Al Habib Alwi bin Thohir Al Haddad. Dalam naskah ijazah beliau kepada Al Habib Salim beliau menulis, "Sesungguhnya telah meminta kepadaku Ijazah As Sayyid yang terhormat, yang kokoh berprinsip, yang ditalqinkan baginya ilmu, yang diberikan kepadanya ilham, seorang yang memiliki hafalan yang sangat kuat, yang selalu meneliti ilmu, yang kritis, yang setiap hari selalu datang dengan membawa pembahasan ilmiyah yang unik As Sayyid Salim bin Ahmad bin Jindan”.
Di dalam kitab-kitab yang ditulis oleh Al Habib Alwi bin Thohir Al Haddad sering kali Al Habib Alwi mengutip dan bertumpu kepada apa yang dinyatakan oleh Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan.
3- Asy Syeikh Hasan Al Massyaath ulama besar Makkah pernah mengatakan dalam kitabnya yang berjudul Ats Tsabat Al Kabiir sebagai berikut, "Di antara guruku adalah As Sayyid Salim bin Ahmad bin Jindan Al Hadrami Al Alawi yang tinggal di kota Jakarta di tanah Jawa. Aku selalu berjumpa dan berkumpul dengannya di Masjidil Haram dan di rumahku. Beliau sering kali memberikan Ijazah kepadaku, beliau berada di tempat yang sangat agung dalam ilmu dan ketaqwaan serta dalam berdakwah di jalan Allah. Beliau memiliki sanad-sanad yang bersambung dengan guru-guru dan leluhurnya, bahkan di antara sanad tersebut terdapat yang sangat dekat sekali dan tinggi sekali”.
4- Seorang ulama besar di kota Makkah yang bernama Al 'Allamah Asy Syeikh Abdullah bin Sa'id Al Lahji pernah mengatakan dalam buku beliau yang berjudul Al Miqooh Ila Ar Riwayah wa Ar Ruwaah sebagai berikut, "Di antara guruku adalah Al 'Allamah, yang menguasai berbagai macam disiplin ilmu, yang merupakan keajaiban zaman ini, Al Muhaddits As Sayyid Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Jindan”.
5- Al Habib Jindan bin Novel bin Jindan pernah menyampaikan kepada saya bahwa Al Habib Ali bin Abdur Rahman Al Jufri mendengar langsung dari Al Qutb Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad As Seggaf bahwa beliau mengatakan, "Tiga tokoh Alawiyyin yang merupakan keajaiban dalam hafalan dan kecerdasan, Al Habib Abdur Rahman bin Ubaidillah As Seggaf, Al Habib Alwi bin Thahir Al Haddad dan Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan”.
6- Saya mendengar dari Al 'Allamah KH.Muhammad Syukur Ya'qub bahwa beliau mendengar Al 'Allamah Al Habib Zain bin Abdullah Al Idrus Ash Shalabiyah berkata, "Kami para habaib dalam perihal hadits dan periwayatan menghadap dan berkiblat kepada Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan”.
Serta masih banyak lagi lainnya. Nama Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan sangat harum dari ujung timur Indonesia sampai ke ujung baratnya, dari selatan pulau Jawa hingga paling utara Asia Tenggara, di Timur tengah hingga ke Timur Jauh. Setiap orang yang berjumpa langsung dengan beliau, mengenal dekat dan bergaul dengannya pasti menyatakan kekagumannya kepada beliau.
Perjalanan Beliau ke Berbagai Pelosok
[sunting | sunting sumber]Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan dari sejak usia sangat muda gemar melakukan perjalanan ke berbagai pelosok untuk tujuan menuntut ilmu, berbagi ilmu, dakwah di jalan Allah, menjalin hubungan dengan para ulama dan kaum shalihin, memberikan perhatian besar kepada umat, meneliti sejarah dan mengumpulkan data-data sejarah, mendengar hadits-hadits Nabi dan mengumpulkan sanad dan periwayatan. Terkadang perjalanan tersebut memakan waktu berbulan-bulan. Beliau sering kali menjelajahi Indonesia bagian timur. Sulawesi beliau jelajahi hingga ke ujung hutannya. Ternate, Manado, Minahasa, Gorontalo, Makasar, Palu, Tondano, dan lain-lainnya. Kepulauan Maluku hingga ke ujung laut dan pulaunya. Bahkan hingga masuk sampai ke Filipina. Bali, kepulauan Nusa tenggara beliau jelajahi. Kalimantan hingga ke pelosoknya. Pulau Sumatra sangat mencintainya. Kota palembang dari ujung ke ujung mencintai beliau dan tidak ingin melepaskan beliau. Kenangan manis yang hingga saat ini masih selalu diceritakan di tanah Palembang. Ketika saya bersama kakak saya Al Habib Jindan berdakwah di Melaka Malaysia, para ulama tua di Melaka bercerita kepada kami bahwa Al Habib Salim bin Jindan dahulu berdakwah di Melaka dan sempat tinggal lebih kurang satu tahun di Melaka.
Masjid Sultan Singapura telah menjadi saksi bisu bagaimana dahulu Al Habib Salim berceramah dan berdakwah di Singapura. Madrasah Al Junaid Singapura pun berbangga ketika Al Habib Salim membuka dan menjadi tamu kehormatannya dalam acara pembukaan dan peresmiannya. Johor pun menjadi saksi ketika beliau menyalin naskah Kitab Al Khulashah Asy Syafiyah karya Al Habib Alwi bin Thahir Al Haddad tatkala beliau menimba ilmu darinya. Dalam perjalanan haji beliau masuk ke Srilangka dan Kolombo hingga berjumpa dengan para ulamanya. Berbulan beliau di tanah suci untuk menimba ilmu dari para Ahli Hadits dan ulama-ulama besarnya dan kemudian beliau tunaikan kewajiban Haji kepada Allah.
Tatkala beliau banyak menulis kitab tentang sejarah Hadramaut dan nasab kabilah-kabilah Arab Hadramaut, tidak cukup baginya data sejarah dan nasab yang beliau dapatkan di Indonesia, namun beliau pergi dan berangkat ke Hadramaut untuk menykasikan langsung dengan mata kepalanya segala data sejarah dan nasab-nasab kabilah Arab Hadramaut. Seluruh pelosok Hadramaut beliau kunjungi. Dan setiap pelosok menyambut beliau dengan sambutan yang meriah yang hingga saat ini masih disebut-sebut oleh para orang tua pelaku sejarah. Ketika pertama kali beliau masuk ke kota Tarim, Al Habib Alwi bin Abdullah bin Syahab menyambut beliau di gerbang masuk kota Tarim atas isyarat dan perintah para leluhurnya. Arak-arakan Khuddam Seggaf mengantar beliau dan rombongan para penyambut hingga masuk ke pekuburan Zanbal. Di hadapan pusara Al Faqih Al Muqoddam di depan halayak ramai beliau berceramah dan mengatakan kepada penduduk kota Tarim, "Wahai penduduk kota tarim, kalian bukanlah manusia, namun kalian lebih menyerupai para malaikat Allah yang senantiasa beribadah dan menyembah kepada Allah".
Saat bersama para ulama dan habaib dari keluarga Asy Syeikh Abu Bakar bin Salim berziarah ke Makam Nabi Hud AS. Makam Nabi Hud berada di puncak gunung dan para peziarah harus berjalan menaiki anak tangga hingga sampai di makam. Saat itu Al Habib Salim bercanda dan mengatakan kepada rombongan ulama dan habaib yang sebagian besar mereka adalah orang tua, "Mari kita balapan lari hingga sampai di puncak". Mereka semua tertawa. Kisah ini saya dengar langsung dari Al Habib Abu Bakar bin Syeikh bin Ahmad bin Asy Syeikh Abi Bakar bin Salim. Al Habib Abu Bakar bin Syeikh juga pernah bercerita kepada saya saat beliau mendampingi Al Habib Salim berziarah ke makam-makam para awliya di Hadramaut, bahwa setiap berziarah ke makam, Al Habib Salim bertanya kepada kami, "Makam siapa ini?" Maka kami menjawab "ini adalah makam Al Habib Abdullah bin Husain bin Thahir". Mendengar itu, Al Habib Salim langsung membawakan suatu hadits yang beliau dengar dari gurunya, gurunya mendengar dari gurunya dan terus mata rantai sanad di sampaikan oleh Al Habib Salim hingga bersambung kepada Al Habib Abdullah bin Husain bin Thahir dan kemudian berlanjut guru demi guru hingga sampai kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. Seterusnya begitu setiap kali berziarah ke makam siapapun dari para awliya.
Saat di kota Inat beliau di sambut dengan sambutan meriah. Bersama rombongan beliau berziarah ke makam Asy Syeikh Abu Bakar dan setelah itu mereka berbondong-bondong berjalan dengan arak-arakan ke rumah Asy Syeikh Abu Bakar bin Salim dan di adakan majelis Rauhah hingga menjelang maghrib. Kemudian mereka bersama-sama ke Masjid Asy Syeikh Abu Bakar bin Salim dan selepas maghrib diadakan majelis besar. Saat itu Al Habib Salim berdiri berbicara tentang keutamaan Ilbaas Al Khirqoh dan ceramahnya beliau membawakan 40 hadits dengan sanadnya tentang Ilbaas Al Khirqoh. Usai ceramah, beliau memberikan ijazah kepada semua yang hadir dengan memakaikan satu persatu kepada mereka semua Alfiyah beliau dengan sanad mata rantai yang bersambung sampai kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Surat Menyurat Kepada Ulama Dunia
[sunting | sunting sumber]Dari sejak usia sangat muda Al Habib Salim gemar mengirim surat kepada para ulama di berbagai penjuru dunia. Hal ini sebenarnya beliau wariskan dari sang ayah Al Habib Ahmad bin Husain bin Jindan dan sang Kakek Al Habib Ali bin Mushthafa bin Asy Syeikh Abi Bakar. Beliau tidak mendengar tentang seorang alim dipenjuru dunia yang dapat beliau surati melainkan beliau mengirim surat kepadanya untuk memohon doa, bimbingan, ijazah sanad mata rantai dan ilmu serta keberkahan. Beliau tidak memandang kepada usia ulama yang beliau surati maupun kepada suku bangsa dan bahkan tidak memandang kepada madzhab yang dianutnya maupun alirannya.
Ulama-ulama Maroko beliau surati seperti Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Abdul Hayy Al Kattani. Demikian ulama-ulama Syam seperti Muhaddits Al Akbar As Sayyid Badrud Diin Al Hasani. Sebagaimana ulama-ulama besar India beliau surati. Banyak dari tokoh-tokoh yang mengirim surat kepada beliau untuk meminta ijazah sanad mata rantai, menjawab pertanyaan dan menulis suatu kitab tentang nasab keluarga dan suku tertentu.
Kehidupannya Bermasyarakat
[sunting | sunting sumber]Al Habib Salim adalah orang yang sangat bermasyarakat. Beliau bergaul dengan semua kalangan masyarakat tanpa pandang bulu, ras, suku dan agama. Semua beliau perlakukan dengan pantas dan layak serta akhlak dan budi pekerti yang luhur. Tua dan muda, pejabat dan rakyat, Cina, Belanda dan Indonesia, muslim dan non muslim. Sering kali beliau duduk bersama tukang becak dan jika beliau sudah duduk bersama mereka, terkadang beliau hanya memakai celana panjang dan kaos merah sambil duduk di becak dan dipijat oleh beberapa mereka sedang yang lain berkumpul mendengarkan obrolan-obrolan santai beliau yang berisi dengan nasehat, kisah yang penuh pelajaran dan ucapan-ucapan beliau yang penuh kasih sayang kepada sekalian hamba Allah.
Mantan gubenur DKI Jakarta Ali Sadikin mengatakan kepada sepupu saya As Sayyid Salim bin Muhammad Solahuddin bin Jindan, "Saya heran dan kagum dengan Al Habib Salim bin Jindan, di atas mimbar dia menghabisi saya dengan ceramahnya yang sangat tegas, namun setelah turun dari mimbar di waktu jamuan makan dia memanggil saya untuk mengajak saya makan bersama, dan menyuguhkan saya makanan dan hidangan seakan tidak ada apapun di antara saya dengannya".
Guru kami Al Habib Abdurahman bin Syeikh Al Attas bercerita kepada saya, "Suatu malam Al Habib Salim memanggil saya dan mengajak saya menemaninya jalan. Maka saya memenuhi ajakan beliau. Saya mengenakan pakaian biasa saya, kemeja dan celana panjang sedangkan Al Habib Salim dengan Imamah, jubbah dan sorbannya. Kami berjalan di kegelapan malam ke pinggiran kota Jakarta. Ternyata Al Habib Salim mengajak saya ke tempat berkumpulnya orang-orang malam yang bermaksiat, ke tempat berkumpulnya para wanita penghibur. Ketika mereka melihat Al Habib Salim datang mereka ketakutan, namun Al Habib Salim memanggil mereka semua, memberikan kepada mereka nasehat yang penuh dengan kasih sayang. Kemudian beliau membagi-bagikan untuk mereka uang sambil mengatakan, "Ambil uang ini, kamu pulang beli mesin jahit dan bekerjalah yang halal serta jauhi kehidupan maksiat ini". Beliau melakukan hal ini setiap dua minggu sekali atau lebih atau kurang.
Al Habib Salim sangat menyukai para pemuda. Ketika beliau duduk bersama para ulama dan orang-orang besar, beliau bagaikan singa di tengah-tenga mereka. Namun ketika usai duduk di majelis bersama mereka, beliau langsung duduk bersama para pemuda, melepas imamah beliau dan bercanda gurau dengan mereka, berbicara dengan mereka hal-hal yang disukai oleh para pemuda. Semua masyarakat dari berbagai kalangan memiliki kenangan manis dengannya. Setiap kali saya masuk ke rumah seseorang yang memiliki hubungan dengan ilmu dan ketakwaan di JABODETABEK melainkan orang-orang tuanya mengatakan kepada saya bahwa Al Habib Salim pernah masuk ke rumah mereka, terkadang tidur dirumahnya, makan dirumahnya, bagaikan salah satu dari anggota keluarga. Mereka semua memiliki kenangan manis yang indah bersamanya. Hingga saat ini, saya tidak masuk ke rumah seorang yang memiliki hubungan dengan ulama dan salihin di kota manapun di Indonesia melainkan saya melihat foto Al Habib Salim menjadi pajangan di sudut rumah tersebut.
Wafat Beliau
[sunting | sunting sumber]Beliau wafat pada malam senin 16 Rabiul Awwal 1389 Hijriyah bertepatan dengan 1 Juni 1969 Masehi. Guru kami Alm. Al Habib Abdul Qodir bin Muhammad Al Haddad mengatakan bahwa beliau wafat pada musim perayaan maulid Nabi sehingga sungguh perayaan-perayaan maulid nabi menjadi perayaan yang penuh air mata saat itu karena kehilangan Al Habib Salim yang merupakan Khatibul Ummah. Para penceramah saat itu hanya menangis di mimbar-mimbar maulid atas kehilangan Al Habib Salim. Saat-saat itu lebih dikenal dengan tahun kesedihan bagi kota Jakarta dan Indonesia. Sepanjang jalan raya dari Kampung Melayu hingga Condet dipenuhi oleh lebih dari setengah juta umat Islam yang berdesakan mengantar jenazah beliau. Sampai terlalu penuhnya para pelayat hingga seakan kurung batang jenazah berjalan mengalir di atas kepala para pelayat.
Mudah-mudahan Allah memberikan manfaat besar dalam tulisan singkat ini. Dan Allah kumpulkan kita semua di surga bersama beliau dan para kekasih-kekasih Allah.
و صلى الله على سيدنا محمد و على آله و صحبه و سلم سبحان ربك رب العزة عما يصفون و سلام على المرسلين و الحمد لله رب العالمين.
Hamba yang lemah, Asy Syariif Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan Al Alawi Al Husaini Al Fachriyah, Senin 24 Rajab 1437 H/ 2 Mei 2016
Kontroversi
[sunting | sunting sumber]Habib Salim bin Jindan pernah memprovokasi umat Islam agar tidak membaca majalah Pembela Islam, Al-Lisaan, bahkan apa saja yang diterbitkan ulama Persatuan Islam. Propagandanya tidak sampai di situ. Bahkan, majalah-majalah keluaran tokoh Persis ini disuruh bakar. Intinya dilakukan berbagai cara untuk menghambat pemikiran A. Hassan dan kawan-kawan karena Habib Salim bin Jindan anti dengan pemikiran mereka.[7]
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c Rabithah Alawiyah 2012.
- ^ "Al Halaqoh Al Ilmiyah Pertama untuk Mengkaji Sosok Al Habib Salim bin Jindan". Yayasan Al-Fachriyah (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-01-27.
- ^ "Profil dan Biografi Habib Salim bin Jindan : Pejuang dan Ulama yang Haus Ilmu". SINDOnews Kalam. Diakses tanggal 2024-01-27.
- ^ "Al-Habib Salim bin Jindan; Ulama, Nasionalis, dan Pejuang Kemerdekaan". NU Online. Diakses tanggal 2024-01-27.
- ^ Centre, Jakarta Islamic (2023-06-05). "Habib Salim Bin Jindan, Ulama Dengan Puluhan Kitab". Jakarta Islamic Centre (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-01-27.
- ^ ID, Republika. "Kisah Habib Salim bin Djindan Robek Autobiografinya Sendiri | Republika ID". republika.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-01-27.
- ^ Setiawan, Mahmud Budi (15 Juli 2024). "Tuan A. Hassan, Al-Lisaan, dan Konflik dengan Habib Salim bin Jindan". www.facebook.com. Diakses tanggal 2024-08-01.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Website
- (Indonesia) Rabithah Alawiyah (12 November 2012). "Habib Salim bin Djindan, guru para Habaib". rabithah-alawiyah.org. Diakses tanggal 8 Februari 2014.
- (Indonesia) Republika Online (29 Juni 2012). "Hujjatul Islam: Habib Salim Bin Djindan, Guru para Habaib (1)". republika.co.id. Diakses tanggal 8 Februari 2014.
- (Indonesia) Republika Online (29 Juni 2012). "Hujjatul Islam: Habib Salim Bin Djindan, Guru para Habaib (2)". republika.co.id. Diakses tanggal 8 Februari 2014.
- (Indonesia) Republika Online (30 Juni 2012). "Hujjatul Islam: Habib Salim Bin Djindan, Guru para Habaib (3)". republika.co.id. Diakses tanggal 8 Februari 2014.
- (Indonesia) Republika Online (30 Juni 2012). "Hujjatul Islam: Habib Salim Bin Djindan, Guru para Habaib (4)". republika.co.id. Diakses tanggal 8 Februari 2014.
Penalaran Luar
[sunting | sunting sumber]- Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi(Habib Ali Kwitang)
- Al-Habib Ali bin Husein Al-Attas
- (Indonesia) Al-Habib Salim bin Jindan