Yakcheonsa
Yakcheonsa | |
---|---|
약천사 | |
Agama | |
Afiliasi | Ordo Jogye Buddhisme Korea |
Lokasi | |
Lokasi | 293-28 Ieodo-ro Kota Seogwipo Pulau Jeju (bahasa Korea: 제주특별자치도 서귀포시 이어도로 293-28) |
Negara | Korea Selatan |
Yakcheonsa (Hanja:藥泉寺; Hangul:약천사) adalah sebuah kuil Buddhis yang berafiliasi pada Ordo Jogye yang terletak di Pulau Jeju, Korea Selatan.[1] Yakcheonsa merupakan kuil Buddhis terbesar di Asia dengan panorama pantai,[2] dengan luas mencapai lebih dari 122.100 meter persegi (12,21 ha).[3] Yakcheonsa, yang secara harfiah berarti "kuil tempat air penyembuhan mengalir", dibangun pada tahun 1981 oleh biksu Hae-In. Dia mendirikan kuil setelah mengunjungi pondok kecil yang awalnya ditemukan di tempat tersebut.[3]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Daerah tempat kuil Yakcheonsa berada, sejak lama dikenal sebagai dwaegsaemi, yang berarti mata air yang sangat bersih. Dengan demikian menjadi tempat yang bagus untuk membangun sebuah kuil Buddhis, karena dapat menyediakan air yang bagus untuk penduduk Jeju. Sebagian besar lahan di sekeliling mata air tersebut digunakan untuk perkebunan jeruk, dan terdapat beberapa sawah yang menggunakan air jernih ini.[4]
Kuil Yakcheonsa dulunya merupakan sebuah gubuk kecil. Di atas lahan seluas 1.586 meter persegi (0,1586 ha), terdapat sebuah rumah jerami bergaya Jeju yang disebut Yaksuam. Setelah usaha berskala penuh untuk menyebarkan agama Buddha dimulai, kuil ini dibangun dan dinamakan Kuil Yakcheonsa, yang berarti kuil dengan mata air. Hingga saat ini, mata air tersebut masih mengalir ke kolam yang baru dibuat.[4]
Biksu Hae-In berusaha untuk membangun sebuah kuil yang tak terhingga nilainya di Pulau Jeju pada tahun 1981. Biksu ini menemukan daerah tempat Kuil Yakcheonsa saat ini berada sebagai pilihan yang sempurna dengan konsepnya memiliki pemandangan indah Gunung Hallasan di belakang, dan lautan yang terbentang luas di depan.[4]
Pembangunan Balairung Buddha Utama dimulai pada tahun 1988. Balairung Buddha, Balairung Lima Ratus Arahat, Balairung Beomjongru, Balairung Beopgoru, dan Balairung Yosache dibangun selama delapan tahun, dan selesai pada 15 September 1996.[5]
Deskripsi
[sunting | sunting sumber]Kuil utama Yakcheonsa memiliki beberapa lantai dan balkon yang menghadap ke sebuah patung Buddha yang indah setinggi tiga meter, yang terdapat di dalam sebuah Balairung Mahavira yang besar. Kuil utama dipenuhi dengan mural legenda-legenda Buddhis. Selain itu ada beberapa bangunan yang lebih kecil. Balairung 500 arahat adalah sebuah bangunan kecil di dekat gerbang utama kuil, dipenuhi dengan patung-patung 500 siswa Buddhis; masing-masing menggambarkan kepribadian siswa yang unik. Bangunan ini juga terdapat sebuah patung Buddha yang sedikit lebih kecil dikelilingi oleh bunga-bunga lotus di bawah sepasang naga pelindung yang diukir dengan rumit.[3]
Kuil Yakcheonsa ini tidak kuno sama sekali karena dibangun pada masa modern dan masih memiliki sejarah pendek, meskipun orang tidak dapat mengetahui dari segi arsitekturnya karena dibangun dalam gaya kuil Buddhis dari Dinasti Joseon awal.[6]
Kuil ini memiliki sebuah genta perunggu berbobot 18 ton yang dibunyikan setiap pagi dini hari.[7] Patung Buddha Vairocana yang terdapat di dalam Kuil Yakcheonsa, dibuat dari batang pepohonan yang diperoleh dari Gunung Baekdusan. Patung ini memiliki ukuran tinggi 480 sentimeter (4,8 m), dengan total tinggi termasuk tempat duduknya mencapai 680 sentimeter (6,8 m). Dengan ukuran tersebut, patung ini menjadi patung Buddha tunggal terbesar di Korea, dan cocok dengan ukuran kuil yang besar.[8]
Keistimewaan Yakcheonsa adalah memiliki balairung puja bakti Buddhis terbesar dan kuil utama di seluruh Asia, dengan ukuran mencapai 3.305 meter persegi (35.570 sq ft) dengan ketinggian 30 meter (98 ft). Kuil ini juga terkenal karena memiliki 80.000 patung Buddha.[9]
Program Templestay
[sunting | sunting sumber]Program tinggal di kuil (templestay) di Korea masih terbilang baru, yang berawal selama Piala Dunia 2002 ketika kuil-kuil Korea memutuskan untuk membuka pintu bagi orang Korea dan non-Korea untuk memberi pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan Buddhis kepada masyarakat. Program ini ternyata menuai sukses besar, dan antara tahun 2002 dan 2015, lebih dari 700.000 orang telah mengikuti program ini dengan tinggal di kuil-kuil Buddhis di seluruh Korea Selatan.[10]
Seperti kebanyakan kuil di Korea, Yakcheonsa terbuka untuk program tinggal di kuil dan tersedia tur berkunjung ke kuil ini. Program tinggal di kuil ditawarkan setiap akhir pekan pertama dan ketiga; sebuah program budaya tradisional selama tiga hari yang lebih lama ditawarkan setiap hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Kuil ini juga menawarkan program "Kehidupan Kuil", yang berlangsung lebih dari dua jam dan sangat bagus untuk mereka yang memiliki jadwal lebih sibuk.[3]
Berbagai program vihara menarik yang ditawarkan kepada para pengunjung yang mengikuti program templestay di Yakcheonsa di antaranya seperti meditasi, membuat mala, hingga berlatih menabuh genderang Zen.[7] Yakcheonsa merupakan satu-satunya kuil di Pulau Jeju yang menawarkan program templestay bagi para penutur bahasa Inggris.[10]
Pariwisata
[sunting | sunting sumber]Kuil Yakcheonsa tidak hanya populer di kalangan umat Buddha tetapi juga merupakan suatu destinawi wisata yang banyak dicari turis. Beberapa daya tarik Kuil Yakcheonsa di antaranya adalah Gulbeopdang (Balairung Dharma, dibangun di dalam gua alami), Kuil Samseonggak, dan Pagoda Sarira.[11]
Kuil ini berjarak sekitar 46 kilometer dari Bandar Udara Internasional Jeju, dan dapat dicapai dalam waktu 60 menit menggunakan bus bandar udara limusin.[9]
Galeri
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Rau, Joachim (2015). Südkorea [South Korea]. DuMont Reise-Handbuch (dalam bahasa Jerman). Dumont Reiseverlag. hlm. 440.
- ^ "Yakcheonsa Temple - Summary". Jeju Tourism Organization. Diakses tanggal 8 April 2020.
- ^ a b c d Veronica Fortune (18 September 2009). "Yakcheonsa offers serenity and space to breathe - Time for reflection and meditation at Jeju's largest temple". The Jeju Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-19. Diakses tanggal 8 April 2020.
- ^ a b c Daniel.kim (Kim Haeng Seok) (2020). JEJU TRAVEL - Perfect guide to discover the World's Treasure Island with Four UNESCO Titles. Travel World. hlm. 505-506. ISBN 9791197000201. Diakses tanggal 8 April 2020.
- ^ "Temple Information 'Yakchunsa' - Templestay Introduction". Cultural Corps of Korean Buddhism. Diakses tanggal 9 April 2020.
- ^ Hallie Bradley (24 Maret 2020). "Jeju Island: Yakcheonsa Temple". The Soul of Seoul. Diakses tanggal 8 April 2020.
- ^ a b Deny Hermawan (5 Maret 2020). "Menelusuri Vihara dengan Dharmahall Terbesar di Asia Timur". Buddhazine. Diakses tanggal 8 April 2020.
- ^ Daniel.kim (Kim Haeng Seok) (2020). JEJU TRAVEL - Perfect guide to discover the World's Treasure Island with Four UNESCO Titles. Travel World. hlm. 507. ISBN 9791197000201. Diakses tanggal 9 April 2020.
- ^ a b "Yakcheonsa Temple". Justgola.com Fiuzu Pte. Ltd. 13 November 2015. Diakses tanggal 9 April 2020.
- ^ a b Ellinor Spång (6 Desember 2016). "Diary of a temple stay - A weekend searching for inner peace". The Jeju Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-03. Diakses tanggal 9 April 2020.
- ^ "Yakcheonsa Temple - The Largest Temple in East Asia". Funtasy Trip. Diakses tanggal 9 April 2020.[pranala nonaktif permanen]