ANAK dengan disabilitas seringkali mengalami kesulitan dalam mengakses pendidikan. Sekolah inklusi pun dirasa menjadi solusi tepat dalam mengatasi masalah tersebut.
Hal ini pun disampaikan oleh Wiwied Trisnadi selaku Project Manager Save the Children. Menurutnya, salah satu cara efektif untuk mengembangkan pendidikan bagi anak dengan disabilitas adalah melalui sekolah inklusi, bukan sekolah luar biasa (SLB).
“Sekolah inklusi bisa menjawab karena kita tidak mungkin menyediakan sekolah SLB yang banyak. Selain itu ada banyak anak yang sebetulnya tidak perlu masuk SLB. Mereka bisa masuk ke sekolah reguler karena mereka tidak punya hambatan apapun yang membuat mereka untuk bersekolah di SLB,” paparnya kepada Okezone dalam diskusi Save the Children di Jakarta, Selasa (9/12/2014).
Kendati demikian, masih banyak orang yang menganggap jika seorang anak mengidap disabilitas, mereka harus bersekolah di SLB. Namun nyatanya banyak anak dengan disabilitas yang mampu bersekolah di sekolah reguler.
“Tapi kadang-kadang ketika orangtua misalnya punya anak tuna netra, sering diputuskan untuk masuk ke SLB. Sedangkan untuk apa masuk ke SLB, kalau dia bisa sekolah reguler? Apalagi sekarang ada teknologi yang bisa merekam seluruh pembelajaran. Nah seperti itu efektif untuk menjawab sekolah SLB terbatas, efektif untuk menjawab jumlah wilayah kita yang sangat besar ini,” jelas Wiwied.
Lebih lanjut, Wiwied menyatakan bahwa seharusnya seluruh sekolah di Indonesia adalah sekolah inklusif. Menurutnya, hal tersebut merupakan kebutuhan para anak-anak di Indonesia sebagaimana ada dalam peraturan negara.
“Kalau kami berpikiran sekolah inklusi itu harusnya terjadi di semua sekolah, bukan hanya sekolah yang ditunjuk. Harusnya semua sekolah bisa menerima semua anak karena itu yang apa yang dimandatkan oleh undang-undang dasar kita,” pungkas Wiwied.
(fik)