SEMARANG, Lingkar.co – Sejumlah warga yang tergabung dalam Roda Gila dan Kelab Kelip Bersaudara (RGDKKB) berkolaborasi dengan Seraya Podcast menggelar pertunjukan yang mengkritisi revitalisasi Kota Lama Semarang, Jawa Tengah. Karena, mereka menganggap revitalisasi tersebut banyak mengabaikan prinsip-prinsip cagar budaya.
Dalam pertunjukan tersebut, Vikkir Rohman memerankan tokoh Sapto Prabowo, Scb, Mcb. Ia merupakan perwakilan dari Badan Penanggulangan Cagar Budaya Pemerintah Kota Semarang. Menurut Vikkir, lembaga tersebut fiktif dan hanya untuk kepentingan karya.
Baca Juga:
Kawasan Kota Lama Semarang Diterjang Banjir, Ketinggian Air hingga 1 Meter
Dalam pertunjukan itu, tokoh Sapto Prabowo itu menelusuri Kota Lama Semarang untuk mencari tempat-tempat yang melencengkan bentuk cagar budaya. Setiap tempat yang disinggahi Pak Sapto selalu terpampang x-banner yang berisi kisah tempat tersebut, namun berisi narasi satire.
Enam tempat yang disinyalir tidak sesuai sejarah tersebut ialah Charger Box atau kotak telepon berwarna merah, dan air mancur depan gedung Marba. Kemudian, penataan Jalan Jalak, perbaikan saluran air, Taman Garuda, dan Taman Srigunting.
Melalui gelar pertunjukkannya, warga mengingatkan Pemerintah Kota Semarang bahwa seharusnya revitalisasi Kota Lama tidak hanya memandang sebagai tempat wisata yang lebih menarik secara visual berdasarkan konsep instagrammable.
“Bukan hal yang baru bagi kami, tetapi ini hal yang menarik bagi kami yang bassicnya adalah kesenian dan kebudayaan. Ini adalah salah satu media untuk menyampaikan kritik ketika hal-hal yang formal itu masuk di situ tidak ada respon,” ujar Vikkir Rohman pemeran Sapto Prabowo, Scb, Mcb.
Baca Juga:
Pedagang Pasar Kobong Semarang Enggan Pindah ke Bangunan Baru, Ini Alasannya
Anastasia: Revitalisasi Kota Lama Semarang Minim Kajian
Anastasia Dwirahmi, Kurator dari Seraya Podcast menegaskan, revitalisai Kota Lama Semarang tidak sepenuhnya berhasil. Karena lebih mengedepankan beautifikasi yang minim kajian dan tidak bermutu dari sisi pelestarian cagar budaya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa seharusnya revitalisasi adalah bentuk dari pelestarian cagar budaya. Tidak dengan semena-mena mengatur tata artistik untuk memenuhi kebutuhan foto saat ini.
“Seharusnya benda cagar budaya untuk aset atau modal dalam bentuk pendidikan. Yang kita lihat di Kota Lama Semarang hanya lebih pada tujuan pariwisata,” ungkapnya.(nda/lut)
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps
Respon (1)